21. Tak Sama

2.6K 201 56
                                    

💉 Amalia

Baru membuka pintu mobilku, dan senyum begitu cerah sudah langsung menyambutku.

"Selamat datang yang baru pulang! Sudah bahagia sekarang?"

Terkekeh setelah nyaman bangkit berdiri, sambutan teramat ceria dari Danish sungguhan membuatku jadi terkekeh dengan begitu geli.

"Sepagi ini, dan kamu udah ada di sini?"

"Bahkan tadinya, aku mau langsung jemput kamu di Semarang. Tapi pasti bakal dapat omelan dari kamu kalau aku begitu. Jadi aku tahan-tahan, dan sabar nunggu kamu di sini."

Menganggukan kepalaku, kekehanku makin menjadi saja karena gesitnya Danish yang sudah langsung membawa semua barang bawaanku.

"Ya. Jadi terimakasih ya untuk pekanya. Dan terimakasih juga, karena nggak lagi jadi penguntit yang nekat jemput sampai ke depan rumah buat ketemu sama Papa dan Mama."

Danish langsung mengangguk semangat sekali. "Sama-sama, darling. Tapi sebagai gantinya, tetap dong, sambutanku sudah ada saat kamu buka pintu. Iya, kan? Jadi gimana? Udah jadi definisi suami paling romantis dong aku."

Setelahnya, aku jadi tertawa. Dan gelengan kepalaku juga kembali tiba.

"Baru ditinggal 1 hari lebih, tapi udah klaim aja terus jadi suami."

"Iya dong. Biar kamu bisa cepat luluh. Jadi Om Baskoro bisa punya putra ganteng lagi kaya aku."

"Papa udah punya Mas Ai. Dan Mas Ai udah lebih dari ganteng."

"Tapi yang ganteng dan ngangenin, jelas aku masuk kategori dong."

"Aduh. Untung aja, Solo nggak lagi dingin ya. Jadi tubuhku nggak langsung menggigil karena bualanmu yang ngeri kaya gitu."

Tawa renyah Danish mengiringi perjalananku sampai masuk ke dalam rumahku.

Dan pekanya Danish juga tetap sama. Karena pintu rumahku dibiarkan terbuka. Saat sadar betul bahwa kali ini kami hanya sedang berdua.

Memang laki-laki baik.

Jadi mendudukan diriku di atas sofa, hebohnya Danish kembali mengundang tawa yang kupunya.

"Mel."

"Kenapa, Danish?"

"Bawaanmu kok banyak banget?"

"Iya dong. Kemarin, siapa ya yang minta dibawain tahu bakso?"

Jawabanku, membuat binar mata Danish jadi seperti menyilaukanku. "Jadi aku dibawain oleh-oleh?"

Aku segera menganggukan kepalaku. "Iya. Buat nanti dibawa ke kantor juga."

"Wah. Memang istri super baik. Makin sayang!"

Maka kini aku segera bangkit berdiri. Sebelum bualan Danish semakin menjadi di sini.

"Udah ah. Aku mau siap-siap dulu ya."

"Habis ini, kamu mau langsung berangkat kerja?"

"Iya dong. Liburku cuma 1 hari, Danish. Jadi nggak mungkin kalau bisa nambah lagi."

"Oke, cantik. Take your time. Suami ganteng akan selalu setia menunggu di sini."

Maka aku makin menggelengkan kepalaku, menerima sikap hormat yang Danish berikan untukku.

"Ya. Jadi, kalau beneran ganteng, anteng ya. Nggak boleh ribut."

"Siap, calon Ibu Dharma Wanita kesayangan Danish Damara."

Ah panggilan ini. Ternyata kini jadi sering kudengar lagi.

"Udah. Daripada sibuk gombal terus, mending, kamu ngunyah aja. Biar kenyang. Itu. Tas yang biru, semua isinya buat kamu."

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang