🌷 BAB 20🌷

121 2 0
                                    


      Setelah Nayra sadar, kini dia di pindahkan ke ruang rawat. Di dalam ruang rawat Nayra sudah banyak anggota keluarga berkumpul.

  Namun kali ini mereka tak lagi memperlihatkan kesedihan di wajah mereka, itu semua adalah permintaan Hafiy.

Hafiy tidak ingin Nayra kembali terbebani rasa bersalah, dan berakibat buruk pada pemulihan nya.

Tidak ada yang membahas tentang penyakit yang di derita Nayra, mereka semua datang hanya untuk menjenguk dan berdoa untuk kesembuhan Nayra.

" Kak Ara, cepet sembuh ya. Biar bisa nemenin Una ke pantai lagi " ucap Aruna.

" Aamiin,, doain Kaka cepat sembuh ya. Maaf udah buat Una khawatir dengan ke adaan kakak" ucapku memeluk Aruna.

Dalam pelukan Nayra, Aruna kembali meneteskan air mata.

" Kenapa kakak seolah baik-baik saja, Una gak sanggup kak. Una pengen ngomong ke kak Ara, Una pengen tahu alasan kakak menutupi semua nya dan lebih memilih memendam nya." Batin Aruna.

   Kini tinggallah mereka berdua, semua keluarga sudah kembali ke Jakarta. Tapi tidak dengan Hafiy dan Nayra.

Hafiy harus menunggu keputusan dokter kapan Nayra bisa pulang, meski Nayra awalnya kekeh ingin pulang bersama semua nya.

" Mas.. kenapa kita gak ikut balik sama mamah dan semua nya aja sih? " Ucap Nayra cemberut.

" Sayang, mas udah bilang ya tadi. Jadi mas nggak akan ngebahas lagi." Sontak Nayra langsung mengerucutkan bibirnya, mendengar penolakan sang suami.

" Udah ya, jangan ngambek. Mas cuman mau pastiin kesehatan kamu dulu."

" Besok kalo keadaan kamu udah baik, kita pulang." Nayra yang tadi menundukpun mendongak menatap sang suami.

Lihatlah mendengar kata pulang, mata Nayra langsung berbinar. " Bener ya, mas harus janji ".

Nayra memang sudah merasa bosan di rumah sakit, padahal Nayra merasa dirinya sudah baik-baik saja.

Tapi karena menurut dengan sang suami, Nayra terpaksa mengiyakan untuk menginap satu hari lagi.

Menjelang tidur, Hafiy menarik selimut sang istri agar menutupi sampai dada. Dia juga meninggalkan kecupan manis di kening sang istri.

" Selamat malam, sayang. Semoga mimpi indah " ucap Hafiy sambil membelai kepala NAYRA.

" Selamat malam juga mas." Hafiy melangkah kakinya menuju sofa yang ada di kamar rawat Nayra, sofa yang beberapa hari ini menjadi tempat tidur nya.

Mata Nayra terus mengikuti langkah sang suami, melihat Hafiy berhenti di sofa yang tidak jauh dari dirinya membuat Nayra tak bisa tidur.

Membayangkan betapa sakitnya badan Hafiy, selama ini tidur di atas sofa yang tak menampung seluruh badannya, untuk menjaga dirinya.

" Mas " mendengar panggilan sang istri, Hafiy yang berniat memejamkan mata langsung menuju branka Nayra.

" Kenapa? Ada yang sakit? " NAYRA mengeleng pelan.

Nayra menepuk samping tempat tidur nya, Hafiy sedikit bingung dengan permintaan Nayra.

" Sini mas, tidur samping nay. Kasurnya besar kok jadi insyaallah muat buat berdua " ucap Nayra kembali menepuk samping tempat tidurnya.

Tidak ada salahnya juga sih, jika dia tidur satu ranjang dengan sang istri. Apalagi kini badannya sudah terasa sakit dan pegal setelah beberapa hari tidur di sofa.

Hafiy naik ke atas ranjang sang istri dan membaringkan tubuhnya menghadap Nayra.

Mereka bertatapan mengunci pandangan.

Tangan Hafiy melingkar nyaman di pinggang Nayra, dan mata yang tak pernah mengalihkan pandangan dari wajah ayu sang istri.

Kini tangannya terulur membelai pipi chubby sang istri, dengan mata yang saling bertatap. kemudian ibu jari nya berhenti di bibir pink Nayra.

Cup.

Satu kecupan mendarat di bibir ranum sang istri, sontak Nayra membulatkan mata melihat apa yang baru saja Hafiy lakukan.

Meski mereka sudah halal, tapi tetap saja Nayra sedikit terkejut.

Semburat warna merah hadir di pipi sang istri. dan lihat, kini dia menutup seluruh mukanya dengan kedua tangan.

" Sayang, kok mukanya di tutupin gitu? Mas kan jadi gak bisa lihat wajah kamu " ucapku sambil membuka tangan Nayra yang menutupi wajah yang memerah.

" Malu mas, itu kan first kiss nya nay."

" Alhamdulillah dong " menampakan senyuman dan langsung di hadiahi pukulan pada dada bidang sang suami.

" Udah ah, nay mau tidur " ujar Nayra sambil berbalik memunggungi sang suami. Hafi langsung mengeratkan pelukan pada sang istri dan berbisik.

" Gak baik loh memunggungi suami, kan mas jadi gak bisa lihat wajah cantik kamu". Nayra menahan senyum, mendengar gombalan sang suami.

Ntah kenapa, setelah menerima lamaran dari Hafiy. Nayra sering dapat gombalan dari Hafiy, dan tentu saja hal itu sering membuat Nayra salah tingkah.

Nayra kembali membalikkan tubuhnya menghadap sang suami, dan lihat yang pertama dia lihat adalah senyuman dari Hafiy.

" Nah gitu dong, mas kan jadi bisa lihat istri mas yang cantik." Ucap Hafiy ketika Nayra membalikkan badannya.

" Udah malem, nay mau tidur " mendengar sang istri ingin tidur Hafiy mengeratkan pelukannya.

Begitu juga sebaliknya, Nayra mencari posisi ternyaman dalam dekapan Hafiy.

  Pagi hari yang begitu cerah, secerah senyum seseorang yang tengah sibuk menatap punggung laki-laki yang sedang membereskan barang-barang yang akan di bawa pulang.

Di tengah keikhlasan dirinya menerima takdir sang kuasa, tentang penyakit yang kini di derita.

Tuhan mengirimkan sosok laki-laki yang tulus mencintai dirinya, apa adanya.

" Mas,, beneran nih nggak mau nay bantu? "

" Nggak usah, sayang. Lagian ini udah mau selesai kok"

" Yuk,kita pulang" ucap Hafiy menghampiri Nayra dan langsung menggenggam tangan nya.

" Yuk.."

" Bahagia banget sih, istri aku " ucap Hafiy melihat senyum sang istri yang tak pernah luntur.

" Iya dong, abis Nay bosen di rumah sakit lama-lama " ucapnya dengan bibir mengerut, Hafiy hanya tersenyum melihat tingkah sang istri.

Gemas itulah yang Hafiy rasakan sekarang, melihat tingkah istri nya. Jika di tanya apakah Hafiy kaget atau tidak dengan perubahan sikap Nayra.

Tentu saja iya, tapi Hafiy suka Nayra yang sekarang itu artinya sekarang Nayra sudah sangat nyaman bersama dirinya. Hingga dia tak perlu lagi menggunakan topeng agar terlihat baik-baik saja.

  Di sepanjang perjalanan pulang Nayra tidur dengan damai, bersandar di pundak Hafiy.

Untung nya dia meminta sang supir untuk menjemput dirinya di rumah sakit, jadi Hafiy bisa fokus pada sang istri.


THIS Is My Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang