43

266 31 4
                                    






Entah ada angin apa Seulgi dan Irene menghampiri Jensoo yang sedang makan siang di atap sekolah.

"Mmm, h--ha--i?." Sapa Seulgi dengan canggung karena mereka sudah sperti orang asing beberapa waktu terakhir.

"Oh , Hai." Ujar Jensoo barengan walau sempat terkejut dengan kedatangan kedua mantan Sahabat nya ini.

"Boleh kami bergabung?." Tanya Irene.

"Oh, tentu." Jawab Jisoo santai menyembunyikan kecanggungan nya.

Seulgi dan Irene pun duduk di depan Jensoo yang duduk lesehan dengan meja setinggi lutit di antara merema untuk menempatkan makan mereka.

Mereka makan dengan keheningan, karena sama-sama canggung. Setelah selesai menyantap makanan mereka, keadaan masih hening.

"Bagaimana keadaan Rosè?." Tanya Irene memecah keheningan.

"Kita tidak tau." Jawab Jisoo.

"Maksud nya?." Beo Seulgi.

"Ya, Rosè di bawa kakek nya ke luar negeri untuk pengobatan intensif Rosè." Jelas Jennie.

"Lalu bagaimana dengan Lisa?, dia pasti sedih?." Tanya Seulgi sendu.

"Kurasa dia tidak peduli. Dunia nya sekarang sudah bersama Seolanjing." Kekeh Jennie kesal mengimgat kedekatan, perhatian, dan kelakukan manis Lisa pada Seola.

"Kau benar Jen, mereka semakin hari semakin dekat dan mesra. Membuat ku merasa kasihan dengan Rosè karena menurut ku Lisa menyia-nyiakan cinta Rosè." Jelas Irene

"Lisa orang terbodoh yang kutemui selama hidup ku. Membuang berlian dengan rempahan renggiang di tempat sampah." Hina Jennie.

"Ku doa kan Lisa akan menyeal nanti nya." Timpal Jisoo dengan semirik nya.

"Mening ke kelas aja yuk. Males bahas si Seolanjing, sama si Lisa babi." Ujar Seulgi di angguki oleh mereka bertiga dan meninggal kan atap sekolah dan menuju kelas karena bel sekolah sudah berbunyi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Dokter Suzy bagaimana perkembangan Rosè?." Tanya kakek.

"Kedaaan Rosè sudah sangat membaik. Dan mungkin dalam dua hari dia akansadar." Jelas dokter Suzy.

"Syukurlah jika Rosè akan sadar. Dan semaunaya bisa di selesakian secepat nya." Ujar sang kakek bahagia.

"Maaf jika saya lancang. Kenapa Rosè di pindahkan dari rumah sakit pusat ke rumah mewah ini untuk pengobatan nya. Bukan kah semuanya akan lebih mudah jika di rumah sakit?." Tanya Suzy penasaran.

"Rosè harus di sembunyikan sampai dia pulih, untuk  kesuksesan misi." Ujar sang kakek.

"Misi?, apa itu?, sampai-sampai harus sejauh ini?." Tanya Suzi semakin lancang.

"Rosè pernah mengagakan pada ku ' sedikit tau maka semakin lama kau hidup. Lakukan saja tugas mu dan kulakukan tugas ku'." Ujar sangkakek memandang Suzy tajam lalu tersenyum   "Kau di bayar untuk mengobati Rosè, bukan menjadi detektif abal-abal." Lanjut sang kakek penuh ancaman membuag Suzy terdiam dan mengundurkan diri dari hadapan sang Kakek.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Seola?." Panggil Lisa gugup saat dia dan Seola sedang dinner di tepi pantai tempat yang di ubah Lisa menjadi sangat romantis.

"Ya?." Jawab Seola dengan senyuman yang tidak pernah luntur sejak Lisa membawanya ke sana.

"Mungkin bagimu ini terlalu cepat, atau tidak mungkin. Bahkan menganggap kamu hanya sebuah pelarian." Lisa menggantung kata-katanya dan mengenggam tangan Seola dengan lembut dan tegas.

"Tapi percaya lah. Bahwa dari lubuk hatiku aku sangat mencintai mu. Ya aku benar-benar mencintai mu selama kedekatan kita akhir-akhir ini memberi ku kenyamanan dan kehadiran mu mengisi kekekosongan di hati ku.  Lisa mencintai Seola.   Mau kah kau menjadi kekasih ku?." Tanya Lisa dengan sanggat gugup setelah penuturan yang panjang.

"Bagaimana dengan Rosè?, apa kamu sudah tidak punya perasaan lagi padanya?." Tanya Seola ragu pasal nya dia melihat betapa besar cinta Lisa pada Rosè dulu.

"Aku masih menyukai nya, tapi hanya sebagi sahabat.  Tapi kamu aku menyukaimu secara romantis." Tutur Lisa sangat lembut.

"Tapi----."

"Mungkin kamu tidak percaya padaku sekarang. Tapi aku mohon beri aku kesempatan untuk membuktikan ketulusan cinta ku padamu." Jelas Lisa memohon pada Seola.

"Baik lah. Aku mau menjadi kekasih mu Lisa." Ujar Seola.

Membuat Lisa memekik senang dan berdiri dafi duduk nya tanpa melepas genggaman tangan nya di tangan Seola lalu menarik Seola dan memeluk nya dengan erat.

"Maksih udah mau memberuku kesempatan. Akan ku buktikan bahwa aku tulus padamu dan akan membuat mu menjadi orang yang paling di cintai di dunia ini." Janji Lisa mengecup pucuk kepala Sola dengan lembut. Dia merasa sangat bahagia malam ini begitu juga dengan Seola.





"Gotcha." Batin seseorang dalam pelukan itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Apa maksud mu  berpacaran denga Lisa?." Tanya Han Mi Rae pada Seola saat gadis itu sedang menonton TV di  sofa ruang tamu.

Mendengar itu Seola sempat kaeget, namun tersenyum tipis, Han Mi Rae selalu mengawasi  setiap pergerakan nya.

"Karena aku mencinai nya." Singkat Seola.

"Lalu apa dia mencintai mu?." Tanya Han Mi Rae.

"Aku tidak tau, tapi yang pasti dia menyatakan cinta padaku lalu mengajakku berpacaran." Tutur Seola.

"Lalu kenapa kau menerimanya?."

"Jujur aku benar-benar mencintai Lisa. Mungkin saat ini dia membuat ku menjadi pelarian nya akan ke terpurukan nya pada Rosè. Tapi aku pasti bisa membuat Lisa mencintai ku. Dan setatus kami ini pasti akan membuat hati Rosè semakin hancur." Ujar Seola dengan semirik licik nya.

"Hhahaja, terserah ku. Asal jangan merusak rencana kita." Tawa senang Han Mi Rae.

"Tentu saja bu." Seola pun ikut tertawa bahagia.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di apartement Jensoo sedang mengintrogasi Lisa, memastikan rumor yang berdar di sekloah bahwa Lisa dan Seola telah rensmi menjadi sepasang kekasih.

"Apa benar lo pacaran sama Seola?." Tanya Jennie dingin sambil melipat tangan di dada.

"Iya." Jawab Lisa yakin.

"Sejak kapan?." Kali ini Jisoo yang bertanya mengikuti gaya Jisoo dan bersandar di sofa.

"Sejak sebulan yang lalu." Jawab Lisa menunduk dia merasa bersalah tidak mengatakan segalanya pada sahabat nya.

"Lalu Rosè?." Sambung Jisoo.

"Aku tidak tau. Tapi yang pasti aku merasa nyaman saat bersama Seola, merasa bahagia, dan tah kenapa saat bersama Seola aku merasa sekan tidak memerlukan apa pun lagi saat dia ada dalam jangkauan ku." Jelas Lisa menunduk.

Jensoo menatap Lisa dengan pandangan kecewa dan marah, tapi mereka juga tau bahwa hati tidak bisa di ataur dan cinta datang  dengan sendirinya.

"Semoga bahagia." Ujar Jisoo setelah menghela nafas lelah lalu meninggal kan Lisa di sana yang sedang menunduk merasa bersalah dan di ikuti Jennie.

Jensoo melirik Seola yang di dalam kamar Lisa dengan pintu terbuka dengan tatapan dingin dan mengintimidasi.


"Maaf mengecewakan kalian, tapi kurasa aku melakukan hal yang benar." Batin Lisa.








T
B
C
.
.
.
..

.
..
.
.
.
.

DRAK & PINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang