💉 Amalia
Aku masih saja mengeluarkan air mataku, saat menatapi sepasang cincin bermata indah juga gelang yang kini sudah terpasang apik di tangan kananku.
"Kenapa Bunda nangis terus?"
Segera menunjukan senyumanku, aku berusaha tegar meski dengan lelehan air mata yang masih saja membasahi wajahku. Saat tangan kecil Arshilla berusaha keras menghentikan jejak tangisanku.
"Bunda nangis terus, karena lagi happy, sayang."
"Kalau happy, berarti, harus senyum dong, Bunda. Bukan nangis. Biar makin cantik."
"Aduh. Princess cantik kesayangan Papa sama Ibun, pintarnya. Peka banget dong. Gombalnya, diajarin sama Pakdhe ya."
Semua orang jadi langsung tertawa. Saat Ardiaz, Pilot Tampan kesayangan Alya, berucap seperti itu sambil menyenggol tubuh Mas Agam yang kini jadi terlihat kikuk di tempat duduknya.
"Iya, Gam. Shilla juga udah bisa langsung peka banget bilang gitu. Masa kamu diam aja?" Mas Andri menambah lagi bentuk godaan untuk adik laki-lakinya.
"Bukan nggak peka, Mas. Tapi aku takut, kalau aku yang ngomong, calon istriku malah jadi makin nangis."
Semua keluargaku jadi kembali tertawa. Bentuk suka cita yang membuatku akhirnya bisa menunjukan senyum bahagia yang serupa.
"Nah. Tuh, kan. Kamu yang ngomong, Amel jadi langsung mau buat senyum, Gam."
Wah, ternyata, memang benar ya. Di balik semua ekspresi tegas yang Mas Andri punya, kakak sulung keluarga Laksamana ini memang selalu punya stok godaan yang tak pernah ada habisnya.
"Memang harus bisa buat Amel banyak senyum. Happy juga. Kalau Agam sampai buat Amel jadi nangis dan patah hati lagi, akan langsung kusuntik Agam sampai nggak bisa angkat tembakan apalagi lari."
Ancaman mengerikan dari Mas Aidan kembali menggugah tawa yang terdengar semakin ceria.
"Tenang aja, Mas. Kalau Agam sampai berani nakal, sebelum Pak Dokter yang bertindak, Bapak duluan yang akan tega kasih hukuman."
"Iya, Mas. Tenang aja. Karena hukuman dari Bapak Jenderal, akan selalu berhasil untuk langsung meluluhkan para tersangkanya." Mas Andri semakin menguatkan bentuk janji dari kepala keluarga Laksamana. Yang langsung Mas Agam setujui dengan anggukan kepala.
"Iya, Mas Ai. InsyaAllah, Mas Aidan akan punya banyak sekali sekutu untuk hukum aku, kalau aku sampai berani menyakiti Amel. Bukan hanya Bapak atau Papa, tapi juga Mas Andri dan Diaz. Karena meski Ardiaz adalah adik laki-lakiku, tapi usia Diaz lebih dewasa dari aku. Jadi kalau aku sampai berani macam-macam, bukan hanya tembakan dan suntikan yang bisa hukum aku, tapi aku juga bisa ditarik dan dijatuhkan dari atas langit sama Pilot tengil satu ini."
Tawa bahagia kembali mengudara. Saat Ardiaz, suaminya Alya, langsung memasang sikap hormatnya.
"Siap, Komandan. Laksanakan."
Jadi ya, hari ini sungguhan adalah waktu yang membuatku jadi teramat bahagia. Di mana bukan hanya tentang lamaran yang kuterima. Tapi juga tentang suka cita teramat istimewa, karena banyaknya orang-orang terkasih yang memberikan dukungan serta doa restunya. Dua keluarga yang kini jadi satu kesatuan kesayangan Amalia.
"Ya. Kamu benar-benar harus bisa menepati semua janji kamu tentang Amel, Gam. Atau aku beneran bakal langsung kasih pelajaran berharga buat kamu. Yang sebelum kamu bisa angkat senjata, aku beneran bisa langsung jegal kamu buat suntik kaki dan tanganmu sampai nggak bisa berbuat apa-apa."
Dan kakak laki-lakiku tercinta, juga tetap selalu sama. Yang meski terdengar sangat mengerikan ancamannya, tapi aku jelas tahu bahwa itu adalah bentuk kasih sayang teramat besar yang Mas Aidan punya. Kasih seorang kakak yang akan selalu sangat kusyukuri dan kusayangi selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prawira Laksamana ✔
RomanceJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** (SPINOFF kisah Keluarga Laksamana) * Disarankan...