34. Penjelasan

2.8K 238 68
                                    

🔫 Agam

"Kamu harus tanggungjawab, karena sudah buat saya jadi jatuh cinta. Jadi kamu harus dengan saya. Tak boleh lagi buat laki-laki lain yang jadi terbawa perasaan karena sikap ceria yang kamu punya. Jangan. Oke?"

Jantungku sudah seperti sedang pawai di dalam sana. Karena detakannya yang sudah kencang sekali rasanya.

Tapi gerakan dokter Amalia yang tiba-tiba sudah langsung berdiri dan mendorongku menggunakan tasnya, malah membuatku jadi ingin sekali tertawa. Sebab saat ini aku jadi jatuh tersungkur di atas tanah setelah dokter Amalia pergi dan meninggalkan aku dengan hentakan kakinya.

Astaga.

Apa kencangnya debaran jantungku membuatku jadi lemah?

Atau justru dokter Amalia yang memang kuat sekali sampai bisa melarikan diri dariku?

Ya ampun.

Memang si sholihah yang cerdik sekali gerakannya.

Jadi segera bangkit berdiri dan meraih semua barang bawaan dokter Amalia, aku jelas tak mau kehilangan seorang gadis cantik yang sangat kucinta.

"Kenapa dokter Amalia jadi langsung pergi? Pertanyaan saya belum dijawab."

Nada protesku seperti tak didengar.

Karena dokter Amalia malah semakin mempercepat langkah kakinya.

"Saya baru saja jatuh. Dan dokter Amalia tidak khawatir?"

"Pak Komandan sudah bisa berdiri sendiri. Jadi tak usah sok protes seperti itu."

Oh tidak.

Rasanya kupu-kupu sedang mengeroyok diriku sampai perutku jadi terasa begitu geli. Karena suara sungutan dari dokter Amalia sungguhan lucu sekali.

"Tapi masa saya langsung ditinggal?"

"Kepala saya pusing."

"Kalau dokter Amalia memang pusing, ayo, periksa dulu. Cari obat. Selagi masih di Rumah Sakit. Jadi kenapa dokter Amalia malah pergi?"

"Saya mau istirahat."

"Dokter Amalia capek?"

"Iya."

"Kalau capek, kenapa jalannya bisa cepat sekali?"

Dan kini senyumku makin terkembang dengan begitu sempurna, saat dokter Amalia sudah mau menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menatapku dengan tatapan setajam laser yang malah membuatku jadi makin gemas dengan ekspresi cemberut yang sedang ditunjukan oleh dokter Amalia.

"Pak Komandan bisa diam saja tidak? Jangan ribut terus seperti itu."

"Berarti coba jawab, dokter Amalia kenapa sebenarnya?"

Dokter Amalia melarikan diri lagi. Kembali berjalan cepat sekali.

Walau sebenarnya, langkah kaki dokter Amalia tak apa. Mau secepat apa pun dokter Amalia ingin melarikan diri dariku dengan perjalanan kakinya, aku akan tetap bisa mengejarnya, sebab langkah kakiku jelas bisa lebih lebar darinya.

"Hm? Kenapa dokter Amalia langsung pergi, dan saya ditinggal lagi?"

"Malu."

Tahu apa yang sedang kurasakan sekarang?

Gemas sekali dengan cicitan suara yang dokter Amalia berikan.

Sampai rasanya aku ingin langsung mencari Bapak Penghulu supaya aku bisa menikahi dokter Amalia sekarang juga.

Serius.

Karena dokter muda ini sungguhan sangat berhasil memancing rasa gemasku yang ingin segera meremat kedua pipinya.

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang