第 99-2 章

691 52 0
                                    

Menanggapi dengan nada acuh tak acuh, aku mencoba menurunkan mantel sambil menghindari tatapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menanggapi dengan nada acuh tak acuh, aku mencoba menurunkan mantel sambil menghindari tatapannya. Tapi dia dengan lembut meraih tanganku, mencegahku untuk melepaskannya.

"Biarkan mantel itu di pundakmu. Disini dingin. Apa kau bisa berdiri?"

Aku menjawabnya dengan mengangguk diam-diam sambil menatapnya. Jantungku berdebar-debar, dan emosi yang tak terlukiskan mulai meningkat. Perasaan yang membingungkan, seperti lukisan abstrak.

Menekan emosi itu, aku bertanya.

"Penyihir?"

"Dia berhasil ditangkap."

Theodore menjawab sambil membantuku bangkit. Aku melihat ke mana pandangannya diarahkan. Penyihir itu berlutut, mengenakan pengekang. Total ada lima pengekang: satu di leher, dua di kedua pergelangan tangan, dan dua sisanya di pergelangan kaki.

Penyihir itu, yang kehilangan semua kebebasannya, memiliki mata tanpa roh yang menatap kosong ke tanah. Pengekangan yang mengikatnya berada di bawah kendali Philist. Aku mendekatinya dan bertanya.

"Apa anda mendapatkan sesuatu?"

"Akhirnya anda sadar, Duschess. Saya belum menemukan apa pun tentang orang ini. Dia tidak mau membuka mulutnya. Seolah-olah dia adalah boneka yang sedang dicuci otak..."

Boneka yang sedang dicuci otak... benar, sepertinya penyihir ini tidak sepenuhnya sadar. Mungkin keluarga Everett mengubahnya menjadi boneka untuk menuruti perintah mereka.

"Bagaimana dengan roh kegelapan, apa roh itu berhasil dilumpuhkan?"

"Ya, roh itu sudah ditidurkan dengan aman."

Somnia, yang berkeliaran di dekatku, melontarkan sesuatu dengan bangga.

Itu adalah batu yang tampak seperti obsidian hitam. Itu adalah batu segel yang diciptakan oleh kekuatan Somnia, berisi roh kegelapan.

"Oh, ini..."

Philist, yang telah mengambil obsidian hitam yang jatuh dan memeriksanya, buru-buru menyerahkannya kepadaku.

Melihat reaksiku yang bingung saat menderima batu itu, Philist bertepuk tangan dan berkata.

"Meskipun roh itu tertidur, dia adalah makhluk yang sangat jahat. Lebih baik Duchess Valentino saja yang menyimpan batu segelnya. Dengan begitu, seharusnya tidak ada masalah..."

Aku menatap batu segel di tanganku. Batu yang bentuknya tidak beraturan, menyerupai kristal hitam, memancarkan cahaya redup.

'Bentuknya tidak beraturan, tapi tidak diragukan lagi isinya adalah makhluk jahat...'

Mungkin karena aku telah menemukan jiwa yang dikorbankan sebagai bahan roh kegelapan. Sekarang, alih-alih merasa takut atau jijik, aku malah merasakan empati dan kesedihan.

Agar jiwa-jiwa mereka dapat beristirahat dengan damai, aku harus berhasil membalas dendam kepada Everett.

Tentu saja, itu juga merupakan balas dendamku.


* * ** * *

Setelah istirahat sejenak, aku menuju ke gudang bersama Theodore dan yang lainnya, guna menginterogasi penyihir aneh itu.

"...Lily, apa kau yakin tidak apa-apa jika tidak istirahat lebih lama?"

"Aku baik-baik saja."

Aku menanggapi kekhawatiran Theodore dengan acuh tak acuh. Saat aku melakukannya, aku melirik ke pergelangan tangan kanannya. Gelang koral dari Arendelle ada di sana.

'Siapa yang lebih mengkhawatrikan sekarang...'

Entah kenapa, hatiku terasa tertahan. Menahan rasa lelah, aku mempercepat langkahku.

Namun, saat aku sampai di gudang, geraman mendesak terdengar dari dalam pintu.

"Oh! Tidak!"

Itu adalah suara Derek, yang sedang mengawasi penyihir itu.



-次-

.

.

Vote Please

.

Thankyou

My Husband Hates Me, But He Lost His Memories (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang