38. Ternyata, Seperti Ini Rasanya?

2.8K 242 38
                                    

💉 Amalia

Baru menutup resleting tas milikku, senyum bahagia langsung terbit di wajahku, saat melihat siapa seseorang yang kini sedang menghubungiku.

Ya ampun.

Jadi ini sungguhan?

Bahkan jantungku benar-benar sudah langsung berdebar karena membaca nama Pak Komandan.

Pria sholih ini ada dalam hidupku. Hal indah yang dulu selalu kujaga di dalam setiap doaku, kini mulai terbiasa muncul dalam keseharianku.

Bahagianya. Dan semoga untuk selamanya ya.

Aamiin.

Jadi segera mendudukan diriku, senyum bahagiaku jelas semakin terkembang sebagai tanda bukti suka citaku. Apalagi saat kini diriku sudah menerima panggilan telepon dari Pak Komandan yang selalu sangat berhasil untuk memancing rasa rinduku.

Gemas sekali.

"Assalamu'alaikum, Mas."

"Wa'alaikumsalam, Mel."

MasyaAllah.

Hei, jantungku!

Kumohon tenang sebentar ya.

Ayo bekerjasama dengan baik supaya aku tak semakin gugup seperti ini.

"Iya, Mas."

"Gimana? Pekerjaannya sudah selesai semua? Atau ada tugas tambahan lagi?"

Manis sekali.

Padahal belum melihat wajah tampannya. Tapi suara tegas Mas Agam sudah sangat berhasil untuk membuatku jadi semakin jatuh cinta padanya.

"Alhamdulillah. Udah selesai semua, Mas. Mau libur, jadi bebas tugas tambahan dong."

"Bener?"

"Iya, Mas. Bener. Tugasku udah selesai semua. Karena nggak mungkin aku bisa libur kalau masih ada tanggungan pekerjaan."

"Oke. Bagus. Jadi, mau dijemput di mana? Habis ini, Mas langsung ke sana. Mau di ruang kerja kamu? Atau kamu lagi di poli?"

Senyum bahagia jelas semakin terkembang dengan begitu sempurna di wajahku. Bahkan kini ditambah dengan rasa geli di perutku. Karena bahagia sekali dengan bentuk perhatian teramat manis yang sedang Mas Agam berikan untukku.

Karena rasanya jadi seperti mimpi. Indah sekali.

"Nggak usah, Mas."

"Kok nggak usah? Nggak mau dijemput sama Mas? Jangan sampai kamu lupa dengan janji kita tadi pagi ya. Kamu harus mudik sama Mas. Jadi memang Mas yang harus jemput kamu."

Aduh.

Gemasnya.

Biasanya, menakutkannya bisa sangat luar biasa. Tapi ternyata, bisa merajuk juga ya.

"Justru karena aku nggak lupa dengan janji kita, Mas."

"Jadi?"

"Jadi, ketemu di depan aja. Mas nggak perlu repot sampai jemput aku di dalam. Biar Mas nggak terlalu capek."

"Mas baik-baik aja, Amel."

"Alhamdulillah. Aku happy banget kalau Mas sehat dan baik-baik aja. Jadi, ketemu di depan aja ya. Aku udah selesai kok. Mas Agam mau nyetir sampai ke Semarang. Jadi jangan buang tenaga Mas lebih banyak lagi di sini. Oke?"

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang