🌷 BAB 14🌷

93 3 0
                                    


Hari sudah mulai menginjak sore, dengan sigap Suster Dinda merapihkan berkas-berkas pasien Dokter Hafiy.

Setelah seharian melayani para pasien yang datang ke tempat praktek dokter Hafiy, akhirnya kini tugas Suster Dinda sudah selesai. Suster Dinda adalah orang yang membatu Hafiy ketika jadwal praktek di mulai.

" Oh ya dok, saya dapat pesan dari Dokter Khadijah. Beliau berpesan agar dokter Hafiy selalu menjaga kesehatan " ucap suster Dinda sambil merapihkan berkas pasien.

Mendengar perkataan dari Suster Dinda, dia jadi merindukan sang Mamah.

Sudah satu Minggu dokter Khadijah dan Dokter Abi pergi untuk seminar, padahal mereka mengatakan hanya 3 hari pergi ketika berpamitan.

Tapi entah mengapa kenapa tiba-tiba menjadi satu Minggu.

Dia sangat hafal dengan mamah nya ini, yang selalu menayangkan keadaan nya lewat suster Dinda entah itu tentang pola makan nya atau pola tidur nya.

Padahal kalau di pikir-pikir, dia sudah dewasa dan tidak harus di perhatikan sampai seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, dia adalah anak satu-satunya Dokter Khadijah mau sejauh apapun beliau pergi. Beliau pasti selalu mengkhawatirkan keadaan dirinya.

" Kau ini masih saja menjadi mata-mata mamaku rupanya " ujar Dokter Hafiy dengan bahas santai karena jam kerja yang sudah berakhir Hafiy jadi bebas menggunakan bahas yang sesantai mungkin dengan suster Dinda.

" Ya.. mau bagaimana lagi " ucap suster Dinda sambil mengangkat kedua bahunya dengan sombong.

" Tante Khadijah selalu mengkhawatirkan anak kesayangan ini, dan hanya aku yang bisa memberi beliau informasi " sambung suster Dinda.

" Loe ngejek gua Din? " Ujarku melirik suster Dinda tak suka dengan perkataan yang di lontarkan kepada nya .

" Hahaha.... " seketika tawa suster Dinda pecah melihat ekspresi wajah Hafiy yang kesal.

" Sensi amat loe fiy, lagian gue cuman bercanda kali. Udah ah dari pada ngobrol Ama cowok sensi mending gue pulang aja "

" Hus..hus.. sana Lo pergi " ujarku sambil mengibaskan tangan mengusir suster Dinda layak nya mengusir anak ayam.

" Assalamu'alaikum " tiba-tiba pintu ruangan Dokter Hafiy terbuka dan munculah Bima dengan jas kebanggaan nya berwarna putih sama seperti yang Hafiy pakai. Bima adalah salah satu sepupu Hafiy dan sekaligus suami dari Suster Dinda.

" Wa'alaikumussalam " jawab mereka serempak.

" Buru bawa pulang tuh istri Lo " ujar Hafiy menatap Dimas sambil menunjukan ekspresi jengkel.

" Astaghfirullah.. kamu apakah anak ini, sayang? " Ucap Bima menatap sang istri meminta penjelasan. suster Dinda pun hanya mengangkat kedua bahunya.

" Napa sih Lo fiy? Sensi amat kayak cewek lagi pms " ujar Bima menatap sepupu nya ini aneh. Hafiy bahkan tak membalas pertanyaan Bima hanya fokus dengan berkas-berkas pasien yang sedang dia pelajari.

" Sudah sayang, sebaiknya kita pulang " ajak suster Dinda pada sang suami. Karena melihat mood Hafiy yang tidak baik sebaiknya mereka pergi membiarkan Hafiy dengan segala kegalauan nya.

" Dan buat Lo fiy, inget jaga kesehatan Jang buat Tante Khadijah khawatir terus karena Lo yang gak pernah pulang kerumah "

" Gue tahu, Lo galau tapi kesahatan Lo juga perlu diperhatikan. Lo itu dokter jangan sampai Lo sakit gara-gara ngegalauin cewek " ujar suster Dinda menasehati. Pasalnya Hafiy memang sedang di Landa galau karena merindukan Nayra. Suster Dinda bahkan tak habis pikir dengan sepupu suaminya ini. Galau nya sudah melebihi anak remaja yang baru mengenal cinta.

Padahal jika dirinya rindu Nayra, kenapa tidak temui saja. Atau dia bisa menelpon sekedar menanyakan kabar, jika dia maupun dia bisa memaksa Nayra untuk menerima Hafiy.

Namun suster Dinda juga bingung dengan jalan pikiran dari laki-laki satu ini.

Suster Dinda juga bisa merasakan, bahwa mereka ini saling mencintai tapi ntah apa yang ada di pikiran mereka.
Menyiksa diri dengan rasa rindu mereka masing-masing.

Setelah kepergian dari Suster Dinda dan Bima, Hafiy memutuskan merbahkan diri di sofa yang ada di ruangan untuk mengusir rasa lelah di tubuhnya atau lebih tepatnya rasa lelah hati dan pikiran nya.

Hafiy bangun dari sofa dan melihat jam di dinding ruang nya sudah menunjukan jam 8 Malam.

Dan entah kenapa tiba-tiba dia merasa kepalanya pusing dan tidak enak badan, padahal tadi sore dia masih biasa-biasa saja. Apakah mungkin dirinya diserang demam?.

Atau mungkin ini hanya faktor dari kelelahan saja,karena beberapa hari belakangan dirinya terlalu memforsir badan nya.

Hafiy melangkahkan kaki jenjang nya keluar dari ruang untuk segara pulang sambil membawa jas kebanggaan yang tersampir rapih di tangan kirinya.

Setelah menempuh sekitar 30 menit perjalan di malam hari, akhirnya kini Hafiy sampai di gedung yang menjulang tinggi yang beberapa hari ini menjadi tempat tinggalnya, Hafiy memang memutuskan tak pulang kerumah melainkan pulang ke apartemennya.

Karena jarak rumah dan rumah sakit cukup jauh, Hafiy memutuskan untuk pulang ke apartemennya dan juga karena kepalanya yang semakin berat dan keadaan tubuh sudah sangat lemas.

Membuat dia tak sanggup jika harus menempuh perjalanan jauh, untuk pulang kediaman orang tuanya.

Sesampai nya di depan pintu apartemen, Hafiy langsung menempelkan jarinya untuk membuka pintu apartemen tersebut.

Setelah masuk kedalam apartemen yang cukup luas dengan nuansa putih yang sangat rapih dan bersih, apartemen dua lantai yang memiliki dua kamar tidur.

Sekarang yang ada di pikiran Hafiy hanyalah ingin segera sampai di kamar untuk merebahkan diri karena badan nya terasa begitu lemas dan kepalanya begitu berat.

Bahkan dia melupakan perutnya yang sedari siang belum di isi.

Hafiy langsung melempar jas nya ke atas kasur dan di susul dirinya yang langsung merebahkan diri dia tas kasur king size nya, tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu.

Mungkin karena Panas di tubuh nya mulai menjalar, membuat Hafiy ingin segera mengistirahatkan tubuh nya. Hafiy mengontrol suhu AC di kamarnya agar tidak terlalu dingin dan langsung menyelimuti tubuh nya. Berharap besok suhu tubuh nya sudah kembali membaik.

🌷🌷🌷🌷🌷

THIS Is My Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang