Bab 23b

1.9K 401 30
                                    

Cleora terkikik, berusaha untuk mengelak dari tubuh suaminya yang kekar. "Kamu baru mandi! Lepaskan aku!"

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" Drex mengangkat gaun istrinya dan mengusapkan wajah di perut Cleora. Ia menyukai aroma kulit istrinya yang wangi dan lembut. "Sepertinya sudah lama kita nggak bercinta."

Cleora melotot. "Baru tadi pagi."

"Ah, benarkah? Sepertinya sudah beberapa jam yang lalu. Ayo, kita ulangi lagi."

"Tuaan Drex! Lepaskan aku!"

Drex menyerbu Cleora dengan ciuman dan tidak membiarkan istrinya melarikan diri. Ia sedang mengusap belahan dada istrinya saat pintu kamarnya diketuk. Tubuhnya menegang, merasa kesal.

"Siapaa!" teriaknya.

"Tuan, tamu yang kita tunggu sudah datang!" Suara Jenggala.

Drex menghela napas panjang, bangkit dari tubuh istrinya. "Maaf, ada tamu datang. Kamu berganti pakaian, dan turun untuk menyapa mereka."

Cleora mengangguk. "Baiklah."

Drex berdiri di tengah ruangan, mengamati istrinya sesaat. "Cleora, tamu-tamu kita ini agak spesial. Aku harap, kamu tidak kaget saat bertemu mereka."

"Spesial seperti apa?"

"Nanti kamu juga akan tahu. Aku memerlukan bantuan mereka untuk bisnis."

Cleora mengangguk. "Aku mengerti, dan akan mencoba bersikap baik."

"Oke, aku tunggu di bawah."

Drex menghilang di balik pintu, memberikan tanda tanya dalam benak Cleora. Selama ia mengenal Drex, baru kali ini kedatangan tamu, kecuali tentu saja Athena. Apakah karena rumah mereka ada di tengah kota, maka orang bebas datang? Sedangkan di rumah hutan dulu memang sangar rahasia. Ia pernah mendengar si kembar bercakap tentang tawanan di rumah belakang, tapi ia tidak pernah melihatnya. Cleora mempunyai prinsip, semakin sedikit tahu tentang urusan Drex akan semakin baik untuknya.

Suara tawa terdengar menggelegar saat ia menuruni tangga. Dua suara yang tidak dikenalnya, satu laki-laki dan satu perempuan. Ia mendekat dan dibuat kaget dengan tamu yang datang.

Perempuan berambut hitam panjang yang sekarang duduk bersebelahan dengan suaminya, adalah orang yang ditemuinya di pesta pernikahan. Saat itu mereka berada di toilet. Kalau begitu, perempuan itu adalah tamu pesta? Kenapa Baron mengatakan tidak melihatnya? Sedangkan yang laki-laki berambut kecoklatan dengan wajah bulat menyenangkan, berusia kira-kira 25 tahun dan menatap Cleora denga takjub.

"Wow, Tuan Drex. Istrimu sangat cantik!" celetuk laki-laki itu.

Drex tersenyum, bangkit dari sofa dan menghampiri Cleora.

"Mari, aku kenalkan teman-temanku. Ini, Sabrina dan Tobias."

Sabrina hanya mengangguk dari atas sofanya, sedangkan Tobias yang memang lebih ramah, menghampiri Cleora yang secara reflek mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Namun, Tobis bertindak lebih berani dengan mengecup punggung tangannya.

"Senang mengenal, Anda, Nyonya Cleora."

Cleora tersenyum. "Umur kita nggak beda jauh. Aku rasa, saling memanggil nama akan lebih akrab."

Tobis mengangguk. "Ide bagus. Bolehkah, Tuan Drex?" Wajahnya yang bulat menatap Drex penuh harap.

Drex mengangguk. "Tentu saja, Tobias."

Drex berpindah duduk, tidak lagi berada di samping Sabrina melainkan berdampingan dengan istrinya di sofa yang lebih kecil. Jemari mereka saling bertaut.

Pengantin TawananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang