26

375 39 7
                                    




Sudah tiga hari sejak insiden itu, Manson Daddy nya Rosè masih berbaring lemaha tak sadarkan diri di ruang ICU. Mommy park sedang menjaga suami nya dengan tatapan khawatir.

"Mommy, bagai mana ke adaan Daddy?." Seorang wanita cantik masuk keruang ICU di mana Manson di rawat.

"Masih kritis." Jawab Mommy park dengan sendu.

"Sebanar nya apa yang terkadi Mom, sehingga Rosè membaut Daddy seperti ini?." Tanya Alice tegas.

"Daddy meminta Rosè untuk mengakhiri hubungan nya denga  Lisa, Rosè menolak nya dan Daddy mengancam Rosè akan menyingkirkan Lisa. Karena tidak trima Rosè menusuk daddy dengan pisau sebanyak dua kali." Jelasn Mommy park dengan terisak ketakutan mengingat hari di mana Rosè kalap.

Alice diam mendengar penjelasan Mommy nya, tangan nya terkepal kuat karena marah pada Rosè yang dia pikir bodoh dan padaLisa yang dia anggap sebagai pengaruh buruk pada adik nya.

Dengan cepat dan di penuhi amarah Alice berlari keluar tanpa mendengarkan ucapan larangan dari Mommy nya. Alice langsung tancap gas menuju apartemen Rosè.

.
.
.
.
.
...
.
.
.

Tiga hari Manson tidak sadarkan diri, tiga hari juga Rosè tidak sekolah ingatan-ingatan buruk dan menyakitkan yang berusaha dia kubur dalam-dalam kembali bermunculan di pikiran nya. Membuat Rosè tidak mau bicara bahkan untuk makan saja Lisa harus berusaha membujuk nya hanya untuk dua tiga sendok nasi.

"Bagaimana keadaan Rosè?." Tanya Joy saat Lisa baru turun ke lantai satu. Benar hari ini teman-teman mereka datang menjenguk Rosè.

"Masih sperti kemarin, tidak mau bicara, makan, dan hanya bicara saat menyuruh ku keluar." Iirih Lisa, dia merasa sakit melihat Rosè yang hilang semangat sperti ini.

"Apa Rosè tidak menceritakan masalah nya?." Tanya Seulgi.

"Tidak, melihat keadaan Rosè yang seperti ini, jadi kami tidak belum bertanya." Jelas Jisoo

"Tapi dari keadaan Rosè terlihat bahwa kejadian itu pasti sangat menyakitkan  baginya sehingga dapat mengguncang Rosè sampai seperti ini." Timpal Jennie sendu.

"Jadi kalian harus selalu ada untuk Rosè, memberi dia dorongan semangat, agar tidak melakukan sesuatu yang tidak di inginkan. Terutama Kamu Lisa, karena keberadaan mu sangat berarti bagi Rosè. Buktinya hanya kamu yang di terima Rosè masuk kamar nya." Jelas Seola sangat pengertian.

"Tanpa lo suruh pun gue pasti akan selau berada di samping Rosè dalam keadaan apa paun." Jelas Lisa walau di masih sedih tapi terlihat keyakinan yang besar di mata sendu itu.

Semua orang di ruangan itu melihat bagaimana Lisa sangat mencintai Rosè.




BRAK






Tiba-tiba pintu apartement terbuka dengan kasar dan keras, semua orang yang duduk di ruang tamu menatap ke arah pintu dengan kaget campur penasaran.

"DI MANA ROSÈ?!."  Sentak orang yang menbanting pintu itu keras dan terdengar nada kemarahan di kalimat nya.

"Kak Alice?." Kaget Jisoo benar yang datang adalah Alice kakak Rosè.

"Rosè sakit, jadi dia sedang beristirahat di kamar." Jelas Lisa.

Mendengar dan melihat Lisa membuat kemarahan Alice semakin tak terkendali, dia berjalan dengan cepat kearah Lisa.

Plak

Alice menampar Lisa kuat, namun Lisa diam dia tau bahwa Alice sedang marah padanya sebaga alasan atas apa yang terjadi antara Rosè dengan Daddy nya.

"Kak Alice." Tegur Jisoo melihat dia menampar Lisa.

"Pelet apa yang kau berikan pada Rosè, sehingga Rosè yang baik dan penurut menjadj pembangkang  tak punya hati seprti ini."  Ucap Alice dengan datar.

"Maaf kak."  Lirih Lisa hanya itu yang bisa keluar dari mulut nya sekarang ini. Jujur Lisa merasa bersalah atas kerusakan hubungan harmonis Rosè dengan keluarganya.

"Jika kau benar-benar mencintai dan menyayangi Rosè, aku sebagai kakak nya meminta kau meninggal kan Rosè." Pintanya tegas.

"Asal kau tau kehadiran mu dalam hidup Rosè hanya sebagai perusak. Kehadiaran mau membuat Rosè meninggal kan keluarganya, hanya karena kau Rosè rela menyakiti keluargan ya. Hanya karena kau sialan!." Lanjut Alice memaki Lisa.

Lisa memandang Alice dengan lekat, dia diam sejenak memikirkan perkataan Alice dan mebenarkan semua perkataan Alice di hatinya. Membuat Lisa berpikir apakah dia akan meninggalka Rosè seperti keinginan keluarganya, atau tetap berdiri di sampimg Rosè.

"Maaf jika kak Alice menganggap ku egois." Lisa menggantung ucapan nya dan menutup matanya sejenak kemudian menatap Alice dalam.          "Dan terserah jika kalian billang kami men jijikan, atau apa lah. Aku Lalisa manoban tidak akan pernah meninggalkan  Rosèannè park selamanya, sekali pun dia yang meningalkan ku atau mengusirku dari hidup nya." Tegas Lisa memandang Alice dalam berharap kakak Rosè akan mengerti.

"Kamu egois Lisa!."  Sentak Alice tajam. Dan mengayunkan tangan nya hendak menampar Lisa lagi.

Plak

Suara tamparan nyaring tersengar mengenai pipi seseorang, membuat semuanya memandang kaget ke arah orang itu, yang sekarang sudut bibirya mengeluarkan darah akibat tergores kuku panjang Alice.

"Rosè?." Lirih Lisa dengan mata berkaca-kaca melihat Rosè datang dan menerima tamparan Alice.

Sebenar nya sejak suara pintu di dobarak tadi Rosè merasa terusik dan tah dorongan darimana membuat nya ingin melihat ke adaan di bawah. Rosè mengamati keadaan dari ujung tangga dia bahagia mendengar pernyataan Lisa yang mengatakan bahwa dia tidak akan meninggal kan dirinya.


"Rosè tinggal kan Lisa, keberadaan Lisa hanya membuat mu menjadi buruk, kamu adalah anak yang manis dan penurut. Lisa hanya racun bagimu!." Sentak Alice dia tidak peduli atau merasa bersalah atas perlakuan nya pada Rosè.



"Diam, dan dengar kan aku." Titah Rosè tajam dan penuh penegasan.

"Rosè sebaik nya lo duduk dulu." Saran Irene.

"Iya Rosè, wajah lo pun masih pucak kek gitu." Timpal Seulgi

"Diam, aku tidak akan lama." Ucap Rosè dingin melihat ke arah teman-teman nya yang menghawatirkan nya.

Lalu kembali memandang Alice dengan  tajam tidak ada keramahan di matanya pada Alice.

"Berhenti menyuruh ku meninggal kan Lisa, karena sampai kapan pun aku tidak akan meninggal kan nya. Dan jika kau atau pun Manson berani mengusik Lisa. Akan kubuat kau memeilih kematian tapi kematian itu tidak pernah menghampiri mu. Paham?." Ucap Rosè dingin membuat Alice menelan  ludah nya  susah. Dia ingat tatpan dingin itu, tatapan yang dia keluarkan saat membunuh orang yang pernah melukai nya dulu.

"Lily temani aku tidur~~~." Rengek nya manja dan mendusel di leher Lisa.

"Aigooo. Manja nya." Kekeh Lisa senang dan menggendong Rosè ala koala ke kamar nya.

Dan di sambut dengan gelengan geli oleh teman-teman nya. Bisa-bisanya Rosè merengek manja setelah bersikap badas.

"Kak Alice lebih baik kakak pulang dulu." Anjur Jisoo.

"Aku pringatkan jangan ganggu Lisa dan Rosè." Ancam Jennie.

"Seharus nya kak Alice mengerti Rosè." Timpal Seulgi menggeleng kepala tak mengerti.

"Sungguh miris Rosè memilikinkeluarga seperti kalian." Cibir Seola.

"Lebih baik lo pulang sekarang, sebelum gue bejek-bejek." Tajam Joy kesal.

"Pergi lah." Singkat Irene membuka pintu untuk Alice.










TBC..........

DRAK & PINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang