52. Sengatan Menyebalkan

1.9K 200 37
                                    

💉 Amalia

"Akhirnya, selesai juga." Ucapku riang sekali melihat semua hasil masakan yang ku punya.

"Iya. Berhasil semuanya. Jadi, selamat, Mba. Pagi-pagi, udah langsung semangat banget begini loh."

"Iya nih. Demi Pak Komandan. Tapi jadi buat repot Ibu Guru. Soalnya, dari pagi, udah langsung digeruduk rumahnya."

"Nggak papa. Aku nggak repot, Mba. Malah jadi happy banget, karena akhirnya, Mba Amel bisa main lagi ke rumah."

"Iya. Aku juga happy banget. Tapi, maaf ya, Dek. Karena aku pasti jadi buat kamu repot banget dan berisik pagi-pagi begini."

"Nggak papa, Mba. Beneran. Kita sudah jadi satu keluarga. Jadi sudah seharusnya saling membantu kalau memang bisa."

Ya. Pagi ini, aku sudah membuat gaduh di kediaman besar Ardiaz dan Alya. Memasak banyak sekali makanan, sampai membuatku jadi cukup sering pontang-panting ke sana ke mari supaya hasil masakanku bisa sempurna. Alasan utamanya, jelas karena seorang Agam Prawira Laksamana. Sebab aku tak ingin lagi semakin bersitegang dengan calon suamiku tercinta. Jadi hari ini, aku mempersiapkan bekal makan siang, supaya aku dan Mas Agam bisa lebih tenang membicarakan kesalah pahaman yang sempat terjadi di antara kami berdua.

"Mba."

"Iya, Dek."

"Aku boleh tanya?"

"Boleh dong. Silakan."

"Mba Amel lagi berantem ya sama Mas Agam?"

Aku jadi meluruh di atas tempat dudukku, saat Alya bertanya seperti itu.

"Kenapa kamu jadi bisa menyimpulkan seperti itu, Dek?"

Alya ikut memberikan senyum tipisnya untukku. "Aku bisa langsung paham, bisa nebak, saat kemarin, Mas Agam datang dengan ekspresi kerasnya. Apalagi, karena Shilla yang diantar terlebih dahulu. Jadi aku jelas bisa langsung sadar, kalau pasti ada sesuatu nggak beres yang sedang terjadi. Makanya Mas Agam mau bicara serius sama Mba Amel."

Maka aku jadi semakin percaya, bahwa keluarga Laksamana, memang adalah keluarga yang selalu bisa saling peka dan perhatian sekali pada satu sama lainnya.

"Aku juga bingung mau bilangnya gimana, Dek."

"Kalau Mba Amel nggak mau cerita, nggak papa kok, Mba. Aku paham. Dan nggak akan memaksa."

Aku jelas langsung tersenyum bahagia sekali. Bersyukur dan begitu terharu dengan bentuk pengertian Alya yang sampai seperti ini.

"Sebenarnya, Mba juga nggak mau bilang kalau ini berantem."

"Terus?"

"Mungkin, salah paham. Tapi jadi kejadian yang sudah berulang. Memang belum lama si. Tapi cukup berhasil buat aku jadi sedikit banyak protes sama Mas Agam."

"Kalau boleh tahu alasannya, memangnya, ada apa, Mba?"

Menarik napasku terlebih dahulu, mungkin aku memang harus sedikit bercerita supaya bisa mengurangi rasa sesak di dalam hatiku.

"Ada cewek yang terang-terangan lagi mau deketin Mas Agam."

Alya langsung tersenyum setelah mendengar cerita dariku.

"Siapa, Mba?"

"Tentara. Katanya, salah satu Perwira Wanita yang sempat bareng tugas negara sama Mas Agam. Dan sekarang, lagi mau mengajukan surat pindah tugas ke sini."

"Mba Amel lagi cemburu ya?"

Aku jadi menunjukan ekspresi cemberutku. "Ya gimana nggak jadi cemburu, Dek? Orang ceweknya, terang-terangan banget kaya mau nikung aku."

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang