55. Taktik Licik

2.1K 205 57
                                    

🔫 Agam

Baru keluar dari mobilku, aku langsung menghubungi calon istriku.

Dan bersyukur luar biasa, karena panggilan teleponku saat ini sudah langsung diterima. Jadi aku tak lagi kelabakan seperti sebelumnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Aku langsung tersenyum saat mendengar nada suara Amalia yang masih kentara ketus sekali padaku.

Rupanya, rasa kesal calon istriku belum hilang sepenuhnya.

Gemas sekali.

"Kenapa?"

"Kok gitu?"

"Ya Mas yang udah telepon, tapi malah diam aja."

"Mas nunggu kamu tanya."

"Itu, tadi, aku udah tanya. Kenapa?"

"Masa sama calon suami, masih jutek terus kaya gitu si?"

Kini, aku jadi terkekeh dengan begitu geli. Saat mendengar Amalia sedang menghela napas dengan panjang sekali.

Gemasnya.

Calon istriku sedang berusaha untuk tetap bisa bersabar sekarang. Jadi makin sayang.

Serius.

"Kenapa, Mas?"

"Nah, gitu dong. Manis banget dengarnya."

"Kalau Mas Agam masih mau terus cek rasa sabarku, aku matiin ya teleponnya."

Aku jadi langsung tertawa.

"Iya deh. Iya."

"Jadi, kenapa? Jangan sampai aku tanya kenapa terus ya, Mas."

"Iya. Ini, Mas telepon, mau kasih kabar, kalau Mas sudah sampai di markas."

"Alhamdulillah. Perjalanan lancar?"

"Alhamdulillah. Lancar semua. Tadi, macet cuma sebentar."

"Alhamdulillah. Tapi ingat, di markas, jangan nakal ya. Soalnya, di sini, yang di Rumah Sakit, juga nggak pernah jelalatan."

"Apa Mas mau dipasangin kacamata kuda? Biar pandangannya nggak ke mana-mana?"

"Maunya gitu. Tapi Mas harus bersyukur, karena aku masih waras. Jadi Mas nggak perlu berubah aneh karena kacamata kuda."

Ya ampun.

Kesalnya Amalia malah jadi menggemaskan sekali bagiku.

"Iya. Jadi, terimakasih ya. Terimakasih, karena sudah selalu jadi calon istri yang baik sekali untuk Mas."

"Aku memang baik, Mas. Tapi kalau Mas sampai nakal, aku beneran bisa berubah jadi jahat buat kasih hukuman."

Tawaku kembali mengudara. Sungguhan gemas sekali dengan sungutan kesal dari calon istriku tercinta.

"Iya. Diterima dengan sangat senang hati peringatannya."

"Ya. Bagus."

"Mas masih mau dihukum nih? Kok masih terus dijutekin kaya gitu?"

"Biarin. Kalau Mas nakal kaya tadi, aku beneran bisa ngomel-ngomel lagi."

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang