Minggu pagi yang cerah Athar masih saja berada di alam mimpi nya. Kasur apartemen yang empuk membuat Athar nyaman dan pulas tertidur. Selimut lembut yang menghangati badan Athar terus saja tertempel di tubuhnya.
Suara yang mengganggunya adalah ketika handphone nya berbunyi, entahlah siapa yang menelponnya. Dengan mata sayu Athar mencoba melihat dimana handphone nya.
"mana lagi handphone gue" ucapnya dengan mengucek matanya karena kebiasaan saat bangun tidur
Mata Athar tertuju pada celana pendeknya yang digantung dibalik pintu, dari sanalah bunyi handphone nya.
"oh disitu"Athar menggeser kain selimutnya dan berjalan menuju pintu untuk mengambil handphone dari celana yang tergantung disitu.
papa is calling.....
"tumben"
ucap Athar seraya menaikkan tombol hijau dan mengangkat panggilan suara tersebut"halo kenapa pa?" tanya Athar dengan suara khas baru bangun tidur nya
"dimana kamu? pulang sekarang!"
ujar Mavra penuh penekanan"aku di apartemen pa, papa ngapain nyuruh aku pulang?" tanya Athar yang kebingungan tumben Mavra menelponnya seperti ini
"papa bilang pulang ya pulang! atau perlu papa suruh anak buah papa jemput dan seret kamu" balas Mavra
"jangan pa, aku pulang sekarang" ucap Athar dan mematikan panggilan suara dari Mavra. Athar bergegas mencuci mukanya dan memakai celana jeans hitam dengan lutut sedikit robek, memakai kaos berwarna coksu dan jaket kulit coklat tua. Athar menuju parkiran dan mengendarai motornya laju menuju rumahnya.
Tak lama Athar sampai dirumahnya terlihat bodyguard Mavra yang berjumlah delapan orang berdiri rapi di halaman rumah, teras, bahkan sampai di depan pintu. Athar pun melewati para bodyguard dan langsung masuk ke dalam rumah.
Mavra yang awalnya sedang duduk bersama Naya di sofa tatkala melihat wajah Athar langsung bangkit dari duduknya dan menuju Athar
"hai pa, kenapa nyuruh aku kesi...."
PLAKK
Ucapan Athar terputus dikala Mavra menamparnya kuat mengakibatkan wajah Athar tertoleh ke kanan. Bahkan Mavra menamparnya sampai empat kali
PLAK PLAKK PLAKKK
"pa sakit pa ampun" ucap Athar memohon agar Mavra tidak menamparnya lagi
Mavra tak merespon bahkan Mavra kini menampar Athar lebih kuat membuat Athar pusing dan terjatuh. Matanya menatap sang ibu yang tampak meneteskan air mata tak kuasa melihat anaknya dipukuli ayahnya.
"ma kenapa sih, aku ga ngerti" tanya Athar pada NayaMavra memberikan handphone nya dan memperlihatkan sebuah video yang menampilkan 9 lelaki yang membuat kekacauan di jalanan dan seorang laki-laki yang persis seperti Athar sedang menganiaya pedagang kaki lima bahkan sampai ada yang mati di tempat. Terlihat pula lelaki tersebut memegang pisau dengan lambang benteng di tangannya untuk menganiaya dan membunuh pedagang-pedagang itu.
"pa sumpah bukan aku pa" ujar Athar bersujud di kaki Mavra
Mavra dengan hilang kesabaran menendang kuat tubuh Athar
"papa sudah ingatkan berkali-kali, papa tidak suka kamu bergaya dengan menjadi ketua geng motor. kamu sudah membunuh banyak orang, bukan keinginan papa memiliki anak yang suka membunuh seperti kamu" ujar MavraSetelah mengatakan itu Mavra pergi keluar rumah tak lupa membanting kuat pintu rumahnya meluapkan amarahnya. Naya menatap Athar kecewa dan hendak pergi, dengan cepat Athar mengejarnya
"ma tolong percaya, itu bukan aku ma, aku difitnah"
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHARRAS {ON GOING}
Teen FictionRasa sakit yang tidak mampu lagi Athar tahan membuatnya ingin segera terbebas dari rasa sakit yang menimpanya selama ini. Athar disantet oleh mantan kekasihnya yang merasa marah padah Athar sebab diselingkuhi. Hal yang tidak wajar harus Athar lakuka...