15-bunuh diri

42 10 0
                                    

Athar sedang membersihkan muntahnya di wc rumahnya, ya lagi-lagi ia muntah darah beserta banyak paku itu

"daripada kayak gini mendingan mati"

Setelah membersihkan semua nya, Athar berencana pergi ke pelabuhan dan menikmati angin malam, sekedar ingin menenangkan pikirannya

Athar melewati ruang tamu, disana ada Mavra dan Naya, orangtua Athar yang sedang duduk di sofa

"Mau kemana kamu?" Tanya Mavra berdiri dan berjalan mendekati Athar

Athar menatap wajah papanya
"Kenapa sih pa? Athar uda gede, gausah khawatiran gitu, Athar bisa jaga diri"

Mavra mendengus kesal
"Papa gasuka kamu menjadi anak motor yang seperti sok sok jago, padahal apa?..."

"padahal kalian itu masih SMA, waktunya belajar, bukan tawuran, apalagi kamu Athar sudah merasa hebat menjadi ketua geng" lanjutnya

Sungguh Athar sangat merasa tersinggung dengan ucapan Mavra

Mavra kembali mengomel
"Papa didik kamu dari kecil menjadi anak baik, tapi papa gagal...."

"tingkah kamu seperti anak pungut" lanjutnya lagi

Setetes air matanya jatuh, Athar sakit hati mendengar ucapan papanya, mengapa seperti benar jika Athar adalah anak pungut

"bilang sama papa kamu lebih milih papa atau geng motor kamu itu?" tanya Mavra penuh amarah

Athar diam terpaku, ia tak tau harus menjawab apa

"jawab Athar" pinta Mavra

"gw lebih milih geng gw daripada lo"

PLAKK

Athar dibuat tertoleh ke samping, pipinya perih dan terasa panas. Tamparan yang amat kuat kini Athar rasakan

"mas jangan seperti itu"
ucap Naya menenangi suaminya

"lihat saja tingkat Athar, dia benar-benar tidak menganggap kita ada, dimana letak otaknya?" ucap Mavra pada Naya

"Mas udah ya, Athar uda gede dia bisa jaga diri" ucap Naya

Mavra menghembuskan nafasnya, ia benar-benar sempat terpancing emosi

Athar berjalan pergi meninggalkan kedua orangtuanya, namun tangannya ditarik oleh Naya
"kamu boleh pergi sekedar menenangkan diri, tapi setelah itu balik kerumah, besok sekolah, dengerin mama ya nak" ucapnya

Athar tersenyum, ternyata hanya mama yang mengerti perasaannya
"iya ma Athar balik lagi, Athar juga bukan mau ke markas dangerous, Athar cuma pingin tenangin diri" ucapnya jujur

Naya memeluk anaknya dengan amat penuh kasih sayang
"iya nak, jangan dengerin kata papa, papa hanya karena kesal saja, kamu anak kandung kita, mama yang ngelahirin kamu jadi mama yang lebih tau"

Athar membalas pelukan Naya lebih erat
"iya ma Athar keluar dulu"

"jangan ngebut ya Athar"

"siap ma"

***

Athar menatap lautan malam yang indah. Ia sudah sangat lama tidak mengunjungi pelabuhan ini, Athar berdiri di tepi jembatan dan melihat air dibawah yang mengalir deras

Hanya ada Athar disini, Athar sengaja memilih tempat yang sedikit jauh dari banyak orang

"maaf ma Athar udah ga kuat, Athar sakit Athar cape hidup. Papa juga selalu marah-marah, ga pernah ngertiin Athar. Athar selalu nahan sakit tapi jujur Athar udah gatahan lagi, Athar cape mau mati aja"

Athar berdiri di atas pembatas jembatan ia hendak melompat ke bawah, Athar sudah tak ingin melihat dunia ini

"gw sayang mama, papa, dangerous juga, tapi maaf gw harus pergi"

Athar melemaskan tubuhnya dan ia akan jatuh kebawah sana

Tapi mengapa gerakan turunnya terasa lambat?, Dan kaki Athar seperti ada yang mencekal

Athar melirik ke bawah, air yang deras dan ia seperti sedang melayang

"Athar bertahan, gw bantu lo naik"

Athar membalikkan kepalanya, dan melihat ke arah pemilik suara, ternyata itu adalah Marveel. Ngapain Marveel disini.

Marveel menarik kuat kaki Athar sehingga mereka kembali ke atas dengan selamat.
"Lo gila ya? Lo ga nganggep gw lagi tar, lo masih punya orangtua dan lo juga punya tanggung jawab di dangerous, terus kenapa lo mau ninggalin begitu aja?"

Athar menundukkan kepalanya
"gw sakit vel, dan gw ga tahan"

"gw bisa buat lo sembuh, gw bisa"

"kalo cuma ngomong doang gw juga bisa vel, buktiin dong"

"tar percaya sama gw, gw bisa bntu lo sembuh, besok gw bkal jumpai Rere, buat nyruh berhenti santet santetan itu"

"gw mau mati aja vel"

"tar..."

"gw pngen mati aja vel, ga guna gw hidup"

"tar...."

"sakit vel, gw pengen mati"

"atharrr....lo denger gw gak sih? Lo nganggep gw ada ga"

"sorry vel"

"jangan gitu ya gw bantu lo sembuh oke"

"thank vel"

Akhirnya Athar bisa tersenyum kembali, bayangkan saja jika Athar tadi benar-benar lompat, pasti sekarang sedang berenang, hhe

"eh lo kok bisa nyampe sini vel?" tanya Athar

"tadi gw..."

beberapa jam yang lalu

Marveel sedang berada di rumah Athar, rencana nya Marvel hendak mengajak Athar berangkat ke markas bersama

Tiba-tiba Marveel mendengar keributan di dalam yang membuat Marveel terdiam

"bilang sama papa kamu lebih pilih papa atau geng motor kamu itu"

"jawab Athar"

"gw lebih milih geng gw daripada lo"

PLAKK

Marveel tak bisa berkutik, tak mungkin ia mencampuri urusan itu. Om Mavra sangatlah kejam, Marveel menghargai nya dan menakutinya

Setelah itu Athar keluar rumah, dan Marveel langsung saja mengikuti Athar, Marveel menghentikan motornya jauh dari Athar sehingga Athar tidak mengetahui kehadiran Marveel

Saat Athar hendak melompat terjun dari jembatan dengan cepat Marveel langsung menghentikan aksi Athar yang fatal itu

Athar mengangguk paham setelah mendengar cerita dari Marveel
"oh jadi lo ngikutin gw?"

"iya tar, gw gamau lo kenapa-napa"

Athar tersenyum tipis
"makasih ya vel, peluk sini" ucapnya sembari memeluk tubuh Marveel

"ih gay lo" Marveel terhimpit habis karena Athar memeluknya terlalu erat

"makasih ya vel, uda ada di saat susah senang gw"

Marveel mengangguk dan menepuk bahu Athar "iya tar uda kewajiban gw nolongin lo, kan lo sahabat gw"

***

percayalah
orang baik ditemukan
pula dengan orang yang baik

***

ATHARRAS {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang