Di dalam kamar yang sunyi, hanya terdengar suara desahan dan daging bertemu daging. Kulit mereka licin oleh keringat dengan bibir saling bertaut. Saat Drex mencapai puncak kenikmatan, tubuhnya mengejang di atas tubuh Cleora dengan bibir terkatup rapat dan mata memejam. Tak lama, ambruk dengan tubuh lunglai karena puas.
Cleora mengusap punggung suaminya yang basah karena keringat. Tersenyum kecil dan mengecup pipi Drex. Rasa kantuk menguasainya. Samar-samar ia mendengar suaminya berucap lembut sebelum jatuh dalam pusaran mimpi.
"Selamat malam, Sayang," bisik Drex lembut di telinga Cleora.
Ia bangkit dari atas tubuh istrinya. Menatap pada wajah Cleora yang bersimbah peluh. Ia meraih beberapa lembar tisu, membasuh keringat di dahi dan leher istrinya. Jemarinya mengudap anak-anak rambut yang bergerak membandel di sekitar kening, tanpa sadar tersenyum kecil. Cleora saat terlelap seperti ini, seperti remaja yang baru beranjak dewasa. Orang tidak akan percaya kalau sudah menikah.
"Tidurlah yang lelap. Aku di sini," bisik Drex sebelum menutupi tubuh istrinya dengan selimut.
Ia mengamati kamar yang berantakan. Meriah pakaian mereka yang berserak dan meletakkannya di atas kursi. Memakai celana dalam dan kemeja, ia mencari rokok dan pematik. Membuka kaca balkon, dan duduk di sana merokok.
Satu pesan masuk ke ponselnya, dari Jenggal. Ia membuka dan membacanya.
"Tuan, pesta sudah usai."
Ia membalas cepat. "Bereskan apa yang harus dibereskan dan kalian istrahat."
"Bagaimana dengan para pengacau. Mereka mengaku sebagai orang suruhan Vikar."
Drex mengepalkan tangan. "Jangan lepaskan. Esok sore kita intrograsi mereka."
"Baik, Tuan."
Drex mengisap rokoknya, membiarkan asap bergulung di udara. Ia tidak habis pikir, kenapa seorang kepala polisi seperti Vikar, harus membayar orang untuk mengacaukan pestanya. Rupanya, selama ini ia terlalu lemah pada laki-laki itu, sampai-sampai Vikar berani membuat masalah dengannya. Ia membentuk satu rencana, untuk membalas perlakuan laki-laki itu.
Matanya menatap langit yang gelap, hanya ada lampu-lampu jalan dan gedung yang berkerlap-kerlip. Ia membayangkan kota ini dan seluruh penghuninya yang munafik. Mereka membencinya, berusaha untuk menyingkirkannya, tapi di saat bersamaan untuk menjilat untuk mendapatkan perhatiannya. Sungguh masyarakat yang aneh.
"Siapa di antara kalian yang terlibat dalam konspirasi penculikan Cleora?" gumamnya pada udara malam. "Walikota, Vikar, atau justru Haman? Kenapa kalian harus menyingkirkan Cleora dengan begitu kejam? Apa yang membuat Cleora harus dilenyapkan?"
Drex memikirkan segudang misteri yang menyelimuti istrinya. Ditambah dengan mantan walikota di distrcic 2 tempat Dante tinggal, yang lari ke kota ini, segala teka teki makin rumit. Siapakah orang kaya di kota ini yang mempunyai hubungan dengan sajiwa klub? Orang kaya yang sama, ingin menjual senjata api miliknya ke area konflik di Utara. Drex akan mencari jawabannya satu per satu, dan mengupas perlahan. Yang terpenting, selain menemukan pembunuh Jack Mo, ia juga harus mencari tahu apa yang membuat istrinya menjadi incara mereka.
Selesai merokok, ia kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu masuk ke selimut yang sama dengan istrinya. Dengan tangan memeluk pinggang Cleora, ia memejam dan mulai terlelap.
Cleora mendesah, saat merasakan sesuatu yang berat menimpa tubuhnya. Mengernyit, karena pangkal pahanya nyeri. Berusaha menggerakan tubuh, tapi tubuh yang kuat menahannya. Ia membuka mata dan menyadari kalau tubuhnya berada dalam dekapan Drex.
Cleora ingin bangkit tapi lengan Drex menahannya dan membuatnya kembali merebahkan diri. Matanya menatap langit-langit kamar hotel yang putih dengan lampur kristal tergantung di sana. Menyadari fakta kalau dirinya berbaring telanjang dalam pelukan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Tawanan
RomanceKisah kedua dari keluarga Camaro, sang mafia Drex Camaro yang menculik pengantin orang lain, Cleora dan menjadikan tawanannya. Semuanya bukan tanpa sebab, keberadaan Cleora justru membahayakan bagi banyak orang. Bagaimana kisah Cleora yang harus men...