Seokjin berlari menyusuri lorong rumah sakit menuju ke ruang operasi.
Tadi saat masih di kantor, ibu Jisoo menelpon dan memberi kabar bahwa Jisoo mengalami kecelakaan.
Tanpa pikir panjang Seokjin langsung bergegas menuju ke rumah sakit. Pekerjaan yang masih menumpuk ia tinggal begitu saja.
Langkah kakinya terhenti ketika melihat beberapa orang dengan raut wajah khawatir menunggu di depan ruang operasi.
"Hyung.." Jungkook yang saat itu berada di dekat tempat kejadian juga ikut ke rumah sakit bersama ibunya.
"Dimana istri dan anakku?" Tanya Seokjin. Wajahnya sudah merah padam menahan air mata yang sedari tadi mendesak keluar.
"Seokjin.." Itu suara ibu Seokjin yang menghampirinya. "Dokter sedang menangani Jisoo."
"Bagaimana bisa Jisoo sampai tertabrak?"
"Maafkan aku, nak Seokjin?" Sahut Nyonya Song. "Aku membiarkan Jisoo keluar sendiri tadi. Jika saja aku menemaninya, pasti hal ini tidak akan pernah terjadi."
Seokjin langsung memegang bahu ibu mertuanya itu mencoba menenangkan. "Sudahlah, Eommanim.. Semuanya sudah terjadi. Jangan menyalahkan diri sendiri."
Seokjin melongokkan kepalanya terlihat seperti mencari seseorang.
"Ayahmu masih dalam perjalanan menuju kesini." Ucap Nyonya Song yang paham siapa yang dicari oleh menantunya itu.
Lalu pandangan Seokjin kembali pada ibu dan adiknya. "Kenapa Eomma dan Jungkook ada disini?" Tanya Seokjin.
"Hyung.. Maaf, tadi aku yang menelpon Noona. Aku memintanya menemui kami di kafe dekat rumah kalian. Dan di perjalanan menuju ke kafe kecelakaan itu terjadi." Setelah berucap, Jungkook menundukkan kepalanya. Ia merasa bahwa dirinya lah penyebab kecelakaan yang menimpa kakak iparnya itu.
"Itu bukan salahmu, Jungkook." Sahut Nyonya Kang. "Seokjin.. Ini adalah kesalahanku. Aku lah yang meminta Jisoo untuk bertemu. Jika saja aku yang ke rumahmu, pasti hal ini--"
"Sudahlah, Eomma.." Seokjin memotong ucapan ibunya. "Semuanya sudah terjadi. Jangan menyalahkan diri sendiri. Sekarang kita berdoa saja semoga Jisoo dan bayiku baik-baik saja."
Memang, dari luar Seokjin terlihat sangat tenang dan tegar. Tapi siapa yang tau jika di dalam lubuk hatinya, ia ingin sekali menangis karena istri dan calon buah hatinya sedang berada di dalam ruang operasi. Berjuang antara hidup dan mati.
Merasa tak sanggup lagi menahan air matanya, Seokjin kemudian meminta ijin pada ibu dan ibu mertuanya pergi ke toilet. Berharap disana ia bisa menumpahkan segala kesedihan di hatinya.
Sesampainya di toilet, Seokjin langsung masuk ke dalam salah satu bilik dan menguncinya. Ia duduk di atas closet dan menyandarkan punggungnya ke tembok. Satu lengannya menutup kedua matanya. Dan disitulah ia mulai menangis. Mengeluarkan air mata yang sedari tadi sudah ia tahan agar tidak keluar di hadapan orang lain.
Awalnya ia hanya mengeluarkan air matanya. Namun lama-kelamaan dari luar biliknya, terdengar suara isakan yang membuat pilu siapa saja yang mendengarnya.
Jungkook yang tadi mengikuti Seokjin pun ikut menangis mendengar isakan dari sang kakak. Selama ini ia pernah melihat kakaknya itu menangis seperti ini. Terakhir Seokjin menangis adalah ketika ayah mereka meninggal. Dan kini Seokjin menangis lagi. Menangisi istri dan bayinya yang tidak tau bagaimana keadannya.
***
Setelah selesai melakukan operasi pada Jisoo, Yoongi keluar dan menemui keluarga Jisoo. Saat keluar dari ruang operasi, Yoongi langsung dihampiri oleh beberapa orang yang memang menunggu jalannya operasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Be Mine (Complete)
FanfictionDulu yang Kim Seokjin tau, Kim Jisoo adalah pribadi yang ceria dan ramah pada setiap orang. Namum setelah beberapa tahun bertemu kembali, kini pribadi Kim Jisoo berubah menjadi pribadi yang dingin dan lebih pendiam. Dan kini takdir mempertemukan mer...