66. Failed

2.1K 181 20
                                    

💉 Amalia

Hari libur, dan aku sudah sibuk sekali di dapur.

"Sayang, alat cukurnya Mas, ada di mana?"

Sedang asik menggoreng tahu, aku jadi terkejut karena ada seseorang yang sudah menyusupkan kedua lengan kekarnya untuk memeluk erat perutku.

Yang tanpa melihat siapa orangnya, kecupan di pipiku sudah jadi bukti bahwa pelakunya pasti si Tentara Tampan kesayangan Amalia.

Memang gemas.

Jadi segera menepuk lengan kekar Mas Agam sampai beberapa kali, aku jadi mendengus tapi juga terkekeh dengan begitu geli, karena Mas Agam yang belum mau menghentikan ciumannya sejak tadi. Bahkan kini, dari pipi, sudah mulai merayap ke bagian leher dan juga telinga yang membuat tubuhku jadi bergetar dengan sengatan yang luar biasa sekali.

"Ini, tolong, Bapak Tentara, pagi-pagi, jangan bikin gara-gara ya."

Mas Agam tertawa. Dan malah jadi semakin mengeratkan pelukannya.

"Orang lagi romantis, masa dibilang cari gara-gara? Kan, Mas nggak ribut, sayang."

"Iya. Di luarnya, memang nggak ribut. Nggak berisik. Tapi di dalam, jantungku udah langsung parade nih gara-gara ciumannya Mas."

"Masa si?"

"Halah. Pura-pura sok polos nih. Padahal, udah sering banget nakalin istrinya."

"Tapi, nakalnya bikin enak, sayang. Iya, kan?"

Makin menjadi-jadi saja ciumannya. Karena Mas Agam yang terus jahil menggodaku dengan kecupan-kecupan lembutnya, kedua ujung jariku jadi memberikan balasan cubitan yang malah membuat tawa Mas Agam semakin mengudara.

"Cubitan kamu nggak sakit, sayang. Cuma kaya semut."

"Udah ah. Jangan goda-goda terus. Aku lagi masak, Mas."

"Jadi, nanti, kalau udah selesai masak sarapan pagi, boleh goda-goda lagi?"

"Boleh. Kalau Mas masih pengin."

"Malah makin turn on dong, sayang."

"Mas!"

Aku memekik tertahan.

Karena Mas Agam berbicara seperti itu, sambil menyesap bagian bahuku.

Dan bisa dipastikan, kalau ciuman dari Mas Agam yang seperti ini pasti meninggalkan jejak merah sebagai kenang-kenangan.

"Pasti merah nih. Iya, kan? Mas habis kasih cupang pagi-pagi."

Mas Agam tertawa dan mengecupi lagi bagian leherku, "Ya iya dong. Jelas pasti dikasih yang merah-merah. Tebal. Biar Mas dikangenin terus sama istri."

"Haduh. Makin pinter aja nih merayunya. Udah, sana, mandi. Biar makin jago lagi."

"Iya, sayang. Biar nanti, kamu makin minta nambah-nambah lagi. Ya?"

"Mas. Mulai ya. Pagi-pagi, pikirannya udah lancar banget mau minta yang mantap-mantap."

Pelukan erat di bagian perutku makin melilit tubuhku sampai tak bisa pergi ke mana-mana.

"Ini, nggak mau dilepas nih peluknya? Beneran mau gelendotan terus kaya gini?"

"Ya gimana? Habisnya, kalau peluk istri, enak banget si. Hangat."

"Udah. Modusnya, lanjutin nanti lagi, Mas. Sekarang, cepetan mandi sana. Dan aku, mau lanjut masak lagi."

"Iya deh. Berarti, sini, sebelum mandi, Mas dikasih vitamin dulu dong."

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang