💉 Amalia
"Selamat, usia kandungannya, sudah 5 minggu."
Rasa hangat segera menjalar dengan begitu cepat di dalam diriku. Saat usapan lembut Mas Agam sudah bertengger begitu halus di bagian perutku.
"Alhamdulillah. Kondisi janinnya, bagaimana, dok? Sehat dan sempurna semua, kan?"
"Alhamdulillah. Bagus semua, Mel. Semua oke. Daya tahan kamu dan rahim kamu, sangat kuat. Pertumbuhan janin kamu sempurna. Jadi, sehat selalu ya. Happy terus. Dan ayo, ketemu lagi bulan depan."
Aku dan Mas Agam bertemu tatap terlebih dahulu sebelum menganggukkan kepala kami berdua.
"Terimakasih, dok. Tapi, kalau misalnya sudah terlalu kangen, ketemunya dipercepat, boleh, dok?"
Dokter Vania, dokter obgyn di tempatku bekerja, langsung tertawa. "Jelas boleh banget dong, Mel. Dengan sangat senang hati."
Maka setelahnya, hariku sungguhan jadi penuh sekali dengan berbagai macam bentuk warna. Yang suka citanya seakan begitu bercahaya. Saat kini aku dan suamiku sedang dijelaskan tentang bagaimana keadaan dan tumbuh kembang buah hati kami tercinta.
Alhamdulillah.
Puji syukur akan senantiasa aku panjatkan pada Sang Pencipta. Karena atas kuasa-Nya, aku dan suamiku bisa mendapatkan anugerah terindah dalam rumah tangga kami berdua.
Bismillah.
Dan aku juga akan selalu percaya, doaku juga tak akan pernah terputus di setiap waktunya, bahwa semoga Allah akan senantiasa menjaga kehamilanku sampai nanti aku bisa bertemu dan bersama buah hatiku tercinta.
Aamiin.
*****
Baru keluar dari ruang pemeriksaan, dan aku langsung terkekeh pelan, karena sambutan begitu heboh yang kini sudah langsung mengerubungiku dengan tatapan amat penasaran.
"Hasilnya gimana, Mel? Calon bestie buat Tara, sudah berapa usianya?" pertanyaan pertama dari dokter Alta.
"Iya, dok. Calon keponakan good looking untuk saya, sudah sebesar apa sekarang?" ajuan pertanyaan dari Laras yang binar matanya sudah terlihat sangat senang.
"Doakan nular-nular ya, dok. Pengin jadi bumil juga," Mba Asri yang kini sudah ikut mengusap bagian perutku seperti dokter Alta.
Melihat semua sahabatku sudah mengelilingiku, Mas Agam langsung terkekeh dan sedikit menyingkir untuk memberikan waktu bagiku dan sahabat-sahabatku, tapi tetap berada dekat untuk menjagaku.
Memang suami yang tanggap dan manis sekali perhatian serta pengertiannya.
"Adik bayi, sudah 5 minggu, Budhe." Jawabku atas pertanyaan dokter Alta.
"Alhamdulillah. Sehat-sehat ya, sayang. Nanti, main-main ya sama Mba Tara."
"Aamiin. Kumpul bocah segera direncanakan ya, dok."
"Pastinya," dokter Alta yang masih senang sekali mengusap lembut bagian perutku seperti sebelumnya.
"Adik bayi, usianya 5 minggu. Jadi masih kecil, Tante. Sebesar biji apel."
Mendengar jawabanku, Laras langsung memelukku. "Nggak papa. Nanti, pasti bisa cepat besar. Sehat. Kuat. Cerdas. Ganteng dan cantik. Kaya Ayah dan Bunda ya."
"Aamiin. Terimakasih, Tante Laras."
"Jadi, mulai hari ini, walau belum lahir, adik bayi akan langsung dapat penjagaan super ekstra dari Tante Bidan. Oke, bayi Tentara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Prawira Laksamana ✔
RomanceJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** (SPINOFF kisah Keluarga Laksamana) * Disarankan...