🌷BAB 33🌷

80 4 0
                                    


  Pagi hari yang begitu cerah mengawali hari Nayra. Kegiatan nya di pagi hari tentu nya harus berada di kamar selama sang suami bersiap untuk berangkat bekerja.

Hafiy tak mengizinkan Nayra untuk keluar dari kamar sebelum dirinya rapih. Bukannya dia tak bisa melakukan semuanya sendiri, hanya saja dia ingin lebih banyak menghabiskan waktu berdua di pagi hari bersama Nayra.

Jika dia sudah berangkat bekerja, dirinya tidak lagi bisa menghabiskan waktu berdua bersama sang istri.

Sambil menunggu sang suami selesai mandi, Nayra duduk di meja rias untuk melakukan rutinitas pagi hari yaitu menggunakan skincare.

Dulu waktu masih kuliah Nayra jarang sekali menggunakan hal-hal seperti ini. Dia malas menggunakan nya dan juga sayang aja, jika uangnya terpakai untuk membeli skincare.

Tapi semenjak menikah dengan Hafiy. Dia selalu rutin menggunakan nya, karena jika tidak di gunakan sang suami pasti akan sedih.

Hafiy memang selalu memanjakan Nayra, tidak hanya menyediakan berbagai skincare untuk sang istri. Hafiy juga kerap kali menyuruh Nayra untuk spa atau treatment lainnya. Tapi Nayra menolak dengan alasan malas.

Selesai dengan rutinitas paginya, Nayra ingin menyiapkan tas kerja sang suami. Tapi tiba-tiba kakinya mati rasa, jangankan untuk berdiri, bergerak saja pun kaki Nayra tak bisa.

Dia terus berusaha menggerakkan kakinya, tapi kakinya tak bergerak sedikit pun. Setetes air mata jatuh di pipinya.

" Ya Allah, kenapa ini? Kenapa kakiku nggak bisa di gerakkan?" Sekuat tenaga Nayra berusaha tidak menitikkan air mata, tapi semua nya sia-sia.

Dia baru teringat jika kakinya mengalami bengkak-bengkak tadi pagi, Nayra baru menyadari nya ketika dia hendak mandi.

" Bukannya hasil cek up kemarin, aku di nyatakan sehat ya? Tapi kenapa sekarang seperti ini."

Pintu kamar mandi terbuka, Nayra segera menghapus air matanya. Dia tidak ingin Hafiy tahu jika dia menangis, karena Hafiy juga akan sedih nanti nya.

" Sayang." Hafiy menghampiri sang istri yang masih duduk di meja rias, menghadap cermin.

" Ya mas?" Nayra tersenyum di depan cermin meja rias, dan Hafiy bisa melihat senyuman itu.

Tapi Hafiy merasa aneh dengan sang istri, kenapa dia tidak berdiri atau melihat dirinya ketika dirinya memanggil sang istri.

" Sayang, ada apa?" Tanyanya menghampiri Nayra. Hafiy merasa ada sesuatu yang buruk dia bisa melihat mata Nayra terlihat menyimpan kesedihan.

" Euumm..." Nayra bingung bagaimana memberi tahu Hafiy.

" Kaki nay, mas." Ucapnya sambil meremas gamis yang dia pakai.

Hafiy langsung berjongkok dan menyingkap gamis yang di gunakan sang istri. Betapa terkejutnya dia melihat kaki Nayra.

" Sejak kapan?" Tanya Hafiy menatap Nayra, terlihat jelas raut wajah Hafiy berubah menjadi sangat khawatir.

" Tadi pagi, nay tahu pas mau mandi." Jawabannya dengan tenang. Dia tak mau menambah kekhawatiran sang suami, jadi sebisa mungkin Nayra bersikap tenang meski dirinya takut terjadi sesuatu yang buruk.

" Kita kerumah sakit sekarang!" Hafiy langsung buru-buru bangkit dan berjalan. Tapi sebelum Hafiy pergi Nayra menarik pergelangan tangannya.

" Ada apa lagi, Sayang?" Tanya Hafiy menatap Nayra yang masih setia duduk di kursi meja rias.

" Kaki nay nggak bisa di gerakkan, mas." Ucap Nayra sambil menunduk.

Hafiy langsung berdiri mematung, bahkan kakinya terasa lemas setelah mendengar kata-kata Nayra. bagaimana bisa? Ini pasti tidak mungkin kan?. Itulah yang sedang berkecamuk dalam pikiran Hafiy.

THIS Is My Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang