Bab 8b

2.2K 444 32
                                    

Cleora pulih dengan cepat, tidak membantah semua perkataan Baron. Laki-laki tua itu mengurusnya seakan merawat anak sendiri. Dari mulai menyediakan makanan bergizi, membantunya berolah raga untuk pemulihan dan merawat luka-lukanya. Sepuluh hari setelah siuman, Cleora menemukan tenaganya kembali dan selama itu pula Drex pergi.

Tidak seperti sebelum kecelakaan, Cleora tidak lagi berniat pergi dari rumah ini. Ia mulai menyadari kalau tidak mudah untuk bisa keluar dari sini. Hanya ijin Drex yang bisa membantunya dan untuk itu, ia harus bersikap baik dan menjadi gadis penurut.

"Bagaimana keadaanmu?"

Cleora yang sedang berolah raga di halaman belakang, terkesiap saat mendengar suara Drex. Ia menoleh dengan cepat dan senyuman lebar terkembang di bibirnya.

"Tuan Drex. Kamu kembali?"

Sambutan dari Cleora membuat Drex tertegun. Ia mengusai diri dengan cepat. "Baru saja kembali."

Cleora menunjukkan kursi rodanya yang terparkir di dekat kolam. "Kakiku sudah mulai kuat untuk berjalan-jalan."

Drex mengangguk. "Bagus. Kamu gadis yang kuat. Cepatlah sembuh, aku akan membawamu ke suatu tempat."

"Kemana?"

"Nanti kamu juga akan tahu. Aku ingin menunjukkan sesuatu, atau bisa dikatakan alasan kenapa kamu ditawan di rumah ini." Drex menatap Cleora lekat-lekat. "Cepatlah sembuh."

Janji Drex membuat Cleora lebih bersemangat untuk pulih. Ia merasa lega karena Drex tidak mengamuk apalagi memarahinya karena sudah berani kabur dari rumah ini. Hal yang melegakan sekaligus menggelisahkan. Bukankah seharusnya Drex marah karena ia sudah membuat masalah? Nyatanya, laki-laki itu bersikap tenang dan sama sekali tidak mengungkit usahanya untuk melarikan diri.

Karena Drex dan dua pengawalnya ada di rumah, mereka kembali makan bersama. Untuk kali ini Cleora lebih santai berada di dekat mereka. Ia makan apa pun yang disodorkan Baron untuknya dan menandaskannya tanpa banyak kata. Nafsu makannya meningkat setelah Drex pulang. Cleora tidak tahu mulai kapan laki-laki itu mempengaruhi hati dan hidupnya. Apakah setelah ia tahu kalau Drex merawatnya? Bisa jadi itu.

"Minggu depan kita akan ke kota."

Perkataan Drex menghentikan percakapan Jenggala dan Janitra. Cleora pun mendongak untuk mendengarkan.

"Kita akan membawa Cleora ke hotel Luxury dan berpesta di sana."

Jenggala ternganga, sendok terjatuh dari tangannya. Janitra tidak mengatakan apa pun, tapi sorot matanya menunjukkan ketidakpercayaan. Drex menatap Cleora lurus-lurus.

"Kamu harus sembuh, dan berdandan yang cantik. Kita akan menemui seseorang yang penting untukmu di sana."

"Siapa?" tanya Cleora.

Drex mengangkat bahu. "Nanti juga kamu akan tahu. Cepatlah pulih."

Perkataan Drex memicu semangat dalam diri Cleora untuk pulih dengan cepat. Ia berolah raga, makan, dan istirahat cukup. Bersama Mateo, mengelili kolam renang untuk melatih otot kaki. Baron membalut luka-lukanya dengan salep Ajaib dan lebam-lembam serta luka di tubuhnya sembuh dengan cepat.

Sabtu pagi yang cerah, Drex mendatanginya saat sarapan dan mengatakan akan pergi pada pukul empat sore. Cleora mengangguk dengan dada berdebar keras. Pertama kalinya, semenjak diculik ia bisa keluar dari rumah ini. Entah siapa yang akan dipertemukan Drex dengannya. Cleora menebak itu adalah keluarganya. Perasaan rindu menyelimutinya. Akhirnya, setelah beberapa bulan pergi ia bisa melihat mereka lagi.

Pukul empat sore, dengan memakai gaun hitam menutupi mata kaki dan memoles wajahnya dengan make up tipis, Cleora duduk di jok belakang bersama Drex. Seperti biasanya, Jenggala dan Janitra berada di jok depan. Sepanjang jalan mereka tidak bercakap-cakap. Memerlukan waktu sekitar dua jam untuk keluar dari lingkungan hutan dan mobil melintasi jalan tol yang panjang.

"Cleora, sebelum kita tiba di sana. Aku ingin mengingatkan satu hal padamu," ucap Drex saat kendaraan mulai memasuki pemukiman yang padat penduduk.

"Ada apa, Tuan?" tanya Cleora.

"Apa pun yang kamu lihat nanti, kamu harus tenang. Jangan marah apalagi mengamuk!"

Cleora tercengang tapi tidak mengatakan apa pun. Mengangguk perlahan dengan tangan saling meremas di atas pangkuan. Mobil memasuki area parkir hotel. Drex mengulurkan tangan dan mengajaknya turun.

"Pakai kacamata, ada di samping pintu."

Cleora menemukan kacamata hitam di dekat pintu dan memakainya. Ia menyambut uluran tangan Drex dan membiarkan laki-laki itu menuntunnya masuk ke hotel. Mereka duduk di kafe yag berada di lantai dasar, Cleora tidak mengerti kenapa dibawa ke tempat ini tapi tidak mengatakan apa pun. Drex menatap alroji di tangan dan berbisik.

"Lihat ke arah pintu masuk. Ingat, jangan bersuara."

Cleora menuruti perkataan Drex, menatap ke arah pintu masuk hotel. Menunggu terjadinya sesuatu. Hingga pintu kaca itu membuka dan Luke masuk. Cleora terbelalak, saat melihat tunangannya menggandeng seorang perempuan cantik. Bukan hanya menggandeng tapi mereka juga berpelukan dan berciuman di tengah lobi, seakan tidak peduli dengan orang-orang yang menatap mereka.

Cleora mengusap dada, saat Luke menggandeng tangan perempuan itu masuk ke lift dan mereka menghilang di sana.

"Luke, Carolina, kalian berselingkuh?" bisik Cleora yang hanya didengar dirinya sendiri.

**

Extra

"Menurutmu apa yang terjadi saat Cleora tahu kalau kekasihnya berselingkuh dengan kakaknya sendiri?" tanya Jenggal pada Janitra yang duduk tenang di sebelahnya. Ia ingin masuk tapi cukup tahu diri untuk tidak bersikap bodoh.

"Ada Tuan Drex," jawab Janitra.

Jenggala menatap saudaranya heran. "Bukan itu yang aku tanyakan!"

Janitra tersenyum ganjil. "Apa pun yang terjadi, ada Tuan Drex."

Pengantin TawananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang