61. Aku Aja

2.8K 213 57
                                    

💉 Amalia

Menggeliat pelan dari tidur nyenyakku, senyum bahagia langsung tersemat di wajahku, saat menatapi pemandangan begitu menyejukkan yang kini sedang tersaji dengan begitu teduh di sisiku.

MasyaAllah.

Kuasa Allah memang begitu luar biasa.

Baru membuka mata, dan kini aku sudah langsung ditunjukkan betapa khusyuknya suamiku dalam doa dan sholat malamnya.

Memang suami sholih.

Jadi segera menyamankan posisi berbaringku, kini aku sudah beralih jadi memiringkan kepalaku, dan meletakkan satu telapak tanganku untuk menyangga wajahku, supaya aku bisa menatap lekat pada suamiku.

Dan aku tak menyangka, bahwa ternyata, Mas Agam sudah selesai dengan semua rangkaian ibadah malamnya.

"Sudah bangun?" tanya Mas Agam manis sekali, sambil mengusap lembut pipi bangun tidurku ini.

"Iya, Mas."

"Hm. Bau bayi nih."

Aku jelas langsung tertawa. Dan jadi memukul pelan bahu tegap Mas Agam yang baru saja mencium pipiku dengan kecupan gemasnya.

"Jangan ngeledek ya, Mas."

"Kan, bener, sayang. Bismillah. InsyaAllah, segera ada calon bayi di sini." Dan gerakan tangan Mas Agam memantik degupan kencang yang begitu menggetarkan hati. Karena telapak tangan Mas Agam sedang mengusap bagian perutku dengan gerakan yang lembut sekali. "Semoga, Allah segera memberikan keturunan yang sholih dan sholihah, untuk Ayah dan Bunda."

"Aamiin."

Saling bertukar tatap bahagia, kini Mas Agam jadi mencium bibirku dengan begitu manisnya.

Ya ampun.

Bagun tidurnya langsung luar biasa sekali, karena sudah diberikan hadiah kecupan bertubi-tubi oleh pria gagah dan setampan ini.

"Jadi, mau mandi? Atau mau lanjut tidur lagi?"

"Mau mandi. Biar nggak kalah wangi sama Mas."

"Kamu juga masih tetap wangi, sayang."

"Gombalnya. Padahal, aku tahu, kalau itu pasti bohong. Soalnya, aku aja baru bangun tidur, Mas."

Mas Agam terkekeh dan mengusak hidungnya denganku.

"Beneran mau mandi sekarang? Nggak mau tidur lagi? Ini, masih jam setengah 3 kok. Belum subuh."

"Iya, Mas. Mau mandi sekarang. Mandi wajib. Biar bisa langsung sholat malam. Mumpung masih ada sisa waktu mustajabnya."

"MasyaAllah. Istri sholihah."

"Soalnya, suaminya juga sholih banget si." Kataku bahagia sekali, dan langsung memberikan satu kecupan gemas di rahang tegas Mas Agam yang paginya sudah terlihat seterang ini.

"Oke. Yuk. Istri sholihah, Mas gendong ya buat mandi."

"Memang masih kuat?"

"Jelas kuat dong."

"Padahal, semalaman, udah kerja keras banget ya. Berapa ronde tuh?"

"Jangan mancing-mancing."

"Kenapa?"

"Kamu mandi dan sholat dulu. Nanti, baru amal sholih lagi."

Aku tertawa. Tapi tak ayal tetap mengeratkan pegangan tanganku pada leher tegap Mas Agam yang kini sudah mengangkat tubuhku dalam gendongannya.

"Mas."

"Dalem, sayang."

"Mas Agam ganteng banget pakai baju koko."

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang