33

326 34 10
                                    










Di tempat peristirahatan terkahir itu, duduk seorang wanita cantik menghadap  sebuah nisan berwarna putih bernamakan Arsean Park.

"Hai. Udah lama ya Ochi tidak datang kemari." Gadis itu mengusap nisan itu dengan lembuut.

"Kira-kira lima tahun. Kak Ochi mau bilang bahwa dia yang membuat kakak menutup mata selamanya telah kemali kak.."  lanjut Rosè.   Iya itu Rosè yang dipanggil Ochi oleh kakak kembar nya bernama Sean.

"Kakak tau, aku sudah punya kekasih dia sangat canik dan juga tempan bersamaan, aku sangat mencintai nya kak. Tapi aku yakin Lily ku pasti marah padaku karena aku menghilang selama seminggu." Rosè terkekeh membayangkan wajah kesal Lisa padanya.

"Tapi  hari ini aku akan pulang, pada cinta ku. Dan aku berjanji akan membuat dia yang membunuh mu dan menyiksa kita  menderita kak. Tunggu dan lihat saja kak."


"Bos anak buah Paus datang kemari." Anak buah Rosè memberi laporan bahwa mafia musuh Rosè yang ada di australia mencium keberadaan nya.

"Sial, bawa  mobil pergi dari sini. Lalu suruh orang membawa mobil di ujung persimpangan" titah Rosè dan langsung di lakukan anak buah nya.


"Kak aku pergi dulu, lain kali akan ku bawa kekasih ku kemari." Rosè lalu beranjak pergi dari sana, tapi setelah beberapa langkah dia berhenti dan berbalik

"Aku tidak bisa lagi menepati janji ku untuk memperlakukan keluarga kita sebagi keluarga lagi." Ucap Rosè dengan sedikit rasa berslah lalu berlari pergi ke ujung persimpangan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sedangkan di korea tepat nya di kamar Rosè apartement mereka ber empat, tempat Lisa mengurung diri di kamar selama dua hari ini setelah lima hari mencari keberadaan Rosè namun nihil dan hanya mendapat kan mobil Rosè di dasar jurang.

"Cheng, kamu di mana." Ucap Lisa dengan lirih sambil memeluk baju Rosè di atas ranjang nya jangan lupakan air mata yang bercucuran dari mata nya yang sudah bengkak, hidung yang merah serta penampilan seperti orang gembel.

"Hiks Cheng. Hiks...... hiks....  kenapa kau meninggal kan ku Cheng hiks."  Rancau Lisa dalam tangis nya.  


"Tanpa mu Cheng apa yang harus kelakukan Cheng?,." Gumam Lisa yang masih menangis memeluk erat baju Rosè.

Menagis dan menangis lah yang di lakukan Lisa selama dua hari ini setelah mencati Rosè di dasar jurang namun tidak menemukan  tanda-tanda Rosè di sana.

"Lisa, relakan Rosè. Agar dia tenang di atas sana." Ucap Irene mengusap punggung Lisa lembut.

"Iya Lis, Rosè pasti tidak suka melihat lo nagis pustus asa seperti ini." Timpal Seulgi

Lisa berhenti segugukan dan beralih ke posisi duduk tapi air mata masih mengalir dari kedua matanya menatap satu-per satu teman-teman nya dengan tajam.

"Cheng belum mati. Jangan pernah menyuruhku merelakan atau mengiklhaskan nya." Ucap Lisa pelan namun tegas.

"Kalu dia belum mati lalu di mana?, kita sudah mencari nya kemana-mana dan kita hanya menemukan mobil nya yang sudah hancur. Lisa dengar kita tau ini berat buat Lo, tapi jangan terlalu lama larut dalam kesedihan."ucap Seola dengan nada lembut supaya Lisa dapat menerimanya.

Lisa diam mendengar kata-kata Seola akal sehat nya membenarkan kata-kata Seola namun hati kecil nya  menolak untuk percaya.


"Kematian nya di luar rencana, tapi tak apa sekarang tinggal membereskan kakek tua itu." Batin seseorang dalam kamar  itu. 



DRAK & PINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang