第 19-1 章

1.6K 157 0
                                    

'Kenapa bajingan gila ini tersenyum?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Kenapa bajingan gila ini tersenyum?'

Hessen ngeri melihat pemandangan itu, mengutuk dalam hati saat dia mengangkat teko berisi air.

"Ah, benar. Dia bertingkah seperti orang yang kehilangan ingatannya."

Owen menjawab dengan santai, tetapi saat dia mengatakannya, rasanya ada yang ganjal. Owen bukanlah tipe pria yang berbicara omong kosong. Pasti ada sesuatu.

Menempatkan teko kembali setelah menuangkan air untuk dirinya sendiri ke dalam gelas, Hessen segera berbalik menghadap Owen.

"Apa itu?"

"Hm."

"Hei kau, bukan maksudku, Kakak. Katakan padaku yang sebenarnya. Apa yang sedang terjadi? Orang itu tiba-tiba bertingkah aneh."

"Seberapa aneh tingkahnya?"

"Jangan mengelak!"

Owen terus berpura-pura tidak tahu, dan amarah Hessen dengan cepat berkobar. Dia meneguk air di gelasnya dan kemudian bertanya dengan nada yang agak mengancam.

"Katakan padaku. Apa yang sedang terjadi."

"Entahlah..."

Tanpa menghabiskan setengah batang rokoknya, Owen memadamkannya di asbak dan bangkit dari sofa yang dia duduki.

Hessen terdiam. Owen benar-benar pergi tanpa menjawab dengan benar.

'Bajingan itu. Dia pasti akan berlutut suatu hari nanti.'

Setiap kali Owen bertindak seperti ini, Hessen menjadi sangat jengkel. Diabaikan seperti ini selalu yang terburuk baginya.

Karena dia tidak bisa menahan amarahnya, Hessen memanggil roh unsurnya. Tapi seperti biasa, tidak ada yang bisa dia lakukan. Hessen mengepalkan tangannya saat dia merasakan rohnya, Terra, melayang di sekelilingnya.

Owen kembali menatap adik laki-lakinya, tersenyum lembut melihat penampilan Terra kuning yang mirip ayam.

Senyum itu sepertinya mengatakan bahwa dia benar-benar tidak menganggap yang di depannya sebagai ancaman sama sekali.

"Kapan semangatmu akan tumbuh? Bahkan bayi yang baru lahir bisa lebih baik dari itu."

"Tutup mulutmu."

Mata Owen melengkung menjadi bulan sabit saat dia memandang Hessen, yang mengepalkan dan melepaskan tinjunya. Wajah Owen tersenyum saat dia mendekati pintu, mengangkat satu tangan untuk melambai ke belakangnya.

Hessen merasa sangat frustrasi hingga perutnya terasa mual melihat sosok Owen yang akan pergi dengan santai.

"Kau tahu, Hessen," kata Owen sambil membuka pintu. Dia melihat kembali ke Hessen sejenak, tepat sebelum dia meninggalkan ruang tamu. "Tidak peduli apa yang aku lakukan, itu semua demi Everett."

My Husband Hates Me, But He Lost His Memories (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang