Ke Rumah Oma dan Opa

153 21 1
                                    

El baru saja turun dari kamarnya, ia menghampiri orang tuanya yang sudah berada di meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

El baru saja turun dari kamarnya, ia menghampiri orang tuanya yang sudah berada di meja makan.  El duduk di salah satu kursi yang ada di sana.

"Keadaan Lia gimana?" Tanya Bunda Vio.

"Dia masih sedih."

"Wajar kalau dia masih merasa sedih. Itu jadi tugas kamu untuk mencari cara agar dia bahagia lagi." Ujar seorang pria.

Calvin Hienze, biasa dipanggil Ayah Calvin. Ia mempunyai sifat yang bijaksana dan bertanggung jawab.

El mengangguk menanggapi perkataan ayahnya. El beserta kedua orang tuanya pun mulai sarapan. Suasana di ruang makan begitu hening, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang saling bersautan.

"El berangkat sekolah." Pamit El ketika sudah menyelesaikan sarapannya.

"Hati-hati di jalannya." Pesan Bunda Vio.

El mengangguk lalu menyalami tangan kedua orang tuanya. Saat El akan berangkat sekolah menggunkaan motornya, ia melihat Flora bersama Ethan di depan rumah Flora.

"Gue duluan." Ujar El lalu melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata.

Hanya butuh waktu lima menit untuk sampai di sekolah. Jarak antara rumah El dan sekolah memang sangatlah dekat. El turun dari motornya lalu berjalan melewati lorong-lorong sekolah menuju kelasnya. 

Pria itu masuk ke dalam kelasnya. Ternyata sudah ada banyak murid- murid lainnya yang datang, termasuk sahabatnya yaitu Adi dan Aksa. Baru saja El duduk di kursinya, tiba-tiba ada sebuah pesan masuk yang menyuruhnya untuk ke ruangan basket.

"Kata Pak Johan kumpul di ruang basket." Ucap El kepada Adi dan Aksa.

El menyirim pesan ke grup basket menyuruh yang lainnya segera kumpul di ruangan basket. Setelah itu, El kembali menyimpan ponselnya di saku celananya. El, Adi, dan Aksa pun pergi menuju ruangan basket. Setibanya di sana, ternyata sudah ada anggota lain. Mereka langsung duduk di kursi yang kosong. Satu-persatu anggota basket mulai berdatangan. Kini semuanya sudah terkumpul.

"Karena semuanya sudah ada, Bapak akan mulai pertemuan kali ini."

"Tiga bulan lagi sekolah kita ada pertandingan basket di luar kota. Bapak harap kalian mulai mempersiapkan diri kalian dari sekarang. Target Bapak kali ini sekolah kita harus masuk dalam tiga besar."

Salah satu anggota basket mengangkat tangannya. "Iya, silahkan Raihan."

"Lombanya di kota mana Pak?"

"Kemungkinan lombanya akan diselenggarakan di Bali." Para anggota basket berseru senang ketika mendengar jawaban Pak Johan.

"Apa ada yang mau ditanyakan lagi?" Tanya Pak Ahmad.

"Iya, silahkan El." 

"Lombanya kapan Pak?" 

Meet Again (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang