62. Kota Sejuta Bunga

2.8K 175 34
                                    

💉 Amalia

"Gimana rasanya mendampingi dinas suami?"

Senyum bahagiaku jelas langsung merekah dengan begitu sempurna. "Luar biasa banget, Mas."

Dan kini aku jadi tertegun.

Dengan degup jantung yang kencang sekali.

Karena Mas Agam yang begitu lembut mengusap puncak kepalaku.

Aduh.

Yang diusap kepalaku. Tapi yang langsung berantakan malah isi hatiku.

"Mas juga happy banget. Luar biasa banget rasanya, karena sekarang, ada istri yang bisa dipeluk setelah Mas acara pelantikan."

Senyum cerahku makin merekah. "Iya, Mas. Aku juga. Waktu lihat Mas upacara, hatiku rasanya berdebar kenceng banget. Terpesona. Soalnya, Mas Agam memang selalu ganteng banget tiap lagi pakai seragam. Tapi jelas, aku juga selalu bangga dan bersyukur sekali jadi istrinya Mas. Yang ikut terharu, saat melihat Mas naik podium untuk menerima lencana kenaikan pangkatnya."

Usapan lembut Mas Agam beralih turun ke pipiku.

Ya ampun.

Aku sungguhan bisa lemah kalau terus-menerus diberikan serangan semanis ini.

"Iya, sayang. Lihat kamu, dan seragam Persit yang kamu pakai, buat Mas jadi merasa euforia kenaikan pangkat kali ini jadi istimewa sekali. Baru menikah. Sudah punya istri. Dan alhamdulillah, naik pangkat lagi. Jadi beneran ya, setelah pernikahan kita, Allah sedang memberikan kita rezeki besar yang berurutan sekali rasanya."

Anggukan kepalaku segera datang untuk menyetujui suka cita suamiku tercinta.

"Iya, Mas. Bener banget. Kemarin, Mas habis antar dan temani aku ke Jogja, untuk urus semua kelengkapan pendaftaran dan biaya administrasi untuk lanjutan pendidikan spesialisku. Dan sekarang, aku di sini, yang mendampingi Mas untuk jadi salah satu Prajurit yang menerima penghargaan sekaligus kenaikan pangkat tinggi. MasyaAllah. Aku bangga banget sama Mas Agam."

"Mas Agam juga bangga banget sama Amel. Sangat. Dan selalu."

Maka ini memang hari yang sangat luar biasa. Yang membuatku semakin percaya, bahwa anugerah dari Yang Maha Kuasa, memang selalu sangat istimewa.

"Jadi, kalau kemarin, Mas yang diajak nostalgia dengan masa-masa kamu jadi seorang mahasiswi di kota Yogyakarta. Dan kamu yang mau melanjutkan pendidikan lagi. Berarti, sekarang, giliran Mas, yang ajak kamu untuk melihat-lihat, dan tahu, gimana perjuangan Mas dulu saat masih pendidikan di kota ini."

"Iya, Mas. Dan aku udah nggak sabar banget."

"Siap untuk Mas ajak jalan-jalan di kota sejuta bunga?"

"Pasti dong. Selalu. Dengan sangat senang hati."

Mas Agam tersenyum senang sekali setelah mencubit ujung hidungku dengan ekspresi gemasnya. "Ayo. Jadi, habiskan makanannya dulu ya. Dan setelah ini, ayo, Mas ajak keliling setiap sudut indah di kota Magelang."

"Siap, Komandan."

Yang di waktu masih terbilang pagi ini, sungguhan sudah terasa menakjubkan sekali.

Karena ya, saat ini aku sedang berada di sebuah tempat dengan julukan kota sejuta bunga.

Kota Magelang, yang mempunyai banyak sekali kenangan indah untuk suamiku tersayang.

Sebab di kota ini, Mas Agam menempuh pendidikan militernya. Masa-masa perjuangan, sebelum akhirnya Mas Agam bisa sampai pada posisi di mana dirinya memperoleh semua kebanggaan dan hasil dari setiap kerja kerasnya.

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang