Bab 6b

2.3K 413 22
                                    

Baron melintas dengan nampan di tangan, Drex memanggilnya. Di belakang mereka, Jenggal dan Janitra sibuk bicara soal senjata. Mateo baru saja pergi sambil membawa pistol mainan besar dari Jenggala.

"Butuh sesuatu, Tuan?"

Drex menggeleng. "Tidak! Bagaimana gadis itu di rumah ini kalau tidak ada kami?"

"Miss Cleora?"

"Iya."

Baron berpikir sesaat. "Sejauh ini baik, Tuan. Tidak pernah lagi berteriak saat malam. Tidak menolak kalau saya kunci pintu kamarnya. Siang saya ijinkan berjalan-jalan di sekitar rumah dengan Mateo. Miss juga tahu ada banyak penjaga yang mengawasi rumah."

"Dia tidak melawan atau memprotes?"

"Sama sekali tidak."

Drex menatap televisi layar lebar yang ada di ruang tengah. Benda itu tidak pernah menyala. Seandainya Cleora ingin tahu perkembangan dunia luar, cukup nyalakan televisi dan semua yang ingin diketahuinya akan terpampang jelas. Sayangnya, gadis itu berharap terlalu banyak. Seandainya saja tahu kebenaran soal kekasih dan keluarganya, pasti Cleora akan berpikir dua kali untuk pergi dari rumah ini.

"Tuan, kami melihat lagi hari ini, laki-laki itu ke hotel dengan perempuan yang sama." Jenggala mendekat dan menunjukkan ponselnya.

Drex mengamati foto-foto yang ditunjukkan Jenggala lalu menghela napas. "Bagaimana dengan para penguasa kota, apa yang kalian dapatkan?"

"Mereka mengadakan rapat hari ini dan yakin kalau Felix tidak akan pernah berkata jujur tentang keberadaan barang-barang kita."

Untuk kali ini Drex setuju dengan pendapat mereka. Tidak peduli bagaimana mereka menekan dan mengancam, Felix tetap menyimpan rahasia. Laki-laki itu memang membuka mulut karena takut keselamatan anaknya. Tetap saja ada banyak hal yang ditutupi. Sebagian kecil barang-barangnya memang sudah ditemukan, tapi ada lebih banyak lagi yang disembunyikan. Felix pasti tahu, tapi laki-laki itu memilih untuk menyembunyikannya.

Drex menatap Jenggala, ingin menanyakan sesuatu dan kebingungan saat melihat pengawalnya ternganga. Bukan hanya Jenggala, tapi Janitra yang biasanya selalu acuh tak acuh pun, mendongak tanpa berkedip ke arah tangga. Drex memalingkan wajah dan memaki dalam hati saat melihat Cleora menuruni tangga dengan memakai bikini kecil dan menampakkan hampir seluruh kulitnya yang putih. Bikini itu hanya menutup bagian dada dan pinggul saja. Seakan tahu kalau sedang diperhatikan, Cleora sengaja memperlambat langkahnya. Tersenyum manis yang ditujukan untuk mereka dan melenggang anggun ke arah kolam.

Drex menghela napas, saat melihat dua pengawalnya masih tertegun tak sadarkan diri, ia berdehem keras.

"Kalau mata dan otak kalian sudah kembali ke tempatnya, kita bisa bicara lagi!"

Jenggala mengerjap dan tersenyum malu. Sebaliknya, Janitra kembali menunduk ke atas tumpukan pisau dan parang di atas meja. Selesai melaporka temuannya, Jenggal pamit ke kamar, begitu pula Janitra. Mereka meninggalkan Drex sendirian di ruang tengah.

Menyelam di air yang segar, Cleora tidak dapat menahan senyum. Ia melihat sendiri bagaimana Drex dan dua pengawalnya tercengang saat melihatnya turun hanya memakai bikini. Rasakan! Pikirnya geli. Mereka salah kalau menginginkan dirinya diam saja selama dikurung di sini. Ia akan melakukan apa pun untuk membuat Drex menendangnya keluar. Apa pun, meski harus mempermalukan diri sendiri.

Sebenarnya, Cleora bukan tipe perempuan yang suka berpakaian sexy. Ia senang memakai pakaian yang sedikit tertutup. Bikin pun ia tidak pernah memakainya. Tadi saja sewaktu di kamar dan memantut diri depan cermin, merasa sangat malu. Diingat lagi reaksi Drex, ia merasa cukup puas.

Merasa sudah cukup puas berenang, Cleora naik dan hampir terjatuh saat mendapati Drex menunggunya di pinggir kolam. Laki-laki itu mengulurkan jubah dan ia berniat menolak.

"Pakai!"

Cleora menggeleng.

"Kulitmu meremang karena ingin, lagi pula kamu bisa membuat Baron marah karena sudah mengotori lantai."

Cleora tersentak saat Drex meraih tubuhnya. Laki-laki itu memaksanya memakai jubah dan juga membantunya menali bagian depan. Cleora meremang, saat Drex meraih bagian belakang kepalanya dan berbisik.

"Lain kali, kalau kamu ingin memamerkan tubuhmu, bisa datang ke kamarku langsung. Dengan senang hati aku menerimamu. Nggak perlu pakai bikini, telanjang sekalian!"

Cleora terkesiap, merasa wajahnya memanas dan tubuhnya gemetar. Ia ingin beranjak pergi tapi Drex menekan pinggangnya. Mata mereka bertemu dengan tubuh saling berhimpitan. Cleora bisa mencium aroma parfum yang maskulin. Tanpa sadar ia meneguk ludah.

"Le-lepaskan aku."

Drex menatap tajam tanpa senyum. Gadis yang baru saja menggodanya dengan lekuk tubuh yang sexy, mendadak menjadi pemalu karena sentuhannya. Ia tahu, Cleora sengaja melakukan itu untuk membuatnya kesal.

"Bukannya kamu mau pamer tubuhmu?" bisiknya dengan suara serak. Dengan sengaja ia menyentuh cuping telinga gadis itu menggunakan bibirnya. Tersenyum ganjil saat merasakan Cleora bergidik. "Mumpung hanya kita di kolam ini, bisa kamu buka jubah dan bikinimu. Apa kamu mau aku pangku di atas kursi malas? Kita bisa bercumbu di sana dan aku yakin bisa membuatmu lupa diri."

Dada Cleora berdebar keras karena bisika Drex. Ia mencoba berkelit tapi laki-laki itu memegag lengannya dengan kuat.

"Kalau kamu ngga suka dipangku, kamu bisa rebah dan aku menindih lalu menciummu, bagaimana?" Jemari Drex bermain-main di tali pengikat jubah. "Aku bisa membuatmu orgasme hanya dalam satu kali cumbuan."

"Bajingan!" desis Cleora.

"Kalau kamu tidak mau bermain-main dengan bajingan, sebaiknya kamu pikir masak-masak sebelum membuat ulah!"

Drex melepaskan cengkeramannya secara tiba-tiba, dan meninggalkan Cleora di dekat kolam.

"Lepaskan aku! Untuk apa kamu menahanku di sini. Drex Camaro!"

Sia-sia Cleora menjerit, Drex berlalu dan sama sekali tidak memandangnya. Cleora menghentakkan kaki ke lantai yang keras, menjerit kecil dan tertundu kalah. Kemenangan yang dirasakan beberapa menit lalu, menguap karena acaman Drex.

**

Extra

Jenggala berkata heran sambil menatap kolam. "Heran, berani amat gadis itu pakai bikini di rumah."

Ujung bibir Janitra berkedut. "Dari mana dia dapat bikini?"

"Entahlah, mungkin Baron yang membeli."

"Atas perintah siapa?"

"Tuan Drex."

"Kalau begitu?"

Jenggala ternganga menatap saudaranya. "Tuan Drex ingin melihatnya memakai bikini? Wow, tuanku memang berbahaya. Hahaha!"

Pengantin TawananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang