Fajar telah bergulir. Kini langit pun perlahan menjadi terang terkena sinar sang surya.
Sinar matahari yang berhasil menembus masuk ke dalam kamar, membuat Jisoo mengerjapkan kedua netranya menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.
Wanita yang tengah berbadan dua itu kini memposisikan dirinya menjadi duduk dan melakukan peregangan ringan. Namun ia tak melanjutkan peregangan ringannya ketika menyadari bahwa sang suami sudah tak ada di sampingnya.
"Kemana dia?" Gumamnya.
Jisoo kemudian beranjak dari atas ranjang dan merapikannya.
Setelah rapi, ia melangkahkan kakinya menuju ke dapur. Benar saja, disana ia menemukan Seokjin yang sedang berkutat di dapur.
"Kenapa kau tak membangunkanku, Oppa?" Jisoo kemudian memeluk Seokjin dari samping dan Seokjin mengecup keningnya.
"Ah, sayang.. Kau sudah bangun?" Ucap Seokjin, kemudian ia menata hasil makanan di atas meja.
"Kau masak banyak sekali?" Jisoo melihat ada beberapa lauk yang sudah siap di atas meja.
"Bukan aku yang masak."
"Lalu kenapa ada banyak sekali lauk disini?"
"Semalam Bibi Han memberi lauk ini kepada kita."
"Bibi Han yang tinggal di sebelah?"
Seokjin menganggukkan kepalanya. "Ayo makan dulu."
Jisoo pun menarik kursi dan duduk disana. Kemudian ia melihat di seluruh penjuru unit apartemennya yang terlihat bersih dan rapi. "Kau membersihkan semua ini? Kapan Oppa melakukannya?" Tanya Jisoo.
"Semalam, setelah pulang dari rumah Aboeji dan Eommanim."
"Kenapa tak membangunkanku?" Jisoo pun merasa tak enak hati karena Seokjin yang membersihkan apartemen. "Kau sudah lelah bekerja seharian dan di rumah kau juga harus membersihkan rumah. Maafkan aku--"
"Tidak apa-apa, sayang." Sahut Seokjin memotong ucapan Jisoo. "Sudahlah, jangan bahas lagi. Ayo ini minum dulu susumu."
Seokjin memberikan kepada Jisoo susu untuk ibu hamil yang sudah ia buat tadi. Jisoo pun meneguknya hingga tersisa setengah gelas.
Saat Jisoo hendak memasukkan sepotong kimbap ke dalam mulutnya, tiba-tiba saja rasa mual mulai menyerangnya. Dengan menutup mulutnya menggunakan satu tangannya, Jisoo segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkannya disana. Seokjin pun juga mengikuti Jisoo ke dalam kamar mandi memijat tengkuk istrinya itu.
"Kau baik-baik saja, sayang?" Tanya Seokjin setelah melihat Jisoo membasuh mulutnya.
Jisoo menggelengkan kepalanya. "Perutku mual sekali, Oppa."
Keduanya beriringan keluar dari kamar mandi. Seokjin yang menuntun Jisoo agar kembali duduk di meja makan.
"Sebentar, sayang.. Kubuatkan teh dulu agar perutmu tidak terasa mual."
Belum sempat Seokjin beranjak, Jisoo lebih dulu menahannya. "Tidak perlu, Oppa. Aku akan minum susu ini saja."
"Benar tidak perlu kubuatkan teh?" Tanya Seokjin lagi.
Jisoo hanya menganggukkan kepalanya kemudian kembali meminum susunya. "Tapi aku tidak mau makan kimbap ini. Aromanya sangat aneh."
Seokjin pun mencoba mencium aroma kimbap itu dan merasakan bahwa tidak ada yang salah dari aromanya.
Ya mungkin hormon ibu hamil berbeda.
Begitu pikir Seokjin.
Beruntung, mual Jisoo tidak muncul lagi setelah ia mencoba memasukkan beberapa lauk lainnya yang sudah disiapkan Seokjin.
![](https://img.wattpad.com/cover/319144160-288-k155306.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Be Mine (Complete)
Hayran KurguDulu yang Kim Seokjin tau, Kim Jisoo adalah pribadi yang ceria dan ramah pada setiap orang. Namum setelah beberapa tahun bertemu kembali, kini pribadi Kim Jisoo berubah menjadi pribadi yang dingin dan lebih pendiam. Dan kini takdir mempertemukan mer...