35. Misi Berhasil!

2.8K 233 64
                                    

💉 Amalia

Malam sudah tiba. Dan rasanya, senyumku tak mau untuk sirna. Makin terkembang dengan begitu sempurna. Sebagai tanda bukti betapa besar bahagia yang sedang kupunya.

Dan alasannya, jelas karena seorang pria gagah perkasa bernama Agam Prawira Laksamana. Yang datangnya tak pernah berhenti membuatku jadi selalu jatuh cinta. Juga hadirnya yang selalu sangat berhasil untuk membuat degup jantungku jadi langsung berubah meronta-ronta.

Aduh.

Deg-degan lagi.

Jadi segera menggelengkan kepalaku, aku ingin mengenyahkan semua bayang Pak Komandan dari dalam pikiranku.

Sementara saja.

Supaya kini aku bisa segera menyelesaikan semua rangkaian skincare malamku dan lekas beranjak tidur untuk mimpi indah.

Karena siapa tahu, Sang Komandan Tampan juga akan hadir di dalam mimpiku.

Astaga.

Agam Prawira Laksmana sungguhan telah menyita banyak sekali perhatianku.

"Duh. Nggak bisa kalau kaya gini. Bisa kangen terus aku tuh."

Baru selesai dengan gumaman pelanku, dering ponsel sudah masuk ke dalam pendengaranku.

Dan kalian tahu siapa nama yang kini sedang muncul di layar ponselku?

Komandan Agam.

Ya ampun.

Aku sungguhan langsung berjingkat di atas tempat dudukku. Dengan degupan jantung yang sudah semakin bertalu. Sebab benar-benar tak menyangka bahwa Pak Komandan akan menghubungiku.

Segera memakai jilbabku dengan benar dan rapi, tanganku malahan jadi bergetar karena video call dari Pak Komandan yang masih menunggu jawabanku sampai saat ini.

Ini benar Pak Komandan?

Atau aku yang berhalusinasi karena terlalu merindukannya?

Menutup dan membuka mataku berulang kali, panggilan video dari Pak Komandan memang sungguhan dan bukan mimpi.

Jadi jelas gugup di atas tempat tidurku, kupastikan kalau rona merah pasti sudah menjalar dengan sangat cepat di wajahku.

Gugup luar biasa. Tapi senangnya juga tak terkira.

Jadi segera menarik napas sepanjang-panjangnya, akhirnya panggilan dari yang tercinta sudah kuterima.

Tapi baru menerimanya, senyum bahagiaku makin tercipta, saat melihat siapa gadis kecil yang kini sedang menyapaku dengan lambaian kedua tangannya.

Gemasnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Halo, Shilla."

Dan kini aku malah jadi ingin sekali tertawa. Saat mendengar percakapan di balik telepon antara Alya dan Arshilla.

"Ibun. Mba Shilla panggilnya apa?"

"Bunda."

"Beneran Bunda?"

"Iya dong."

"Tapi nanti salah."

"Nggak akan salah, Mba. Yang minta telepon Bunda Dokter, kan Pakdhe Ganteng. Jadi pasti benar."

"Oke."

"Ya. Jadi ayo, Mba Shilla latihan panggil Bunda."

Detak jantungku sudah semakin tak karuan. Berisik sekali karena aku yang benar-benar merasa bahwa semua panggilan ini seperti mimpi yang sedang diwujudkan.

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang