🌷 BAB 19🌷

110 2 0
                                    


  Rasanya seperti mimpi yang indah, baru beberapa jam yang lalu aku melihat senyuman yang indah terukir di bibir wanita cantik yang kini terbaring lemah di atas branka rumah sakit.

Kenapa?, Kenapa harus sekarang datang nya. Tidak kah wanita ini KAU biarkan menikmati kebahagiaan di hari spesial nya.

Keadaan Hafiy saat ini sang memprihatinkan, masih dengan setelah jas yang di pakai di acara akad nikah. Namun hanya menyisakan kemeja putih yang membalut tubuhnya, rambut yang tadi di tata rapih terlihat acak-acakan.

Bahkan senyuman yang tadi hadir, kini pergi ntah kemana. Pergi bersama senyuman seseorang yang tengah terbaring lemah.

Hafiy senantiasa berada di samping Nayra sambil menggenggam tangan sang istri, tangan yang baru saja dia genggam tadi pagi ketika ijab qobul telah di ucapkan.

Bahkan sesekali dia mengecup lembut punggung tangan sang istri, sudah terhitung 12 jam sang istri memejamkan mata.
Meski dokter mengatakan bahwa Nayra telah melewati masa kritisnya, tapi ntah kenapa dia lebih nyaman memejamkan mata.

Di banding dengan membuka mata melihat sang suami yang kini selalu menanti dirinya.

Sedangkan untuk keluarga yang lain, mereka memutuskan untuk pulang. Dan akan datang lagi pagi harinya.

Meski di awal Aruna ngotot ingin berada di samping kakaknya dan menjaganya.

Hingga akhirnya dokter Khadijah mampu membujuk Aruna untuk pulang.

" Baiklah, Una akan pulang tapi setelah Una lihat keadaan kak Ara " ucap Aruna pada akhirnya, sedangkan keluarga Feli sudah lebih dulu pulang karena tidak bisa meninggalkan sang anak  yang masih balita.

Disinilah sekarang Aruna, di samping sang kakak yang tenang dengan mata terpejam nya.

Aruna duduk di samping ranjang sang kakak, setetes air mata kembali mengalir. Aruna merasa dunianya hancur melihat sang kakak terbaring lemah seperti ini.

Andai saja bisa di ganti, lebih baik Aruna yang merasakan segala penderitaan ini dari pada sang kakak.

Apakah selama ini sang kakak menahan sakit sendirian, air mata Aruna terus mengalir apalagi sekarang membayangkan sang kakak yang selama ini menahan sakit sendirian.

" Kak Ara,,hiks..hiks... Kenapa kak? Kenapa kakak nggak pernah bilang? Kenapa kakak lebih memilih memendam semuanya sendirian? Kak Ara, Una sayang kakak."

" Cepat sembuh kak, Una rindu kakak. Maaf Una gak bisa jagain kakak, maaf selama ini Una egois sampai Una nggak tau penderitaan yang selama ini kakak alami " kata Aruna dengan air mata yang tiada henti.

" Una pamit pulang ya, assalamu'alaikum " ucap Aruna seraya mendaratkan ciuman di kening sang kakak.

Ceklek..

Pintu ruang terbuka, dan menampakan Nayra yang tak baik-baik saja. Meski air mata telah berhenti tapi terlihat jelas jika di dalam dia terus menangis karena mata nya terlihat begitu sembab dan merah.

Dokter Khadijah yang melihat Aruna dalam keadaan sedih langsung menghampiri dan mendekap tubuh rapuh itu.

Aruna kembali menangis di dalam dekapan dokter Khadijah, dia tak sanggup melihat sang kakak terbaring.

" Sabar sayang, kita doakan semoga Nayra segera sembuh " ucap dokter Khadijah seraya membelai punggung Aruna.

" Sebaiknya kamu pulang Una, biar nanti kak Ghavin yang anterin kamu " ucap dokter Khadijah sambil menatap Ghavin yang dari tadi menatap Aruna dengan tatapan antara tak tega dan juga sedih melihat kesedihan yang Aruna rasakan.

THIS Is My Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang