Bab 21a

2.4K 443 15
                                    

Cleora tidak ingin melepaskan pelukannya dari Drex. Ia mendamba, menginginkan laki-laki ini menyentuhnya sebanyak mungkin. Ingin dimiliki dan memiliki oleh suaminya. Pikirannya kosong, hanya dipenuh tentang Drex. Tidak peduli seandainya laki-laki ini tidak benar-benar mencintainya. Yang terpenting adalah dirinya dicumbu dan disayang.

Cleora mendesah, saat bibir Drex meninggalkan bibirnya. Jemari laki-laki itu mengusap wajah, bibir, dan mengusap lehernya yang tidak tertutupi. Satu kecupan mendarat di sana membuat tubuh Cleora bergetar.

"Kamu cantik, dan sexy," bisik Drex dengan suara parau.

Cleora menahan kepala laki-laki itu di bahunya, menikmati sentuhan bibir Drex di leher dan kini turun ke bahu. Ia tidak peduli saat jemari Drex menurunkan resleting gaun. Mereka kembali berciuman saat gaun perlahan melorot dan kini terongok di lantai. Drex mengangkat Cleora dan merebahkannya di atas ranjang.

Mereka berciuman dengan panas, saling mengulum, memagut, lidah bertemu lidah dengan tubuh menempel erat. Drex menahan ciuman mereka dan berbisik. "Tahan dulu."

Cleora menatap dengan matanya yang berkabut saat Drex bangkit. Ia mengamati suaminya mencopot jas, dasi, dan sepatu. Menyikan kemeja dan celana panjang, lalu kembali menindihnya. Ia menyambut dengan sukarela sentuhan dan ciuman Drex. Ia merintih saat bra-nya dilucuti. Memekik merasakan jari jemari Drex meremas lembut dan puting dadanya tegak menatang. Kali ini ia berusaha memfokuskan diri, saat bibir Drex mengisap dan mengulum putingnya. Melenguh, dengan sensasi aneh yang mengalir di sela-sela jemarinya.

Cleora teringat akan cumbuan mereka terakhir kali. Samar-samar terbayang di otaknya. Mengingat rasa bibir Drex di dadanya dan rasanya sama persis seperti sekarang. Kuluman yang lembut, sesekali giginya mengenai puting dan membuatnya menggelinjang.

"Kamu suka?" bisik Drex sambil menjilat telinga Cleora.

Tidak ada jawaban dari istrinya, melainkan desahan panjang dan erangan penuh kenikmatan. Cleora melengkungkan punggungnya, seolah memberi kesempatan untuk Drex mengambil sebanyak-banyaknya. Drex meraih bahu Cleora dan membalikkan tubuh. Dengan posisi telungkup ia berada di atas punggungnya. Mengecup bagian belakang telinga, leher, bahu, dan bibirnya menyusuri punggung yang putih dan halus bagaikan porselen. Ia sangat menyukai teksur kulit istrinya. Padat dan licin saat terkena keringat. Berkilat-kilat di bawah cahaya membuat hasratnya untuk mengecup lagi dan lagi.

Tangannya menyelinap, meremas dada istrinya sementara bibirnya terus mengecup. Kecupan itu turun hingga ke pinggul dan mencapai garis celana dalam Cleora. Ia menurunkan celana dalam istrinya hingga ke paha, menahan tubuhnya tetap telungkup. Ia mengecupi pinggul yang mulus, sementara jemarinya menahan pinggang istrinya untuk tetap membungkuk.

"Ah, geli, Tuan." Cleora mengerang nikmat. Menahan rasa antara mendamba dan rasa menggelitik di perutnya.

Drex meninggalkan pinggul, dengan jemari mencopot celana dalam dan melemparkannya ke samping. Ia menciumi bagian belakang lutut, paha, lalu jari jemari kakinya. Tersenyum saat Cleora mengerang makin keras. Meninggalkan istrinya dalam keadaan telungkup dengan tubuh bersimbah keringat, ia bangkit dan mencopot kemeja serta celananya.

Cleora menatap suaminya dari balik bulu matanya. Tidak bergerak karena kehangatan yang menyebar dari ujung kaki sama kepala. Semua karena sentuhan Drex. Saat melihat suaminya berdiri dengan hanya memakai celana dalam, ia meneguk ludah. Tidak sempat bertanya macam-macam, Drex meraih bahu dan membalikkan tubuhnya.

Drex mengangkat tubuhnya ke atas, meraih tangan dan menempatkannya di kepala ranjang. Menurunkan kepala, suaminya berbisik. "Sebaiknya kamu berpegangan pada kepala ranjang. Teriaklah kalau kamu ingin teriak, biarkan aku memuaskanmu."

Cleora tidak sempat mencerna perkataan suaminya karena bibir Drex kini kembali bermain di dadanya. Ia mendesah, tidak menolak kala pahanya dibuka lebar-lebar. Ciuman Drex turun perlaha dari dada, perut, pinggang dan terakhir di area intimnya.

Vagina Cleora serasa menegang saat bibir Drex mengusap permukaannya dengan cambangnya. Ada kesan kasar sekaligus nikmrat dari sana. Ia ingin menutup paha karena malu tapi lagi-lagi Drex menahannya dan membuka lebar-lebar.

"Tahan, Cleora. Kita sedang bercinta," bisik Drex. Matanya menatap Cleora dengan rasa lapar yang tersirat dari mata. Ia menurunkan bibirnya ke pangkal paha Cleora,mengecup lembut bibir vagina dan berlanjut menjilati.

"Aaargh!"

Cleora mengerang panjang, pahanya menegang. Jarinya gemetar memegang besi penyangga kepala ranjang. Ia merintih oleh setiap sapuan lidah dan bibir Drex di area intimnya. Tidak pernah ada yang mengatakan padanya, kalau Sex bisa begini luar biasa. Belum pernah ada yang mengatakan padanya untuk berhatti-hati dengan bibir laki-laki.

Tubuhnya bersimbah peluh, tapi Drex seolah belum ingin beranjak dari sana. Saat mencapai kenikmatan dan tubuhnya mengejang lalu melemas, Drex mengangkat wajah dari pangkal pahanya. Suaminya itu mengusap bibir dengan punggung tangan lalu mencopot celana dalamnya. Mata Cleora terbeliak saat melihat kejantanan suaminya yang menegang.

Drex mendesah, mengusap miliknya yang mengeras. Mengocok lembut dan memastikan benar-benar siap. Ia menindih istrinya serasa berbisik.

"Apa kamu pernah melakukan sex sebelumnya?" tanyanya. "Jangan takut untuk bicara, Biar aku tahu bagaimana memperlakukanmu."

Cleora menggigit bibir. "Be-belum pernah."

"Kalau begitu, lemaskan tubuhmu dan biarkan aku mengisimu dengan cinta."

Drex mencium bibir Cleora, mengisap dan menjilat lidahnya. Ia membuka paha Cleora, meraba kewanitaannya yang lembab dan merasakan kalau sudah siap. Ia memosisikan diri di atasnya dan secara perlahan melakukan penetrasi.

Drex menghentikan gerakannya saat melihat Cleora mengernyit. "Sakit?"

"Yah, sedikit nyeri."

"Nggak apa-apa, nanti akan baik-baik saja."

Ia mencoba penetrasi sekali lagi dan saat sudah benar-benar masuk, merasakan kelegaaan sekaligus rasa hangat. Ia mengusap pipi Cleora dan mulai keluar masuk di tubuh istrinya. Drex mendesah, setengah melenguh saat tubuhnya menyatuh dengan Cleora. Ia sudah banyak bermain sex dengan perempuan tapi tidak ada yang rasanya senikmat ini. Perasaan yang muncul, seolah ia baru pertama melakukan hubungan badan.

"Sayang, tubuhmu enak sekali," bisik Drex dengan suara parau.

Cleora melemparkan kepalanya ke belakang, sementara pahanya membelit tubuh Drex. Ia sedang merasakan sensasi aneh dengan tubuh Drex yang keluar masuk di area intimnya. Inikah yang namanya sex? Terasa janggal tapi hangat secara bersamaan. Ia menarima dengan sepenuh hati apa yang diberikan Drex untuknya. Tidak menolak dengan setiap sentuhan. Cleora menjerit kecil saat sesuatu yang panas mengalir dari tubuhnya. Tangan Drex memegang wajahnya dengan gerakan keluar masuk yang makin lama makin cepat.

Cleora terengah, Drex terengah. Keduanya masuk dalam pusaran hasrat yang tidak terbendung. Drex ingin menguasai dan memberi sebanyak mungkin pada istrinya. Sedangkan Cleora berusaha untuk menerima dan menikmati semua cinta serta kehangatan yang diberikan suaminya.
.
.
.
.
Cerita ini sedang PO.

Pengantin TawananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang