"Ada apa?"
Jenggala masuk, tanpa basa-basi bertanya keras. "Tuan, kapan pesta pernikahan dilakukan?"
Drex menaikkan sebelah alis. "Kenapa? Kamu ingin menjadi pendamping laki-laki?"
Jenggal tersenyum lebar. "Bukan, Tuan. Pastinya aku tidak menolak kalau memang dijadikan pendamping. Suatu kehormatan untukku. Tapi, bukan itu niatku datang bertanya, Tuan. Baron dan Janitra menunggu di bawah, kami siap membuka tiga botol sampanye untuk merayakan lamaran ini."
Di luar dugaan Drex tersenyum. "Aku akan turun bersama Cleora sebentar lagi. Kalian bisa menyiapkam pesta sekaligus makan siang mewah untuk kita semua."
Rasanya seperti mempunya keluarga baru, saat Cleora duduk di sebelah Drex dan semua yang ada di meja bersulang untuk mereka. Baron menghidangkan kambing guling, yang entah didapatkan dari mana. Bukan hanya untuk merela tapi juga untuk pelayan di rumah. Selain itu, berkotak-kotak nasi daging dibawa keluar untuk para penjaga, Cleora tidak bisa menghitung jumlahnya karena terlalu banyak.
Mateo pun ikut merayakan dengan minum jus dan makan daging. Anak kecil itu berteriak gembira, mengatakan keras-keras pada semua orang, kalau dirinya akan bersekolah di kota.
"Ada apa?"
Jenggala masuk, tanpa basa-basi bertanya keras. "Tuan, kapan pesta pernikahan dilakukan?"
Drex menaikkan sebelah alis. "Kenapa? Kamu ingin menjadi pendamping laki-laki?"
Jenggal tersenyum lebar. "Bukan, Tuan. Pastinya aku tidak menolak kalau memang dijadikan pendamping. Suatu kehormatan untukku. Tapi, bukan itu niatku datang bertanya, Tuan. Baron dan Janitra menunggu di bawah, kami siap membuka tiga botol sampanye untuk merayakan lamaran ini."
Di luar dugaan Drex tersenyum. "Aku akan turun bersama Cleora sebentar lagi. Kalian bisa menyiapkam pesta sekaligus makan siang mewah untuk kita semua."
Rasanya seperti mempunya keluarga baru, saat Cleora duduk di sebelah Drex dan semua yang ada di meja bersulang untuk mereka. Baron menghidangkan kambing guling, yang entah didapatkan dari mana. Bukan hanya untuk merela tapi juga untuk pelayan di rumah. Selain itu, berkotak-kotak nasi daging dibawa keluar untuk para penjaga, Cleora tidak bisa menghitung jumlahnya karena terlalu banyak.
Mateo pun ikut merayakan dengan minum jus dan makan daging. Anak kecil itu berteriak gembira, mengatakan keras-keras pada semua orang, kalau dirinya akan bersekolah di kota.
"Aku akan ikut Nyonya dan Tuan Drex. Senangnyaaa!"
Cleora sangat menghargai apa yang dilakukan Drex untuk anak kecil itu. Memperlakukannya dengan sangat baik, seperti anak sendiri. Cleora pun akan senang kalau di rumah ada Mateo.
"Apa kamu juga akan ikut kami, Baron? Maksudku, kamu sudah terbiasa di tempat ini."
Cleora bertanya pada kepala pelayan yang sedang membantunya mengiris daging. Baron menjawab tanpa menghentika gerakan pisaunya. "Tentu saja saya akan ikut kalian, Miss. Siapa yang akan membantu persiapan pernikahan? Siapa yang harus mengurus rumah baru, kalau bukan saya? Hanya saya yang bisa mengendalikan si kembar, sebelum mereka meledakkan rudal di dalam rumah."
Cleora tercengang lalu tertawa terbahak-bahak. Menyenangkan bisa bicara dengan Baron yang sangat pengertian. Rasanya seperti punya ayah. Terkadanga ia merasa sedih, kenapa papanya tidak seperti Baron yang pengertian dan bisa diajak diskusi. Dari dulu papanya selalu menginginkan semua hal tunduk padanya. Tidak hanya karyawan, tapi juga istri dan anak-anaknya. Sekarang Cleora tahu, kenapa Clavin memilih pindah ke kota lain. Mungkin jauh dari keluarga seperti menemukan ketenangan.
Hari berlalu dengan cepat, mereka menentukan tanggal pernikahan. Drex dan Cleora sepakat untuk menikah lebih cepat lebih baik. Mereka memutuskan akan mengikat janji bulan depan. Tersisa satu bulan untuk melakukan persiapan pernikahan, Cleora tidak tahu apakah waktunya mencukupi. Drex tidak memintanya melakukan pekerjaan apa pun. Calon suaminya hanya sekali mengajaknya ke kota lain untuk mengukur gaun pernikahan. Selebihnya, laki-laki itu yang mengurus semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Tawanan
RomanceKisah kedua dari keluarga Camaro, sang mafia Drex Camaro yang menculik pengantin orang lain, Cleora dan menjadikan tawanannya. Semuanya bukan tanpa sebab, keberadaan Cleora justru membahayakan bagi banyak orang. Bagaimana kisah Cleora yang harus men...