Bab 11a

2.1K 462 52
                                    

"Apa kamu mendengarnya? Penyerangan terhadap klub Madhavi?"

"Setelah Felix lalu Madhavi, sepertinya Drex memang serius."

"Tentu saja, Bodoh! Barang miliknya itu bernilau jutaan dollar. Drex akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kembali barangnya."

Orang-orang di dalam ruangan saling pandang lalu menyeringai. Senang rasanya bisa mempermainkan orang paling ditakuti di kota ini. Ternyata, Drex memang tidak sehebat perkiraan mereka. Barang-barang itu tersimpan aman di suatu tempat. Drex disibukan dengan banyak masalah lain dan tidak akan pernah menemukan barang itu.

"Tuan, bagaimana kita akan menangani Felix dan Madhavi? Pasti keduanya sudah membocorkan banyak hal pada mereka. Pasti mereka sudah buka mulut, Tuan."

Laki-laki yang dipanggil tuan menoleh pada sekumpulan orang di depannya. Di depan sedang ada pesta, tapi orang-orang ini justru meributkan masalah Drex. Apa yang sebenarnya mereka takutkan? Pembalasan Drex atau takut kehilangan uang? Tidakkah mereka tahu, kalau ia tidak akan membiarkan apa yang ada di genggamannya terlepas?

Bertahun-tahun ia membangun jaringan ini, mempekerjakan banyak orang, bermain licik, dan bahkan tidak segan untuk membunuh. Ia banyak berurusan dengan pejabat dan juga polisi korup. Mereka semua sama saja, mudah untuk disogok dengan uang. Manusia mana yang tidak menyukai uang.

Ia tersenyum tipis. "Kalian bicara ingin menghabisi Felix. Memangnya kalian tahu di mana dia disembunyikan?"

Orang-orang di atas sofa saling pandang dan menggeleng.

"Lihat bukan? Kalian bahkan tidak tahu di mana rumah Drex, dan ingin menghabisi Felix? Lalu, kalian juga bicara soal Madhevi. Kenapa perempuan itu tidak ditangkap dan dianiya oleh Drex sama seperti halnya Felix? Harusnya kalian tahu sebabnya."

Lagi-lagi mereka saling pandang, sang tuan menatap orang-orangnya dengan kesal. Kenapa begitu banyak orang, hanya dirinya yang menggunakan otak. Kemana perginya isi otak dari orang-orang di sini.

"Tuan, kita bisa mencari tahu."

Sang tuan mendengkus. "Mencari tahu? Bagaimana caranya? Bahkan menemukan gadis yang diculik Drex saja kalian tidak mampu!"

"Tuan, bukannya gadis itu sudah mati?"

"Itu karena tidak ada satu orang pun yang becus menolongnya!"

Ruangan hening, kali ini kemarahan sang tuan mencapai sasaran. Sudah beberapa bulan Cleora diculik dan tak satu pun dari mereka yang bisa menemukan gadis itu. Semua mengatakan sudah berusaha mencari, tapi nyatanya tidak begitu. Drex menyembunyikan gadis itu dengan sangat baik dan bahkan membunuhnya. Drex memang terkenal kejam tapi tidak ada yang menyangka akan sanggup membunuh seorang gadis yang tidak berdosa.

"Padahal, Cleora tidak melakukan sesuatu yang merugikannya."

Perkataan seorang laki-laki di dekat jendela membuat orang-orang di ruangan menggeleng. Sang tuan mendengkus. "Cleora tahu sesuatu, untuk itu harus disingkirkan. Tadinya, rencana itu sangat bagus dan siapa sangka Drex membunuhnya."

Kabar tentang terbunuhnya Cleora menyebar saat tiara yang dipakai gadis itu di pernikahan, dikembalikan ke rumah, tak lama gaun pengantinnya pun mengalami nasib sama. Ada robekan di gaun itu, yang diduga karena sayatan benda tajam. Menunggu berbulan-bulan, mencari tanpa hasil dan akhirnya Haman memutuskan untuk menghentikan pencarian dan menyatakan Cleora mati di tangan Drex.

Pintu membuka, seorang pelayan berseragam membungkuk. "Selamat malam Tuan-Tuan, pesta segera dimulai."

Orang-orang di dalam ruangan saling mengangguk dan bangkit dari sofa. Malam ini akan ada penghargaan untuk para pengusaha yang selama ini menyumbang banyak uang untuk kemanusiaan. Penghargaan akan diberikan langsung pada walikota yang sudah hadisr bersama istrinya. Sang tuan melangkah lebih dulu diikuti oleh yang lain.

Pengantin TawananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang