36. Gerak Cepat

2.6K 237 78
                                    

💉 Amalia

Masih pagi, tapi senyumku sudah bahagia sekali. Teramat cerah sampai rasanya tubuhku bisa langsung terbang begitu tinggi.

Alasannya, tentu saja karena pria tampan dan gagah perkasa yang pagi ini sudah berada tepat di halaman rumahku bersama mobil hitam besarnya.

Gemas sekali.

Meski harus kuakui, bahwa kerennya Mas Agam sungguhan jadi berkali-kali lipat lebih besar jumlahnya hari ini.

Wah panggilan baru ya.

Mas.

Bukan lagi Pak Komandan.

Aduh.

Bahagianya.

Sampai kini aku jadi terkekeh saat sambutan pertama yang kuterima justru kernyitan dahi yang terlihat begitu mempesona.

"Kok mukanya langsung kaya gitu si, Mas? Harusnya, ada cewek cantik datang, sambut dong. Selamat pagi, sayang. Gitu. Kok ekspresinya malah jadi kaya orang lagi jijik begitu."

Kalimat pembukaku membuat Mas Agam makin menajamkan pandangannya padaku.

"Ya kamu itu. Belum ucap salam, tapi kenapa senyumnya udah langsung lebar banget kaya gitu?"

Aku jadi makin mengembangkan senyum bahagiaku. "Memang kenapa kalau senyumku udah lebar banget kaya gini? Mas Agam jadi silau ya? Soalnya cerahnya senyumanku udah kaya langsung bisa ngalahin sinar matahari pagi."

Mas Agam langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan malah meninggalkan aku dengan masuk ke dalam mobil mewahnya. Tanpa mempersilakan aku masuk terlebih dahulu dengan bukakan pintunya.

Memang dasar Pak Komandan yang kakunya luar biasa.

Tapi tetap saja, perasaan jatuh cintaku untuk Agam Prawira Laksamana juga sudah begitu luar biasa.

Jadi tanpa melunturkan senyum bahagiaku, langkah kakiku sudah riang sekali masuk ke dalam mobil Mas Agam meski pemiliknya belum mempersilakan aku.

Ya. Tak apa. Aku tetap sangat bahagia. Karena Mas Agam sepagi ini bisa sampai di rumahku karena mau aku berangkat kerja bersamanya.

Jadi sungguhan tak apa. Walau aku masuk sendiri tanpa sambutan romantis seperti bayanganku sebelumnya. Asal bersama Agam Prawira Laksamana, maka berangkat teramat pagi akan tetap jadi rutinitas yang sangat aku suka.

"Sabuk pengaman, jangan lupa."

"Siap, Komandan."

Mobil Mas Agam telah melaju secara perlahan. Dan senyum bahagiaku makin terkembang dengan begitu sempurna saat wangi parfum Mas Agam sungguhan masuk ke dalam penciumanku sampai membuatku jadi ingin sekali memberikan pujian.

"Mas."

"Hm. Kenapa?"

"Mas Agam wangi banget si. Habis mandi kembang 7 rupa ya? Kok wanginya bisa semerbak banget kaya gini?"

Mas Agam langsung mengeluarkan dengusannya. "Ngapain pakai mandi kembang 7 rupa segala kalau mau jemput kamu?"

"Ya siapa tahu karena Mas mau buat aku jadi makin klepek-klepek."

"Nggak usah pakai mandi kembang 7 rupa, kamu juga udah pasti selalu terbayang-bayang wajah Mas terus. Jadi Mas nggak mau makin nambahin halusinasimu."

Aku jadi terkekeh dengan begitu geli di tempat dudukku. "Narsis banget si. Tapi nggak papa, aku tetap cinta."

Dan ada apa dengan ekspresi yang sedang Mas Agam tunjukan?

Kenapa Pak Komandan jadi memalingkan wajahnya dariku?

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang