70. Kebanggaan Komandan

6.6K 219 77
                                    

🔫 Agam

Tangis melengking seorang makhluk kecil telah hadir di dunia. Membuat semua gugup yang sejak tadi telah menerpa, kini berganti menjadi perasaan penuh haru yang tak pernah ku sangka akan sebesar ini pengaruhnya.

"Alhamdulillah, keponakanku, laki-laki."

Yang tangis ini sungguhan menjadi bentuk bahagia begitu besar untuk kehidupanku. Menjadi cahaya teramat terang yang membuatku semakin mencintai istriku.

Jadi ketika semua orang seperti sedang sibuk sekali mengagumi bagaimana tampannya putraku. Air mataku tetap tak mau berhenti ketika kini aku sedang mengecup lembut kening istriku.

Seorang wanita sholihah teramat baik yang telah mengorbankan segenap nyawanya demi buah hati kami tercinta. Seorang wanita cantik yang di setiap tarikan dan hembusan napasnya, telah mengerahkan banyak sekali macam tenaga supaya bisa melahirkan seorang putra kebanggaan kami berdua. Istriku tercinta, yang setelah semua kesakitannya, kini masih bisa tersenyum begitu tulus untukku yang telah menangis deras karena semua bentuk perjuangan besarnya.

"Terimakasih, sayang. Terimakasih. Terimakasih karena telah lahir di dunia. Terimakasih untuk semua perjuangannya. Dan terimakasih banyak, karena tetap berada di sini bersama Mas dan putra kita."

Bagian tubuh penting Amalia sedang dijahit di bawah sana, tapi kenapa senyumnya masih bisa terus cantik sekali seperti tak terjadi apa-apa?

MasyaAllah.

Maka ini memang adalah gambaran seorang manusia yang akan terus mendapatkan cinta kasih dariku tanpa pernah ada batasnya.

"Love you, sayang."

"Love you too, Mas."

Rentetan kata tak bisa lagi ku ungkapkan. Tapi ciuman dan pelukan yang ku berikan, pasti sudah bisa langsung dipahami oleh istriku yang kini begitu lembut telah memberikan tepukan untuk memberikan ketenangan.

Memang wanita sholihah teramat kuat.

Yang setelah semua perjuangan beratnya, bahkan tangguhnya Amalia masih bisa terus selalu melingkupiku dengan ketenangan dan cinta kasih yang begitu istimewa.

Makin cinta istri!

Banyak sekali.

*****

Lantunan takbir telah ku kumandangkan di dekat pendengaran putraku, dan tangis haru kembali membasahi wajahku.

"Halo, Jagoan. Ini Ayah, sayang."

Yang seperti sebuah keajaiban besar sedang berada dalam dekapanku, ketika tangan kecil mungil ini mengeratkan pegangannya pada jari telunjukku.

MasyaAllah.

Makhluk sekecil ini, tapi hadirnya benar-benar telah sangat berhasil memenuhi segala bahagia yang ku miliki.

"Keponakanku ganteng banget."

Tersenyum di sela tangis haruku, tepukan pelan Mas Aidan di bahuku, segera mendapat tanda setuju dariku.

"Matanya, kaya Bundanya."

"Iya. Tapi perawakan gagahnya, persis banget kaya Ayahnya."

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang