Warning 🔞
Walaupun adegannya cuma dikit, mohon untuk readers di bawah umur di skip ya..
Bijak memilih bacaan..Sebelumnya jangan lupa klik bintangnya..
Thank you..
Happy reading..Empat bulan kemudian
Suasana dapur di sebuah rumah saat pagi hari cukup sibuk.
Seperti biasa Kim Jisoo menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum berangkat bekerja. Dengan perut yang sudah membesar, Jisoo dengan hati-hati berkutat dengan peralatan dapur.
Beberapa saat kemudian tangan kekar melingkar pada perut besarnya.
"Sudah kubilang tak perlu menyiapkan sarapan untukku, sayang.." Ucap Seokjin sambil mengusap perut besar istrinya. "Kenapa kau bandel sekali, hmm?"
"Selamat pagi, Oppa.." Jisoo menoleh ke samping kemudian mengecup bibir tebal sang suami tanpa merespon ucapan sebelumnya.
"Biar aku saja yang melanjutkannya." Kemudian Seokjin menuntun tubuh Jisoo untuk duduk di meja makan. "Kau tunggu saja disini."
Tanpa melawan, Jisoo pun menuruti suaminya. Dari tempatnya duduk dan dengan sudut bibir yang mengembang, Jisoo mengamati suaminya yang melanjutkan pekerjaannya di dapur tadi.
Sepuluh menit kemudian Seokjin menyelesaikan masakan yang sebelumnya sudah Jisoo mulai. Ia menyajikan sarapan dan menatanya di atas meja makan. Setelahnya ia menarik kursi dan ikut menikmati sarapannya.
"Ini makanlah." Seokjin memberikan semangkuk nasi beserta supnya pada istrinya.
Jisoo pun menerimanya. "Terima kasih, Oppa.. jal meokgessseumnida."
Beberapa saat suasana meja makan hening sebelum Seokjin kembali bersuara.
"Sayang.. Nanti saat di Seoul, aku tidak mau lagi melihatmu melakukan pekerjaan rumah." Jisoo hendak menyela ucapan suaminya. Namun dengan segera Seokjin menghentikannya. "Apapun itu."
Sejak kejadian empat bulan yang lalu saat Jisoo yang mengalami pendarahan dan harus dirawat di rumah sakit, Seokjin memutuskan untuk menerima tawaran ayah mertuanya untuk membantu mengurus perkebunan keluarga Jisoo di Jeju. Dengan kata lain, Seokjin dan Jisoo pindah ke Jeju.
Kini kandungan Jisoo sudah menginjak bulan ke delapan. Dan hari perkiraan lahir Jisoo kurang lebih empat minggu lagi.
Sebenarnya selama tinggal di Jeju, Seokjin dan Jisoo ditemani oleh Paman Ahn dan istrinya. Orang yang menjaga rumah milik keluarga Jisoo di Jeju. Namun Jisoo meminta kepada Seokjin saat melahirkan nanti ingin di Seoul saja. Karena disana ada ayah dan ibunya yang akan menemaninya.
Awalnya Seokjin ragu untuk menyetujui permintaan istrinya itu. Namun berhubung proses persalinan Jisoo nanti adalah pengalaman yang pertama bagi mereka, Seokjin pun akhirnya menyetujuinya. Dan beberapa hari lagi Seokjin dan Jisoo akan kembali ke Seoul hingga Jisoo melahirkan nanti.
Seokjin bisa melihat Jisoo yang mengerucutkan bibirnya. "Mana bisa aku hanya diam saja saat di rumah? Lama-lama aku bisa mati karena bosan!"
Seokjin membolakan kedua netranya mendengar ucapan Jisoo. "KIM JISOO!! Apa yang kau katakan?? Kenapa kau berkata seperti itu??"
Jisoo tersentak ketika nada bicara Seokjin yang sedikit meninggi. Pasalnya selama bersama, Seokjin sama sekali tidak pernah berkata dengan nada tinggi sekalipun. Mendengar Seokjin yang berbicara dengan nada tinggi padanya untuk yang pertama kali membuat Jisoo langsung menundukkan kepalanya.
Seokjin yang menyadari bahwa ia baru saja berbicara pada Jisoo dengan nada tinggi, langsung beranjak dari duduknya lalu menghampiri istrinya itu. Ia berlutut di samping Jisoo yang masih menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Be Mine (Complete)
FanfictionDulu yang Kim Seokjin tau, Kim Jisoo adalah pribadi yang ceria dan ramah pada setiap orang. Namum setelah beberapa tahun bertemu kembali, kini pribadi Kim Jisoo berubah menjadi pribadi yang dingin dan lebih pendiam. Dan kini takdir mempertemukan mer...