33. Panggilan Peringatan

2.7K 240 81
                                    

💉 Amalia

Panggilan tegas teramat dalam dari Pak Komandan membuat tawa dan obrolanku bersama Danish langsung terhenti.

"Sudah selesai? Atau masih ada yang perlu dibicarakan lagi?"

Aku bertemu tatap bersama Danish saat tiba-tiba Pak Komandan sudah berdiri di sisiku, dan langsung mengintimidasi dengan kata-kata seperti itu.

"Kalau sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, berarti ayo pergi. Karena sudah waktunya kamu untuk pulang. Ini sudah malam."

Dan aku jadi langsung membulatkan kedua mataku. Karena Pak Komandan yang langsung sigap sekali membawa pergi semua barang bawaanku.

Apa-apaan ini?

Maka sekuat tenaga aku jelas langsung mengeluarkan nada protesku.

"Pak Komandan. Semua barang milik saya mau dibawa ke mana?"

"Pulang. Jadi ayo, ikut."

Bulatan mataku jelas semakin sempurna.

Sungguhan sangat tak menyangka jika kedatangan Pak Komandan akan jadi hal begitu menakutkan seperti saat ini.

Tiba-tiba datang. Dan langsung menyuruhku untuk pulang.

Apa maksudnya?

"Dan."

Tapi panggilan lirihku justru kembali diberikan kejutan oleh Danish.

"Sana. Pastikan perasaanmu. Karena pria yang kamu cintai sudah datang."

Ya ampun.

Kenapa Danish harus selalu bisa setegar ini?

"Ikut aja. Karena aku tahu, kalau sekarang ini, pasti ada hal penting yang mau dia sampaikan sama kamu."

"Terus kamu?"

"Aku akan berusaha untuk baik-baik saja. Asal kamu bahagia."

Ya Allah.

Maafkan aku.

Ampuni aku karena hatiku tetap tak bisa tergerak untuk laki-laki sebaik Danish.

Dan ya, aku percaya, bahwa bukan hanya untukku saja. Tapi untuk Danish Damara, Allah juga pasti telah memberikan jodoh terbaik yang telah sangat setia menunggunya.

Tersenyum sebelum akhirnya berpisah dengan Danish Damara, kini aku sedang menyiapkan diri supaya bisa tangguh untuk menghadapi Agam Prawira Laksamana.

Tapi tentu saja, berhadapan dengan Komandan teramat tampan ini memang pasti tak mudah perjalanannya.

Sebab langkah kakiku kini sungguhan sudah sampai terseok-seok karena mengejar laki-laki tinggi tegap yang telah membawa pergi semua barang bawaanku bersamanya.

"Pak Komandan."

Panggilanku diabaikan.

"Kembalikan semua barang bawaan saya."

Ucapanku seperti tak didengar.

"Ini bisa disebut sebagai tindak pencurian."

Sia-sia.

Tanda protesku sungguhan tak mendapatkan jawaban.

Sampai rasanya aku sungguhan sudah mulai sangat kesal.

"Apa si maunya? Hah?! Kenapa Pak Komandan selalu seenaknya berbuat sesuatu di dalam hidup saya? Kenapa?! Apa Pak Komandan pikir, ini semua nyaman? Apa Pak Komandan kira, saya tak punya perasaan?"

Aku tersentak.

Napasku terengah.

Saat pria begitu tampan yang tadi telah berjalan jauh meninggalkanku, tiba-tiba kini sudah berhadapan tepat denganku.

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang