65. Ada Beda

2K 173 31
                                    

💉 Amalia

Pagi sudah menjelang. Dan aku sudah ada dalam penjagaan manis suamiku tersayang. Pelukan erat dan hangat dari Mas Agam yang selalu membuatku sangat senang.

"Mas."

"Iya, sayang."

"Aku masih penasaran banget."

"Soal apa?"

"Waktu itu, sebelum hari pernikahan kita, Mba Asri cerita semangat banget, kalau katanya, Bu Ninda nggak jadi pindah tugas ke Solo."

"Memang."

"Kok bisa?"

"Ya bisa dong, sayang."

"Kalau boleh tahu, apa alasannya?"

"Ya banyak."

"Salah satunya?"

Aku jadi memusatkan perhatianku, juga menajamkan pendengaranku, karena Mas Agam yang terkekeh dan sudah langsung mengeratkan pelukan hangatnya untukku.

"Banyak, sayang."

"Bukan karena Mas, kan?"

Mas Agam makin terkekeh dan menciumi keningku.

"Faktornya, beneran ada banyak banget, sayang. Karena bagi setiap dinas, pasti punya aturan dan tata tertibnya masing-masing. Untuk dunia militer, juga sama. Begitu juga dengan dunia kesehatan yang kamu punya. Setiap hal yang Prajurit lakukan, itu pasti selalu ada yang mengawasi. Ada aturannya. Nggak bisa kita berbuat seenaknya sendiri. Waktu kita sedang proses pengajuan pernikahan, kamu selalu bilang, kalau katanya, kamu kaget, tapi juga takjub dengan semua aturan yang militer punya. Iya, kan?"

Aku jelas langsung menganggukkan kepalaku. "Iya, Mas. Banget. Aku beneran nggak nyangka, kalau tahapan pengajuan dan tesnya akan sebanyak dan seketat itu."

Mas Agam kini beralih menciumi bagian bahuku. "Ya karena memang seperti itu prosesnya. Untuk setiap hal yang Prajurit punya, apa yang akan kami lakukan, pasti selalu ada pengawasannya. Selalu ada tindakan lanjutannya. Nggak mungkin bisa langsung terpenuhi begitu saja, tanpa ada proses seleksinya. Harus ada usaha, dan proses penyelidikan terlebih dahulu. Apalagi bagi setiap Tentara, segala hal yang kami lakukan, itu pasti akan selalu ada tugas dan tanggungjawab pentingnya. Begitu juga di kesatuan, juga tentang dinas dan segala macam kelengkapannya. Untuk pindah, surat tugas negara, keberangkatan, kepulangan, semuanya, itu ada aturannya, sayang. Ada proses ketat yang harus dilalui, yang kesemuanya, itu sungguhan ada penilaian tersendiri yang harus dilalui. Jadi, tentang Bu Ninda yang tak bisa pindah ke Solo, itu pasti sudah jadi keputusan dari atasan. Sudah hasilnya seperti itu. Dan itu pasti sudah melalui banyak sekali penyelidikan."

"Terus, Bu Ninda, sekarang, tugas di mana?"

"Kembali di kesatuan tugasnya setelah pindah ke Jawa. Di Salatiga."

"Nggak dipecat, kan?"

Kekehan Mas Agam kembali terdengar. "Nggak, sayang. Bu Ninda, masih aktif bertugas. Hanya pasti, dia sempat mendapatkan teguran dan pengawasan yang sangat ketat. Supaya Bu Ninda jangan sampai melanggar. Karena bagi setiap Prajurit, jelas tak boleh mencoreng nama baik kesatuan. Tindak tanduknya harus sangat dijaga, tak boleh sampai melanggar aturan. Apalagi ketika sedang mengenakan seragam. Sebab bukan hanya soal apa seragamnya, atau di mana saja tempatnya, tapi lebih tentang  bagaimana tanggungjawab besar yang dipunya."

Maka jawaban dalam dari Mas Agam membuatku jadi langsung mengerti bahwa aku tak perlu bertanya lagi.

Jadi segera mengeratkan pelukanku, aku semakin menyamankan posisiku di pelukan hangat suamiku.

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang