Bagaimana jadinya jika seseorang dari masa lalu kembali datang, apa yang akan kamu lakukan?
Apa kamu akan menerimanya kembali ataukah mengusirnya dari hidupmu selama-lamanya?
Kehidupan Michael Gabriel Hienze yang awalnya tenang kembali terusik setel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kring...kring...kring...
Bel berdering kencang pertanda bahwa sudah waktunya istirahat. Guru yang sedang mengajar pun pamit mengundurkan diri mengakhiri pembelajaran.
"Ke kantin?" Ajak Flora kepada Lia.
"Gue ikut." Sahut Raga menghampiri meja Lia dan Flora.
"Siapa lo?" Sinis Flora.
"Kenalin nama gue Raga." Ucap laki-laki itu tersenyum tipis menyodorkan tangannya mengajak Flora salaman.
Flora menatap sekilas uluran tangan Raga sekilas dan mengabaikannya. Menyadari ajakannya diabaikan, Raga menarik kembali uluran tangannya.
"Sombong banget." Ujar Raga dengan wajah datar. Namun tak lama setelah itu raut wajahnya berubah menjadi biasa lagi.
"Aku ikut sama kamu ya, di sini aku cuman kenal sama kamu."
Flora menatap Raga tak suka, menurutnya pemuda di hadapannya ini bermuka dua. Di saat ada maunya ia pasti akan baik seperti yang dilakukan kepada Lia sekarang. Ia ingin sekali menceramahi panjang lebar untuk tidak mendekati sahabatnya lagi tapi Lia terlebih dahulu bersuara.
"Kamu sama Azri aja, dia ketua kelas di sini."
"Aku sibuk, permisi." Namun sebelum gadis itu pergi, Raga terlebih dahulu menahan pergelangan tangannya.
"Tapi aku maunya sama kamu."
Flora melotot kala melihat tangan Raga menyentuh tangan sahabatnya. "Lepasin!" Teriaknya sambil melepaskan tangan Raga dari pergelangan tangan Lia.
"Lo apa-apaan sih!" Bentak Raga kesal.
"Lo yang apa-apaan, main nyentuh tangan sahabat gue sembarangan."
Lia menatap Flora dan Raga bergantian, kenapa mereka malah ribut seperti ini batin Lia bingung.
"Udah Ra, jangan bertengkar."
"Dia yang duluan nyentuh tangan lo sembarangan." Ucap Flora membela diri.
Lia menghembuskan napasnya lelah.
"Azri!" Panggil Lia kepada sang ketua kelas 11 IPA 1.
"Ada apa?" Tanya laki-laki ketika sudah di hadapan Lia.
"Tolong temani dia, aku sama Flora ada urusan lain."
Azri mengangguk menyanggupi permintaan Lia. Raga hendak melayangkan protes tapi Lia terlebih dahulu berkata.
"Ayo Ra!" Lia menarik pergelangan tangan sahabatnya.
"Kita mau ke mana?" Tanya Flora saat sudah berada di luar kelas.
"Antar aku ke toilet sebentar." Pinta Lia.
Lia dan Flora berjalan menuju toilet perempuan terdekat. Lia langsung masuk ke salah satu bilik yang terbuka. Tak membutuhkan waktu lama, gadis itu kembali keluar bilik.
"Jadi perkataan lo tadi pagi benar."
"Aku kan udah bilang sama kamu kalau aku gak bohong."
"Iya sih."
"Terus sekarang lo gimana? Dia satu kelas sama kita dan yang lebih parahnya lagi dia satu perumahan sama lo."
Lia menghela napas kasar.
"Aku juga bingung sekarang harus gimana, aku takut El akan salah paham."
"Saran gue sih lo jangan dekat-dekat sama dia kalau pun dia mencoba mendekati lo, lo harus segera menjauhi dia." Lia mengangguk menyetujui saran sahabatnya.
"Gue akan menjadi penghalang agar dia gak mendekati lo."
"Makasih." Ucap Lia tersenyum tulus.
"Sekarang lo mau ikut gue ke kantin atau gimana?"
"Kayaknya enggak deh, aku mau ke perpustakaan aja."
"Yaudah kalau gitu gue ke kantin dulu, perut gue udah minta diisi nih." Ucap Flora terkekeh kecil.
"Maaf ya karena ngantar aku ke toilet aku kamu jadi kelaparan."
"Santai aja kali kayak sama siapa aja."
"Gue pergi duluan." Pamit Flora meninggalkan Lia.
Selepas kepergian sahabatnya, Lia berjalan menuju perpustakaan sekolah. Sudah ia duga sekarang di perpustakaan pasti sepi, karena di jam seperti itu murid-murid lebih memilih untuk pergi ke kantin daripada ke perpustakaan.
Setelah menemukan buku yang ia baca, gadis itu duduk di salah satu kursi yang kosong yang berada di pojok ruangan. Tempat favoritnya saat berkunjung ke perpustakaan.
Tangan gadis itu bergerak perlahan membuka halaman pertama buku. Seketika netranya langsung fokus membaca tulisan yang ada pada buku tersebut. Ia membuka halaman demi halaman dan membacanya dengan seksama.
Saking fokusnya membaca, Lia tidak menyadari kedatangan seseorang yang duduk di hadapannya. Pria itu tersenyum tipis saat melihat gadis di hadapannya serius membaca. Laki-laki itu berdeham pelan bermaksud untuk menarik perhatian gadis di hadapannya.
Lia menolehkan kepalanya, ia terkejut saat melihat wajah pria di hadapannya. Sejak kapan pria itu duduk di hadapannya pikir Lia.
"Hai." Sapa pria itu tersenyum tipis.
Lia langsung mengubah ekspresinya menjadi datar.
"Kamu ngapain ada di sini?"
"Nyari kamu." Jawab pri itu to the point.
"Aku gak butuh dicariin, lebih baik sekarang kamu pergi!"
"Sepertinya sekarang kamu gak suka sama kehadiran aku, padahal dulu...."
"Stop!" Potong Lia dengan nada suara yang ditinggikan.
"Jangan berisik!" Peringat penjaga perpustakaan.
Lia beranjak dari duduknya lalu menyimpan buku yang ia baca ke tempat semula. Setelah itu Lia keluar dari perpustakaan tanpa menghiraukan laki-laki yang mengikutinya dari belakang.
"Lia tunggu!"
"Jangan pegang-pegang!" Peringat Lia menatap tajam pemuda di hadapannya.
"Kenapa kamu sekarang jadi berubah kayak gini?" Tanya pria itu dengan tatapan bingung.
"Aku dari dulu emang kayak gini kamunya aja yang baru sadar."
Laki-laki itu menggelengkan kepalanya tak setuju dengan perkataan Lia. "Dulu kamu selalu tersenyum saat aku mendekati kamu tapi sekarang kamu seperti gak suka kalau aku mendekati kamu."
"Kamu benar, aku memang gak suka didekati sama kamu jadi mulai sekarang kamu jangan dekat-dekat lagi sama aku."
Selepas berkata seperti itu Lia pergi meninggalkan pria itu. Namun baru beberapa langkah ia langsung berhenti.
"Bukannya kamu suka sama aku?"
"Raga!" Seperti Lia sudah berada di ujung batas kesabarannya.
"Kenapa? Aku benar kan, kamu menyukai aku. Bahkan bukan sekedar menyukai tapi kamu juga mencintai aku."
Lia memejamkan matanya untuk menahan emosinya yang sebentar lagi meledak. Ketika dirasa sudah cukup tenang, gadis itu membuka matanya kembali.
"Terserah kamu mau bilang apa, tapi bagi aku kamu itu cuman masa lalu yang sudah aku lupakan." Lia benar-benar pergi setelah mengatakan hal tersebut.
"Kita lihat sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini."
"Aku yakin pada akhirnya kamu akan kembali kepada pemiliknya, dan itu aku." Raga menatap kepergian Lia dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.