Bab 18a

2K 466 31
                                    

Athena tidak menginap, malam itu juga pergi karena ada urusan penting yang tidak dapat ditinggal. Gadis itu meminta maaf karena tidak bisa tinggal lama untuk menyaksikan upacara pernikahan.

"Aku pastikan kalau aku orang paling bahagia karena kakakku menikah. Terlepas dari alasan apa pun di balik tindakan kalian, aku tidak peduli."

Rupanya, Drex sudah memberitahu adiknya soal alasan di balik pernikahan mereka. Athena yang menyatakan dukungan penuh, membuatnya terharu.

"Untuk kamu tahu, kakakku Dante dan Blossom, awalnya menikah untuk balas dendam. Setidaknya itu yang diketahui Blossom. Ternyata, Dante memang sudah jatuh cinta dengan istrinya dari mereka masih belia. Kamu lihat bukan? Jodoh memang aneh. Semoga, kamu berjodoh panjang dengan Drex."

Athena memberika hadiah luar biasa untuknya. Sebuah tas mewah yang dari luar terlihat tas biasa tapi di dalamnya, terselip senjata tajam. Sebuah pisau lipat yang tajam dimasukkan dalam kotak yang sekilas terlihat seperti alat make up. Ada juga lipstick ajaib.

"Warnanya ungu, kamu harus ingat jangan sampai tertukar dengan liptikmu yang lain. Lihat cara kerjanya."

Saat lipstick dibuka dan ditekan bagian bawahnya, serangkaian jaru, bermunculan. "Jarum beracun. Cukup ampuh untuk menahan gerakan dari orang-orang yang jahat. Tidak sehebat senjata tajam, tapi bisa kamu bawa ke mana pun kamu pergi, karena berada di samping kakakku sangat berbahaya."

Cleora sangat menghargai pemberian Athena. Ia tahu gadis itu mengkuatirkan keselamatannya, karena itu menghadiahkan senjata. Merasa tersentuh, ia memeluk Athena kuat dan menyatakan terima kasih.

"Semoga kita bisa bertemu secepatnya," bisik Cleora haru.

Athena mengusap punggungnya. "Sudah pasti. Bisakah aku meminta satu hal?"

"Boleh, aku akan mewujudkan kalau bisa."

Athena mengedipkan sebelah mata. "Tentu saja kamu bisa. Tapi, dibutuhkan kerja sama dengan Drex untuk ini. Lahirkan keponakan cewek yang cantik dan imut, kebanyakan di keluarga kita laki-laki. Please."

Permintaan Anthena membuat wajah Cleora bersemu merah. Seketika, ia membayangkan anak kecil yang cantik dan lucu, yang merupakan perpaduan antara dirinya dan Drex. Ia melirik calon suaminya tanpa sadar dan merasa dadanya bergemuruh.

Bagaimana rasanya mempunyai anak dari darah daging sendiri? Apakah Drex juga menginginkan anak atau hanya ingin menikah? Cleora tidak tahu. Yang terpenting sekarang adalah menjalani apa yang sudah digariskan Tuhan untuknya.

Sebelum pergi, Athena sempat bicara berdua dengan Drex di kamar atas. Cleora yakin kalau mereka sedang membicaraka tentang pembunuh Jack Ma. Ia menduga, yang terlibat pembunuhan bukan orang sembarangan, karena seorang Drex pun tidak mudah menangkapnya.

Drex juga memberinya hadiah, tidak tanggung-tanggung beberapa set berlian, dengan berbeda warna. Ada satu berlian berwarna ungu yang diyakini berharga sangat mahal.

"Ini hanya hadiah di awal, di rumah baru kita aku menyiapkan dua mobil untukmu. Bisa kamu pakai sendiri saat aku tidak ada, tentu saja dengan seorang sopir yang terlatih. Setiap kali kamu pergi, salah satu di antara kami akan menemanimu. Maksudku adalah aku dan si kembar. Kalau kami sedang bepergian, Baron akan mengantarmu. Kemana pun, kamu tidak boleh sendiri."

"Apakah itu tidak berlebihan Tuan Drex?"

Drex menggeleng, mengusap pipi Cleora lembut. "Tidak ada yang terlalu berlebihan untuk istriku."

Sebutan istri dari Drex membuat Cleora tersipu. Ia merasa sangat dicintai dan dihargai, terlepas dari apa pun maksud Drex menikahinya. Ia tidak peduli, seandainya laki-laki itu mempunya niat berbeda kepadanya. Selama ia aman, apa pun akan dilakukannya termasuk dengan menikahi mafia paling kejam di kota.

**

Para laki-laki yang berkumpul di klub kota, dibuat bingung dengan banyaknya iring-iringan mobil yang memasuki hotel Empire. Kebetulan, letak klub tepat di depan hotel. Dengan bangunan yang didominasi kaca, tidak heran kalau mereka bisa melihat apa pun yang terjadi di seberang klub.

Lukas ada di antara mereka, memegang sebotol bis dan ikut mengamati keriuhan. Sama seperti teman-temannya, ia pun penasaran dengan apa yang terjadi.

"Sepertinya akan ada pernikahan."

"Menurutmu orang kaya mana yang menikah di hotel Empire?"

"Entahlah, bahkan Lukas pun tidak menikah di sana."

Lukas menyadari kebenaran dari perkataan teman-temannya. Papanya memang termasuk orang paling kaya di kota, tapi lebih memilih hotel Royal sebagai tempat pernikahan. Hotel Royal memang tempat yang bagus, tapi berada di bawah Empire. Papanya mengatakan, masa depan mereka masih panjang. Uang bia digunakan untuk hal lain dari pada dibuang-buang untuk pesta pernikahan yang hanya berlangsung beberapa jam. Kalau begitu, siapa mempelai yang akan mengikat janji di sana? Kenapa tidak ada berita atau kabar apa pun soal itu.

Lukas menatap temannya yang berkemeja hijau. "Bukankah papamu manajer hotel di sana? Apa kamu tidak bisa mencari tahu?"

Laki-laki berkemeja hijau menggeleng. "Kerahasiaan klien. Kamu tahu itu bukan?

"Setidaknya informasi umum. Apakah mempelai penduduk kota ini atau bukan."

"Iya, papaku mengatakan yang mengadakan acara adalah penduduk kota ini. Mereka sudah membayar penuh, tanpa tunggakan apapun untuk pelaksanaan upacara pernikahan dan hanya mengundang sekitar 200 orang saja."

Pernikahan eklusif dan mahal, bukan ciri khas penduduk kota ini yang gemar memamerkan apapun yang dimiliki. Dari mulai mobil, rumah, atau pun bisnis. Orang-orang kaya di kota ini, seakan membutuhkan pengakuan kalau mereka kaya.

"Kita seumur hidup tinggal di kota ini, tapi tidak mengenal nama Baron." Laki-laki berkemeja hijau tanpa sadar menggumankan nama, berikutnya kaget dengan diri sendiri, berdiri tegak dan memaki keras. "Sorry, anggap kalian nggak dengar perkataanku."

Lukas mengernyit. "Baron? Jadi nama orang yang menyewa hotel bernama Baron? Siapa dia? Ada di antara kalian yang mengenalnya?" Lukas memandang teman-temannya dan mereka semua menggeleng. Sama seperti dirinya, teman-temannya pun merasa kalau nama itu sangat misterius.

Ponselnya berdering, Lukas mengangkat setelah melihat nama sang papa tertera di layar. Mengenyahkan rasa malas, ia mulai bicara.

"Ya, Pa."

"Di mana kamu?"

"Klub."

"Siang-siang begini? Kamu bukannya kerja malah ke klub?"

Lukas tidak membalas pertanyaan sang papa. Ia sudah tahu, sang papa pasti mengomelinya karena membolos dari pekerjaan.

"Minum bir, Pa. Menghilangkan panas."

"Kamu berleha-leha, memangnya kamu nggak tahu ada kabar penting?"

Lukas menggeleng di depan ponsel. "Nggak tahu. Memangnya ada apa?"

"Kamu nggak pernah tahu apapun Lukas! Cepat pulang. Ada undangan pernikahan untukmu!"

"Undangan pernikahan? Siapa?"

"Cleora dan Drex Camaro!"

Ponsel terjatuh dari tangan Lukas. Ia berdiri gemetar dan nyaris menumpahkan birnya. Bagaimana mungkin Cleora menikah dengan Drex? Bukankah mereka belum memutuskan hubungan secara resmi? Lukas terduduk di kursinya dengan wajah pucat.

Kebingungan tidak hanya melanda Lukas dan keluarganya, orang tua Cleora pun merasakan hal yang sama. Saat mereka menerima undangan berupa kertas tebal yang terbungkus pita satin mewah warna kuning keemasan, hati Haman mencelos. Bagaimaa tidak, tertulis nama Cleora dan Drex di kartu undangan. Pernikahan akan diadakan besok di hotel Empire. Mereka bahkan tidak diberi kesempatan untuk bertemu dengan Cleora

Pengantin TawananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang