Kim Woo Bin, seorang mafia narkoba yang menguasai pasar Korea, duda dengan dua putri bernama Kim Jisoo si sulung, dan si bungsu Kim Rosseane, mereka tinggal di sebuah mansion mewah di atas bukit yang indah
Kedua putri Kim Woo Bin tak mengenyam pendidikan formal, Jisoo tiga belas tahun, dan Rose sepuluh tahun, belajar dengan guru pribadi yang di datangkan sang ayah secara khusus, sementara ibu mereka meninggal saat melahirkan Rose, mansion itu juga di lengkapi dengan sistem pengamanan yang ketat, dan memiliki banyak pengawal.
Kedua gadis muda itu melakukan segala kegiatan nya di dalam mansion, ditemani bodyguard, sedangkan sang ayah sibuk dengan pekerjaan nya, tapi bukan berarti mereka tidak bertemu, hanya jarang.
Rose menatap sang unnie saat mereka sedang makan malam berdua, entah apa yang ada dalam pikiran nya, sampai ia mengabaikan makanan nya dan hanya terdiam menatap Jisoo, makan malam hanya berdua sepert ini sudah biasa bagi mereka.
"Unnie"
"Ya Rosie?" Sang kakak perempuan menatap dongsaeng nya.
"Tolong ambilkan aku kimchi lagi" elak Rose tak jadi mengutarakan sesuatu pada unnie nya,
"Baiklah" Jisoo tak curiga
Tap. . . Tap. . . Tap. . .
Suara langkah kaki terdengar mendekat, rupanya sang ayah telah kembali dari pekerjaan nya, Woo Bin melewati ruang makan begitu saja tanpa menoleh pada kedua putri nya, Rose melirik tajam sang ayah, sedangkan Jisoo memasang wajah ketakutan nya, seperti nya mereka bertiga memiliki hubungan yang tak baik.
"Unnie" Rose menggenggam tangan kiri Jisoo yang gemetar, sampai ia tersentak kaget, sang kakak menatap dongsaeng nya dengan wajah tak tenang.
"Habiskan makan mu, kita akan segera bermain ok" ajak Rose dengan suara tenang nya, dan Jisoo hanya mengangguk.
Setelah makan, kedua gadis itu memasuki kamar mereka, dan mengambil laptop masing-masing, lalu mulai memainkan game berburu zombie.
"Rosie, tolong unnie di lantai bawah" seru Jisoo sambil terus memencet keypad laptop nya, Rose tertawa melihat sang unnie terdesak di sudut ruangan.
"Cepat Rosie, zombie ini sebentar lagi akan menghisap darah ku" Jisoo tegang, dan Rose malah terbahak
"On my way unnie, mereka menghalangi ku" jari-jari kedua gadis itu nampak lihai bermain diatas laptop mereka, Rose hanya bisa tersenyum dan tertawa bersama unnie nya, begitu juga dengan Jisoo yang hanya bisa tertawa bersama dongsaeng nya, mungkin karena mereka terbiasa hanya hidup berdua, terlebih Jisoo yang lebih pemurung karena ia menyaksikan sendiri bagaimana sang ibu meninggal, saat ia berusia tiga tahun.
Hari sudah malam, Jisoo dan Rose pun menutup laptop nya, lalu berbaring diatas ranjang masing-masing yang memang masih di dalam satu kamar yang sama , dan Rose mulai terlelap, tapi tidak dengan Jisoo, ia di jemput bodyguard sang ayah, tanpa sepengetahuan sang dongsaeng.
Keesokan hari nya, sebelum mulai belajar, Rose dan Jisoo bersiap, saling bergantian menyisir rambut saudara nya.
"Kamu memiliki senyum seperti mama, sangat manis" puji Jisoo sambil menatap pantulan cermin di depan nya, Rose tersipu.
"Benarkah unnie?" Ia tak yakin, tapi Jisoo mengangguk, tak lama, Bobby datang menjemput mereka agar segera ke ruang belajar, Rose menggandeng tangan kanan unnie nya keluar dari kamar mereka.
Dua jam kemudian, sang guru telah pergi, Jisoo dan Rose pun mengemasi buku mereka.
"Papa memanggil kalian" beritahu Bobby, Rose dan Jisoo pun spontan saling bertatapan, dengan wajah cemas, khawatir dan takut jadi satu, hanya Rose tak menunjukan ekspresi itu pada unnie nya.
Kedua gadis itu mengikuti Bobby dari belakang, berjalan menuju ke kamar sang ayah.
Ceklek
Bobby membuka pintu, dan Woo Bin nampak duduk di tepi ranjang, setelah itu, sang bodyguard pun langsung pergi, Jisoo menatap sungkan sang ayah, Rose memasang wajah datar nya.
"Kemarilah, papa ada permainan baru hari ini" panggil Woo Bin, Jisoo langsung melangkah menghampiri sang ayah dan duduk dipaha kiri nya, sedangkan lengan sang ayah melingkar di pinggang ramping sang putri, wajah Jisoo nampak murung dan takut, sedangkan Rose terdiam dengan wajah tegang.
"Kemari sayang" panggil Woo Bin pada Rose, sambil mengulurkan tangan kanan nya, si bungsu menggeleng ragu.
"Rosie" Woo Bin dengan suara dingin nya, menunjukan dominasi atas putri-putri nya.
"Tidak papa" tolak Rose sambil terus menggeleng dan melangkah mundur.
Dug
Punggung Rose membentur pintu menuju balkon di luar kamar sang ayah, Woo Bin mulai sedikit cemas, karena Rose mulai berani menolak perintah nya, Jisoo terkejut dengan keberanian sang dongsaeng.
"ROSIE!" Bentak Woo Bin agar sang putri menurut, ia lalu berdiri bersama Jisoo dan menghampiri Rose.
"Papa jahat, papa adalah iblis" marah Rose, ia lalu membuka pintu menuju balkon di belakang nya, Woo Bin terdiam mendengar makian si bungsu.
"Ayo unnie, kita pergi dari sini" ajak Rose mengulurkan tangan kanan nya pada Jisoo, gadis itu langsung menurut.
"KIM JISOO!" teriakan sang ayah mampu menghentikan langkah si sulung, yang langsung kembali dan bersembunyi di balik punggung sang ayah.
"Unnie?" Ajak Rose lagi, tapi Jisoo hanya diam, menunduk dengan wajah ketakutan dan gelisah, tak berani menatap Rose.
"Baiklah, selamat tinggal unnie" ucap Rose dengan air mata yang mulai menetes, Woo Bin masih membeku menunggu apa yang akan putri bungsu nya lakukan, Rose dengan sorot mata yang menunjukan kemarahan, kecewa, juga sedih, melompat dari balkon, tak peduli jika ia akan mati saat sampai di bawah, yang ada di pikiran nya adalah kebebasan, ia ingin keluar dari sangkar emas sang ayah, yang menjadikan kedua putri kandung nya sebagai alat pelampiasan nafsu nya, untuk mengganti ibu mereka, wajar jika Rose menyebut ayah nya adalah iblis.
Woo Bin dan Jisoo pun panik, mereka langsung berlari ke balkon dan menatap ke bawah, rupanya Rose baik-baik saja, gadis itu mendongak menatap ayah dan unnie nya, sebelum berlari ke tengah hutan sambil memegangi lengan kanan nya.
#TBC