3. Seleksi Istri

6.4K 388 87
                                    

Yuhuuu

Lagi super happy 😍😍😍

Jadi hari ini, aku kasih asupan Pak Komandan Ganteng lagi ⭐

Selamat membaca 😘😘😘

Semoga semakin jatuh cinta bersama Nada Dina ❤

*****

Pekerjaanku jelas membuatku tak bisa berlibur terlalu lama. Sebab ada kesatuan yang harus bisa sangat kujaga keamanannya. Jadi setelah selesai isolasi sepulang dari Amerika, kini aku sudah kembali ke dalam rutinitas yang rasanya selalu ada kesibukan di mana-mana.

Seperti saat ini, bagaimana markas sudah ada banyak sekali macam kegiatan di mana ada suara manusia silih berganti. Tak berhenti. Sebab kesibukan padat memang sedang terjadi di sini.

"Gimana, bagian vaksin sudah siap semua?" tanyaku pada Bagas, salah satu anggotaku yang saat ini sedang bertugas bersamaku.

"Siap, Ndan. Sudah."

"Bagus."

"Siap, Ndan. Untuk hari ini, sudah mulai dibuka kembali poli vaksin untuk masyarakat umum."

Aku lekas menganggukan kepalaku sebagai tanda mengerti. "Sudah banyak yang datang?"

"Siap, Ndan. Sudah antri sejak tadi pagi."

"Baiklah. Kalau begitu, ayo ke sana. Karena siapa tahu, ada yang butuh bantuan dan bisa segera kita berikan."

"Siap, Ndan."

Dan ternyata memang benar adanya. Kursi-kursi yang tertata sudah penuh sekali dengan orang-orang yang ingin mendapatkan vaksin mereka.

Jika kalian bertanya ini antrian apa?

Maka jawabannya, adalah antrian vaksin corona. Virus yang sungguhan membuat semua manusia di belahan bumi mana saja jadi berjaga sekuat tenaga. Hal mengerikan yang tak pernah aku sangka. Tapi kini jadi sesuatu yang sudah mulai terbiasa. Terbiasa dalam artian bukan menerima sepenuhnya, tapi sudah mulai terbiasa bahwa virus ini memang sudah berkeliaran di mana-mana, sehingga kita sendiri yang harus bisa untuk menangkalnya.

Jika teringat kembali bagaimana virus ini pertama kali ada, rasanya, aku seperti dipaksa untuk menelan pil pahit yang sangat tak kusuka. Karena tiba-tiba sekali datangnya. Begitu cepat beritanya. Yang awalnya tak mau percaya, tapi ketika melihat sendiri bagaimana banyaknya korban berjatuhan tepat di depan mata, maka diri seperti tak bisa menolak bahwa virus ini memang bisa sangat mematikan jika diri kita tak kuat untuk melawannya.

Yang virus ini sungguhan membuat semua roda di dunia jadi berhenti seketika. Dipaksa tiarap padahal sebenarnya kehidupan juga harus tetap berjalan tak peduli bahwa manusia sedang dipaksa untuk berdiam diri di rumah mereka.

Teringat lagi bagaimana masker seperti berubah jadi kebutuhan utama.

Hand sanitizer yang sebelumnya hanya jadi kebutuhan pendamping semata, kini jadi terus dicari dan harus ada di mana-mana.

Bahkan harga desinfektan dan cairan pembersih lantai yang jadi tak masuk akal penjualannya.

Juga susu beruang dan minuman vitamin C yang patokan harganya pernah jadi begitu luar biasa tinggi di luar sana.

Maka ya, virus ini sungguhan begitu cepat membuat semua hal di dunia jadi berubah dengan sangat tiba-tiba.

Mengingat fenomena munculnya virus corona, aku jadi teringat lagi bagaimana cerita dan sungutan dari para pelajar di Indonesia. Yang katanya, dulu mereka sempat berkata, bahwa ingin libur lebih lama, supaya waktu bermain bisa lebih puas rasanya. Karena libur untuk pelajar paling bisa dihitung jari selama 1 atau 2 minggu saja. Yang ketika virus corona tiba-tiba ada, hari libur bukan hanya dalam hitungan minggu atau bulan saja, bahkan sudah tahun yang membuat dompet rasanya sudah meraung-raung karena terlalu banyak dikeluarkan isinya.

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang