Setelah percobaan pertama untuk membuat Drex mengamuk, gagal. Cleora memikirkan cara lain. Ia tidak akan menyerah sampai bisa keluar dari rumah ini. Hari-hari yang dijalaninya bagai dalam neraka karena terkurung di rumah besar ini tanpa pernah keluar. Ia menghitung hari ke hari dengan bosan, terjebak dalam rutinitas yang sama setiap hari.
Pagi bangun tidur, sarapan di teras. Di lanjut dengan mengelilingi rumah, tentu saja ia tidak sendiri melakukannya, ada Mateo yang selalu mendampingi. Dari observasinya, ia tahu kalau kamar besar dengan dinding kaca menghadap ke belakang adalah kamar Drex. Sedangkan si kembar dan Baron berada di lantai satu. Untuk para pelayan lain, mereka punya tempat tinggal sendiri di belakang.
Cleora penasaran dengan rumah kecil yang letaknya agak jauh dari rumah utama. Ia tahu itu bukan rumah pelayan karena dijaga ketat. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan di dalam sana. Cleora tidak bisa mencari tahu apa isinya, karena ketatnya penjagaan. Orang-orang berpakaian hitam akan menghalaunya kalau dirasa sudah sangat dekat jarak antara dirinya dan rumah itu.
"Mateo, rumah itu isinya apa?" tanyanya coba-coba pada Mateo yang setia mendampinginya.
Bocah kecil itu menggeleng. "Nggak tahu, Miss. Saya nggak boleh ke sana."
"Ehm, nggak pernah ketemu juga sama orang-orang yang menghuni rumah itu?"
"Nggak, Miss. Dilarang sama Tuan Drex."
Jawaban Mateo makin membuat Cleora penasaran. Ia akan terus mencari tahu, tentang apa yang tersembunyi di rumah itu. Barangkali, bisa membantunya keluar dari rumah ini.
Makin hari kerinduannya pada Lukas dan keluarganya makin mencengkeram dada. Setiap saat ia teringat kebersamaan dengan Lukas. Saat mereka berkencan, bermesraan, atau pun mengobrol. Waktu-waktu yang dihabiskannya bersama Lukas cukup menyenangkan.
Lukas, untuk beberapa hal memang sangat penuntut. Tidak suka dibantah, dan cenderung emosian. Tapi, secara umum perlakukan sang tunangan padanya sangat baik. Cleora nyaris tidak menemukan keburukan Lukas. Tampan, pintar, terpelajar, dan datang dari keluarga terpandang, Lukas adalah mimpi bagi setiap gadis di kota. Cleora merasa beruntung bisa menjadi istrinya, meskipun pada awalnya ragu-ragu saat menerima lamaran. Bujukan dari kekasih dan keluarga akhirnya meluluhkan hati Cleora. Mimpi-mimpi tentang keluarga kecil terbentuk dalam benaknya dan kini semua hancur karena Drex.
Sering kali saat berjalan-jalan, ia akan memperhatikan sekitar rumah. Gerbang tidak ada yang menjaga dimulai pukul tujuh malam. Baron akan sibuk dengan dapur dan tidak pernah mempehatikan siapa saja yang keluar masuk. Mateo berdiam diri di kamarnya untuk membaca atau menulis. Waktu yang tepat untuk melarikan diri kalau Drex dan dua pengawalnya tidak ada. Yang diperlukannya adalah kesempatan dan ia sedang mencari kesempatan itu.
Cleora mengalihkan pandangan dari gerbang dan berniat masuk ke kamar saat bertemu dengan salah satu si kembar, Jenggala. Mereka saling menatap dan laki-laki beramput pirang itu menyeringai.
"Jangan bilang sedang menyelidiki rumah kami."
Cleora mendengkus. "Bukan urusanmu!"
"Ah, benarkah? Setahuku, rumah ini adalah tanggung jawab kami, Miss. Ngomong-ngomong, aku tertarik satu hal sama kamu."
"Sama aku? Soal apa?"
"Tunanganmu."
Perkataan Jenggala tentang Lukas membuat Cleora mengernyit. "Apa urusannya Lukas sama kamu!"
"Nah, itu dia yang mau aku tanya sama kamu. Tidak ada urusannya dia sama aku. Hanya saja, aku sedikit penasaran, apa yang bikin kamu suka sama dia." Jenggal mengamati Cleora dari atas ke bawah dengan intens. "Kamu cukup cantik, sexy, dan sepertinya pintar. Bisa-bisanya kamu bertunangan dengan orang licik seperti dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Tawanan
RomanceKisah kedua dari keluarga Camaro, sang mafia Drex Camaro yang menculik pengantin orang lain, Cleora dan menjadikan tawanannya. Semuanya bukan tanpa sebab, keberadaan Cleora justru membahayakan bagi banyak orang. Bagaimana kisah Cleora yang harus men...