Bab 20b

2.1K 409 37
                                    

"Pakaian yang pantas? Yang benar saja, Carolina! Gaun putihmu tadi, jauh lebih sopan dari pada ini." Lukas menatap kekasihnya tajam, mendesiskan peringatan. "Ingat, dia sudah menikah dengan Cleora."

Carolina mendengkus, menampar pelan pipi Lukas. "Kamu juga harus ingat, Cleora sudah menikah. Kamu pikir hanya kamu yang boleh egois, Lukas? Memohon-mohon pada Cleora agar menerimamu? Kamu pikir hanya kamu yang boleh melakukan itu?

"Aku nggak memohon. Hanya ingin membuat Cleora sadar!"

"Sadar soal apa? Kalau kamu sama brengseknya dengan laki-laki lain, yang meniduri saudara tunangan sendiri? Lukas, dosa itu kita berdua yang lakukan, dan akan kita tanggung berdua. Jangan harap kamu bebas mengejar Cleora, sedangkan aku dilarang mendekati Drex. Ingat, aku perempuan bebas!"

Sia-sia Lukas berusaha menahan Carolina. Perempuan itu menyelinap di antara keramaian pesta dan menghilang. Lukas mengepalkan tangan, ingin mengumpat kasar tapi sadar sedang banyak pengawal Drex yang mengawasi. Ia tidak ingin membuat masalah di sarang macan, bisa-bisa pulang tinggal nama. Menyambar minuman dari pelayan, ia mengenggak habis. Bergegas keluar dari ballroom, tidak tahan berada satu ruangan dengan perempuan-perempuan yang membuatnya muak. Setelah Cleora pergi, kini Carolina juga mengejar Drex. Kakak beradik yang sama brengseknya.

"Apa kamu mabuk lagi?" Drex duduk di samping istrinya, menatap lekat-lekat pada Cleora yang terkikik dengan wajah memerah.

Cleora menggeleng. "Ta-tadi nggak. Tapi, kamu lamaaa pergi. Aku bosan jadi minum. Hik, cuma segelas."

Drex mengamati tiga gelas kosong, meraih selembar tisu dan mengusap bibir istrinya. Ada sisa sisa makanan di ujung bibir yang tidak tersapu bersih.

"Baiklah, aku minta maaf karena pergi terlalu lama."

"Ka-kamu bicara sama Carolina. Ke-kenapa? Apa karena dia cantik?"

Drex mengusap anak-anak rambut Cleora yang berjatuhan di dahi. Istrinya saat sedang mabuk begini sangat menggemaskan.

"Kamu jauh lebih cantik, Cleora."

"Benarkah? Tapi, orang-orang selalu membandingkan kami dulu. Kalau Cleora tidak cantik, Carolina adalah yang tercantik di kota ini. Mereka merasa menyesal pada Lukas karena salah pilih. Hihihi, sekarang mereka bersama." Cleora berayun di kursinya, seperti anak kecil yang sedang merajuk. Menepis tangan Drex yang ingin menyanggap bahunya. "Sana, ih. Pegang-pegang!"

"Apa kamu marah, karena kakakmu merebut kekasihmu?"

Cleora menggeleng. "Awalnya, bagaimanapun juga aku cinta sama tunanganku. Ta-tapi itu dulu. Kini aku sudah punya suami, dan aku nggak suka kalau Carolina merebutmu dariku."

Drex tersenyum simpul. "Tidak ada yang akan direbut. Menurutmu, aku akan diam saja kalau ada perempuan yang menggodaku, sedangkan aku punya istri yang menggemaskan."

Cleora mengedip sambil tersenyum. "Aku menggemaskan?"

"Sangat. Ayo, kita ke kamar. Kamu sangat mabuk."

Cleora mengangguk, berdiri dengan susah payah dan nyaris terjatuh. Drex bertindak sigap dengan meraih pinggangnya.

"Kamu nggak bisa jalan. Terlalu mabuk."

"Dunia mutar-mutar."

"Sini, biar aku gendong."

Di awasi banyak pasang mata, Drex mengangkat istrinya. Ia berdehem dan seketika musik terhenti.

"Maafkan, aku tidak bisa menemani kalian berpesta. Istriku sedikit mabuk dan aku akan membawanya ke atas. Selamat bersenang-senang."

Tidak satupun yang menjawab kata-kata Drex, semua menatap penuh minat saat laki-laki itu menggendong istrinya ke arah lift, diikuti dua pengawalnya. Setelah sosok Drex menghilang, berbagai gumaman terdengar di seluruh ballroom.

"Apa kamu lihat? Drex jatuh cinta dengan istrinya," gumam Dario.

"Pernikahan mereka bukan pura-pura." Vikar menimpali.

"Wah-wah, ini mengubah pandanganku tentang pernikahan ini." Walikota berucap sambil terkekeh.

Semua orang memandang heran, kecuali Carolina. Hatinya mendidih oleh rasa cemburu.

Tidak mudah untuk Drex mencapai kamar pengantin mereka karena Cleora yang berada di dalam gendongannya terus berulah. Perempuan itu mengecup, mengusap, bahkan tanpa malu mencium bibirnya. Sedangkan ada dua pengawal yang sedang berada di dalam lift. Ia sudah berusaha memperingatkan istrinya, tapi Cleora yang sedang mabuk seolah tak peduli.

"Bibirmu kenyal, Tuan. Aku suka," desah Cleora setelah mengulum bibir Drex.

Suara dengkusan keluar dari tenggorokan Jenggal dan Janitra, mereka menyamarkan tawa dengan batuk. Drex menatap tajam sambil berbisik.

"Jangan berani-berani menoleh kalian!"

Cleora mendongak. "Siapa? Aku nggak boleh noleh."

"Bukan kamu. Mereka berdua."

Cleora melambaikan tangan. "Ih, mereka iri Tuan. Karena tidak punya pasangan. Jangan bilang, kalau mereka gay!"

Senyum lenyap dari bibir dua pengawal itu. Saat pintu lift membuka, keduanya membantu Drex membuka pintu kamar dan setelah pasangan pengantin itu menghilang, Jenggala dan Janitra kembali ke pesta.

"Awas, pelan-pelan turunnya," ucap Drex yang menurunkan istrinya di dekat ranjang.

Cleora menjejakkan kaki di lantai dengan sedikit pusing. Merangkul leher Drex dan berucap parau. "Tuan, apa boleh kita ciuman?"

Drex mengedip. "Kamu ingin ciuman?"

Cleora mengangguk. "Iya, ciuman yang hangat."

Drex mengusap tengkuk, punggung, lalu pinggang Cleora. "Bagaimana kalau sebuah ciuman membuat kita lupa diri?"

Cleora tersenyum cemerlang. "Nggak masalah. Kita suami istri."

Cleora nyaris tidak menyelesaikan perkataannya karena Drex menyerbunya dengan ciuman yang panas. Drex memagut, menuntut, dan mengambil yang dipunya dengan ganas. Perempuan dalam pelukannya adalah istrinya dan malam ini, ia akan mengambil apa yang menjadi miliknya.

**

Extra

"Sial! Baru kali ini ada yang berani mengataiku, gay. Memangnya dilihat dari mana aku gay?" gerutu Jenggala dengan gelas minuman di tangan.

Janitra tersenyum. "Mungkin, karena kamu tidak pernah terlihat bersama perempuan.

"Hah, hanya karena aku melakukannya diam-diam, bukan berarti aku tidak suka perempuan. Aku suka kaum hawa, dengan dada mereka yang mengundang. Lebih suka lagi kalau mereka telanjang."

Janitra menatap saudaranya, membenturkan gelasnya. "Kalau tidak ada masalah dalam minggu ini, sudah waktunya kita berburu gadis-gadis."

Jenggal tertawa. "Ide yang bagus! Ayo, berburu cinta!"

..

Cerita ini sedang PO

Pengantin TawananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang