49. Lebah Madu

2.3K 198 26
                                    

💉 Amalia

"Ini apa, Bunda?"

Aku jadi tertawa. Saat Arshilla sudah langsung menyusup di sela lenganku karena ingin melihat tugas apa yang sedang ku punya.

"Bunda lagi input data untuk kuliah, sayang."

"Kuliah yang di Jogja? Yang waktu itu Shilla jemput Bunda sama Pakdhe Ganteng di sana?"

Anggukan kepala lekas kuberikan untuk menjawab pertanyaan dari Arshilla. "Iya, sayang. Buat kuliahnya Bunda yang di Jogja."

"Berarti, Bunda udah mau sekolah lagi?"

"Belum, sayang. Bunda masih harus tes dulu. Sama ada beberapa berkas yang harus Bunda penuhi, sebelum nanti, Bunda bisa kuliah lagi."

"Susah?"

"Rumit. Soalnya, banyak yang harus dikerjakan."

"Memangnya, ada apa aja, Bunda?"

"Ada surat izin kedinasan. Dari Rumah Sakit, juga BKD. Terus, surat penerimaan dari kampus. Belum, nanti, ada tambahan surat-surat lain juga di setiap tahapan tes pendaftarannya."

"Jadi orang gede, ternyata, pusing banget ya, Bunda."

Tawamu jadi mengudara. Sungguhan gemas sekali dengan nada suara teramat polos dari Arshilla.

"Iya. Kadang, memang bisa pusing banget. Capek juga. Soalnya, kalau udah gede, sedikit banget liburnya."

"Kalau gitu, semangat ya, Bunda."

"Terimakasih, princess Shilla." Jawabku ceria sekali, karena Arshilla yang sudah manis sekali menciumi bagian pipiku sampai beberapa kali.

"Bunda."

"Iya, sayang."

"Kalau Shilla lagi pusing sama PR sekolah yang jumlahnya banyak banget, di rumah, Ibun pasti selalu bantu Shilla. Jadi, nanti, kalau Bunda masih pusing sama tugas-tugasnya, Shilla bantu Bunda ya. Tapi kalau Shilla nggak bisa, nggak tahu gimana hasilnya, nggak ketemu juga jawabannya, Shilla pasti bantu doa buat Bunda."

MasyaAllah.

Memang putri cantik yang manis sekali.

"Iya, sayang. Nggak papa. Doanya Shilla, juga udah baik banget buat Bunda."

"Tapi kalau Bunda tetap pusing, biar Pakdhe yang turun tangan. Biar Pakdhe ikut belajar lagi sama Bunda. Nanti, pasti bisa. Soalnya, Pakdhe Ganteng, jagoan."

Maka setelahnya, tawa begitu riang yang langsung mengiringi ucapan tak terduga dari Arshilla.

"Jadi, Pakdhe Ganteng jagoan ya?"

"Iya dong. Tuh. Bunda lihat aja. Tangannya Pakdhe Gantengnya Shilla, kekar banget, besar, kuat, bisa buat Shilla gelantungan. Pakdhe Ganteng, juga hebat banget angkat senjata. Bisa pakai tembakan. Lawan-lawannya Pakdhe, bisa langsung kalah. Jadi, kalau ada yang susah-susah, suruh Pakdhe Ganteng aja yang maju duluan. Biar Pakdhe Ganteng yang bantu Bunda."

Astaga.

Ini sungguhan lucu sekali.

"Iya. Pakdhe Gantengnya Shilla, memang jagoan banget. Tapi, kalau di sekolahnya Bunda, nggak ada yang boleh bawa tembakan, sayang. Nggak boleh bawa senjata tajam. Apalagi laras panjang. Nanti, semua guru sama tenaga medisnya, bisa kabur karena ketakutan."

"Oh iya. Kalau dokter, bawanya suntikan ya, Bunda. Sama stetoskop buat periksa."

"Iya, sayang. Tapi nggak papa. Bunda tetap suka banget sama Pakdhe Gantengnya Shilla. Biar nanti, Pakdhe yang jagain Bunda ya."

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang