40. Semakin Yakin

2.3K 220 18
                                    

🔫 Agam

Selepas berbagi cerita dan menyampaikan berita bahagia bersama semua keluarga, kini aku duduk santai sambil menikmati secangkir teh hangat ditemani adik perempuanku tercinta, Alya.

"Dek."

"Iya, Mas."

"Menurut Adek, Amel gimana?"

"Apanya yang gimana?"

"Ya orangnya. Sifatnya. Pembawaannya. Menurut Adek, gimana? Adek suka?"

"Kok tanya sama Adek? Harusnya, tanya sama Mas Agam sendiri dong."

"Kok Adek malah balik tanya sama Mas?"

"Ya iya dong. Memang harusnya kaya gitu."

"Kenapa harus kaya gitu?"

"Karena Adek tahu, kalau pertanyaan ini, sebenarnya, pasti mau Mas Agam tanyain sama diri Mas sendiri. Tapi Mas Agam masih gengsi."

Aku langsung terkekeh karena ekspresi cemberut yang sedang Alya tunjukan saat ini.

"Mamas nggak gengsi."

"Berarti takut. Atau masih ragu. Belum yakin, padahal sebenarnya sudah tahu. Makanya Mamas jadi tanya soal ini sama Adek. Biar Mamas dapat tambahan keyakinan lagi. Iya, kan?"

"Kenapa Adek jadi suudzon kaya gitu sama Mas?"

"Adek bukan lagi suudzon. Tapi sedang menebak. Dan tebakan Adek pasti benar."

"Sok tahu."

"Terus apa namanya?"

"Ya Mas tanya. Dan Adek tinggal jawab."

"Ya Mas Agam yang harusnya yakin dengan pilihan Mas dong. Mas Agam yang merasakan. Jadi harusnya, Mas Agam sudah pasti tahu bagaimana Mba Amel dalam hidup Mas."

"Mas sudah tahu. Sudah yakin juga. Sangat. Karena kalau Mas masih ragu, nggak mungkin Mas berani datang ke Semarang untuk langsung meminta restu."

"Berarti, Adek tahu kenapa Mas jadi begini."

"Kenapa?"

"Soalnya Mas lagi deg-degan karena mau jadi calon pengantin!"

Dan kini aku jadi memperdengarkan kekehanku. Begitu juga dengan Alya yang sudah semakin tertawa setelah mendapat pitingan dariku.

"Mas."

"Hm. Kenapa?"

"Kita udah kenal berapa lama si?"

"Ngapain pakai tanya kaya gitu segala?"

"Ya tinggal jawab aja. Jangan pakai ngomel kaya gitu dong, Mas. Masa sama Adek sendiri langsung sengit banget?"

"Ya gimana Mamas jadi nggak sengit? Pertanyaan Adek aneh begitu."

"Nggak aneh."

"Kalau nggak aneh, ya berarti nggak usah tanya kaya gitu lagi. Soalnya jawabannya sudah sangat jelas."

"Apa jawabannya?"

"Adek itu, adik perempuannya Mamas. Jadi jelas, kalau kita kenal ya udah lama banget. Dari semenjak Adek lahir, kita udah saling tahu. Jadi nggak usah makin ngaco kalau mau tanya kaya gitu lagi. Mamas nggak suka."

"Ya itu. Mas tahu jawabannya. Jadi harusnya, tadi, waktu Adek bilang kalau Adek memang tahu, Mas percaya dong."

"Kenapa Mas harus percaya?"

"Karena Mamas memang suka sama Mba Amel. Perasaan Mas Agam memang sedang jatuh cinta, dan itu dengan Mba Amel orangnya."

"Kenapa Adek jadi bisa menyimpulkan seperti itu?"

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang