54. Manis Menggoda

2.3K 207 31
                                    

🔫 Agam

Setelah kepergian Amalia, aku jelas langsung mencari di mana keberadaannya. Apalagi setelah banyaknya panggilan dariku tak ada yang diterima. Maka aku jelas bisa langsung menyadarinya, bahwa pasti ada sesuatu yang sedang terjadi pada calon istriku tercinta. Ada yang mengganggu kenyamanan dan perasaan Amalia. Sampai calon istriku jadi pergi begitu saja, dan langsung beralih dari markas tanpa berucap apa-apa.

Padahal belum bertemu denganku. Dan bekal begitu istimewa yang telah Amalia siapkan juga tak langsung diserahkan padaku.

Jadi ada apa dengan Amalia?

Apa yang sebenarnya sedang terjadi pada calon istriku tercinta?

Dan di sini aku, di dalam ruang kerja calon istriku. Di Rumah Sakit yang mulai terbiasa menjadi sebuah tempat dalam keseharianku.

Lekas berdiri ketika melihat Bidan Laras mendekatiku, aku jelas langsung mengutarakan rasa penasaranku.

"Calon istri saya, ada di mana?"

"Dokter Amel, sedang visit ke bangsal, Pak Komandan."

"Amel masih sangat sibuk ya?"

"Ya, Pak Komandan. Hari ini, pasien dokter Amel, memang sedang cukup banyak."

"Apa Amel belum istirahat? Karena panggilan telepon dari saya, tak ada yang diangkat. Dan pesan dari saya, juga belum ada yang dibalas."

Dan melihat serta mendengar sendiri bagaimana Bidan Laras yang tiba-tiba jadi menghela napasnya, aku jelas lekas menyadarinya, bahwa Bidan Laras pasti mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan calon istriku tercinta.

"Bagaimana? Apa ada sesuatu yang sedang terjadi dengan calon istri saya?"

"Justru saya yang mau tanya sama Pak Komandan. Pak Komandan lagi ada masalah dengan dokter Amel? Lagi berantem ya?"

Aku jadi tertegun di tempat berdiriku. "Masalah? Saya rasa, tidak ada."

"Benarkah?"

"Ya. Karena hari ini, Amel belum bertemu dengan saya."

"Tapi tadi pagi, dokter Amel bercerita, kalau katanya, waktu istirahat makan siang, dokter Amel akan pergi ke markas terlebih dahulu sebelum kembali ke Rumah Sakit. Jadi kenapa tidak bertemu?"

Aku jadi ikut menghela napasku. Lalu menunjukan paper bag berukuran cukup besar yang sejak tadi jadi barang bawaanku.

"Amel, memang datang ke markas. Tapi tidak menemui saya. Karena bekal makan siang yang telah Amel siapkan, justru dititipkan pada Bagas."

Bidan Laras kembali menghela napas dengan sangat panjang. "Pak Komandan baru saja membuat masalah ya?"

Aku jelas langsung menunjukan gelengan kepalaku. "Tidak."

"Oh ya?"

"Iya. Saya memang tidak menimbulkan keributan."

"Tapi pasti sudah mengganggu perasaan dokter Amel. Karena tak mungkin dokter Amel pergi begitu saja tanpa bertemu dengan Pak Komandan, kalau memang tak terjadi kesalahan. Karena informasi yang bisa saya sampaikan, tadi, saat sampai di Rumah Sakit, ekspresi wajah dokter Amel tak cerah ceria seperti biasanya. Jadi, bisa saya pastikan, kalau di markas, pasti telah terjadi sesuatu yang buruk sampai membuat dokter Amel jadi bisa murung sekali seperti itu."

"Tapi apa? Karena saya sungguhan belum bertemu dengan Amel."

"Harusnya, Pak Komandan bisa segera memahaminya. Karena Pak Komandan, calon suaminya dokter Amel. Dan selain itu, Pak Komandan yang berkuasa di markas. Jadi, masa tidak tahu kalau ada sesuatu atau seseorang yang sedang sangat mengganggu calon istrinya ketika berada di sana?"

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang