🌷BAB 13🌷

92 3 0
                                    


  Di bawah sinar rembulan berselimut dingin nya malam,meski hawa dingin yang menusuk kulit. Hafiy tak peduli akan itu yang dia lakukan sekarang hanya membentangkan sajadah dan terus merapalkan doa yang akhir-akhir ini dia panjatkan di sepertiga malam.

Hafiy sadar dia hanyalah hamba yang berlumur dosa, Tapi bukan kah Allah maha pengampun dan maha kuasa.

Setiap doa yang di langit kan, Hafiy berharap sang pencipta akan mengabulkan doanya.

" Ya Allah, maafkan hamba karena terlalu mencintai salah satu hambamu. Hamba menginginkan dia berada si sisi hamba ya Rabb.. "

" Ya Allah, hamba mohon buka kan pintu hati nya agar menerima perasaan hamba " dan tanpa sadar bulir keristal jatuh membasahi pipinya.

Doa itulah yang setiap malam Hafiy langit kan, Hafiy sadar meski dirinya menjauhi Nayra. Tapi hatinya tidak bisa berpaling dari cinta untuk Nayra .

Apalagi sekarang cinta tulus nya di bumbui rasa rindu yang teramat dalam.

" Ternyata sulit sekali meminta mu berada di sisiku Nay, apa yang membuat mu ragu atas diriku nay? " Ucap Hafiy bermonolog di atas sajadah.

Jika Hafiy melangitkan doa tentang cinta tulus nya pada Nayra. Begitu pula juga sebaliknya.

Nayra juga melangitkan doa untuk lelaki yang begitu tulus padanya, ya siapa lagi kalau bukan Hafiy.

Laki-laki yang seminggu ini hilang dari pandangan nya, dan sayangnya itu adalah kemauan dirinya.

Laki-laki yang baik dan tulus yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya dan membuat hatinya tak tega karena kebaikan dan ketulusan yang dia berikan.

Di atas sajadah Nayra meluapkan semua kesedihannya yang selama ini hanya dia pendam.

" Ya Rabb.. hamba ikhlas atas takdir mu, hamba pasrahkan semuanya "

" Ya Rabb.. selama ini aku berusaha kuat dan tegar hamba menerima semua nya, namun terkadang hamba merasa lelah dengan semua ini "

" Jika memang ini takdir terbaik dari MU, hamba mohon lapang kan hari hamba menerima semua nya "

Nayra memang pendengar yang baik bagi Kakak,adik dan teman nya. Yang selalu bercerita atau berbagi tentang kesedihan dan penderitaan yang mereka alami.

Tapi tidak untuk Nayra, dia lebih suka memendam semuanya sendirian tanpa berniat berbagi pada siapa pun meski pun itu keluarga nya.

Karena Nayra tidak ingin menambah beban kesedihan mereka. Maka dari itu semuanya Nayra pendam.

Kesedihan yang dia alami dia jalani sendirian dengan ikhlas, penderitaan yang dialami nya hanya mampu ia pendam sendiri. Terkadang Nayra pun merasa lelah dengan semua ini.

Suara kumandang adzan membangunkan Nayra. Nayra mengerjakan mata dan dia tersadar ternyata, setelah meluapkan semua kesedihannya dia tertidur di atas sajadah.

Nayra pun melepaskan mukenah dan segera melangkah kan kakinya untuk ke kamar mandi membersihkan diri menyegarkan badan dan mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat.

Kini Nayra tengah berada di dapur, berkutat dengan bahan-bahan makanan yang akan dia sulap menjadi sarapan yang lezat.

Aruna yang baru selesai membersihkan rumah langsung menuju dapur, ketika mencium bau yang begitu lezat melewati Indra penciuman nya.

" Wah,, kak Ara masak apa? Seperti nya enak, bau nya aja udah kecium dari jauh. Bukan Una laper aja " ucap Aruna mendekat ke Mekah makan dengan mata yang berbinar melihat sarapan yang suda tersaji di atas meja makan.

" Ini kakak buat bubur ayam, soalnya kakak lagi pengen makan bubur ayam. Ayok kita sarapan " ucapku mengajak Aruna.

" Masakan kak Ara emang gak pernah gagal, selalu enak " ucap Aruna dengan senyum sumringah.

" Iya dong , siapa dulu yang masak kak Ara gitu loh.. " ucapku dengan bangga.

Mereka berdua sarapan dan sesekali di iringi candaan. Dan suasana seperti ini terasa hangat jika kita bersama dengan orang-orang yang kita sayangi.

Namun berbeda dengan Hafiy, rasanya semakin hari Hafiy begitu lesu tak bersemangat di tambah lagi jadwalnya yang begitu padat di rumah sakit.

Kadang Hafiy sampai tak pulang ke rumah, dan hal itu tentu saja membuat Dokter Khadijah merasa khawatir dengan keadaan Hafiy.

Seperti pagi ini, Hafiy menuruni anak tangga dengan pakaian yang sudah rapih. Menghampiri kedua orang tuanya yang sedang sarapan di meja makan.

" Mah pah, Hafiy langsung berangkat ya " ucap Hafiy sambil mendekat ke kedua orang tuanya dan mencium punggung tangan mereka.

" Kamu gak sarapan dulu? " Ucap Dokter Khadijah menatap putranya.

" Nggak mah, Hafiy nanti sarapan di rumah sakit aja " ucap Hafiy sambil tersenyum agar sang ibu tidak terlalu khawatir padanya.

" Tapi nak, mamah liat akhir-akhir ini kamu begitu sibuk dan sering melewatkan makan bahkan sampai nggak pulang ke rumah "

" Mamah takut kamu sakit fiy " ucap Dokter Khadijah menatap putranya dengan perasaan khawatir.

" Mamah nggak usah khawatir, Insyaallah Hafiy selalu jaga kesehatan dan makan tepat waktu kok " ucap Hafiy menenangkan.

" Oh ya fiy, mungkin 3 hari ke depan papah dan mamah akan keluar kota untuk seminar, jadi papah berharap kamu selalu jaga kesehatan " ucap sang papah.

" Dan satu lagi, papah harap kamu jangan terlalu galau. Percayalah jika Nayra jodoh kamu pasti kalian bisa bersatu " ucap Dokter Abi menasehati sang anak.

" Iya pah aamiin " ucap Hafiy dengan senyum tipis nya.

" Kalo gitu Hafiy pergi dulu mah pah, assalamu'alaikum " ucap Hafiy sambil melangkahkan kaki jenjangnya keluar.

Sesampai nya di rumah sakit, Hafiy langsung melangkah kakinya memasuki ruangan tempat praktek nya.

Hafiy menghela nafas panjang, menduduki kursi dan melihat sekeliling ruangan nya. Hatinya begitu hampa dan kosong.

Padahal baru kemarin Hafiy merasakan kebahagiaan bersama Nayra, perempuan yang selalu membuat dirinya tersenyum dan semangat menjalani hari.

Tapi meski hati nya di Landa kesedihan dan galau, Hafiy tetap profesional dalam hal bekerja.

Karena ada orang-orang yang ingin di sembuhkan lewat perantara dirinya, karena sejatinya yang maha penyembuh hanyalah Allah SWT.

                               🌷🌷🌷🌷🌷

THIS Is My Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang