Polisi di buat ketar-ketir, karena dua kasus besar dengan satu tersangka tak kunjung menemukan titik tetang, mereka menjadi lebih waspada, tapi yang ditunggu tak lagi melakukan aksi nya.
Rio keluar dari gedung perkantoran nya untuk makan siang, ia nampak meregangkan otot nya sambil mengedarkan tatapan ke jalan utama di depan tempat ia bekerja.
"Kemana gadis itu? Kenapa ia tak lagi mengunjungi kedai kopi langganan?" Batin Rio bertanya, ia lalu berjalan kaki mencari restauran terdekat, di persimpangan jalan, ia berhenti karena lampu menyala merah untuk pejalan kaki, dari arah depan Rio muncul motor dengan kecepatan tinggi, sedangkan dari arah kanan nya, mobil sedan juga melaju cepat ingin menerobos lampu merah, Rio panik, tapi ia tak sempat melakukan apa-apa.
Ckiiitttt. . .
Srreeeeettttt. . .
Pengendara motor terjatuh lebih dahulu sampai sepeda nya terseret karena ia mengerem mendadak.
Brak
Motor itu baru berhenti setelah menabrak mobil yang melanggar lampu merah tadi, sang pengendara motor nampak jatuh terguling diatas aspal, Rio langsung berlari ke arah pengendara motor yang jatuh tadi, ia terkejut bukan main saat gadis itu membuka helm nya.
"Wanita itu" batin Rio
"Nona tidak apa-apa?" Tanya Rio berlutut di samping nya, orang-orang berkerumun, tapi tak ada yang berani menolong nya, jaket kulit yang ia kenakan robek di beberapa bagian, celana nya pun juga sama.
"Mata mu buta" tiba-tiba seorang pria paruh baya menghampiri Rio dan memaki gadis itu, dia lah sang pengemudi mobil.
"Anda yang buta, tak lihat kah lampu merah sebesar itu?!" Hardik Rio yang langsung berdiri dan menghadapi pria itu.
"Aku sedang buru-buru" balas nya.
"Ini jalan umum, semua pengguna nya memiliki kepentingan masing-masing, jika semua pengendara egois seperti anda, akan sekacau apa negara kita ini?!"
"Aarrgghh. . . Terserah, aku mau pergi" kesal pria itu.
"Tidak bisa! Anda harus bertanggung jawab lebih dahulu" tahan Rio.
"Aku tidak menabrak nya, motor nya lah yang menabrak ku" elak nya.
"Ok, jika itu mau anda" ancam Rio, ia lalu mengambil ponsel nya, memotret mobil pria tadi, dan pemilik nya.
"Jangan salahkan saya jika besok akan menjadi hari sial anda" ancam Rio, gadis pengendara motor tadi hanya bisa terdiam melihat perdebatan Rio dengan sang pengendara mobil.
"Hei hei, apa yang kamu lakukan?" Pria itu hendak merampas ponsel Rio, tapi gagal.
"Pergi lah, anda ingin lari dari tanggung jawab bukan" usir Rio, ia lalu kembali menghampiri gadis tadi.
"Ayo, aku bantu berdiri nona" Rio mengulurkan tangan kanan nya, tapi gadis itu menggeleng, Rio lalu memeriksa nya
"Aww. . ." Rintih gadis itu saat Rio menyentuh kaki nya
"Maaf, seperti nya kaki nona mengalami dislokasi sendi pergelangan kaki" beritahu Rio, gadis itu menatap acuh kaki nya yang tak bisa ia gerakan, padahal nyeri nya sangat luar biasa.
"Aku antar ke rumah sakit ya?" Ijin Rio gadis itu mengangguk, ia lalu menggendong nya, untuk di dudukan diatas trotoar, lalu mengambil motor tadi untuk ia singkirkan dari jalan raya.
Rio menghentikan sebuah taksi, dan mengantar nya ke rumah sakit, di ruang igd, gadis itu tak terlihat merintih kesakitan sama sekali.
"Rasanya akan sangat sakit sekali, tahan sebentar ne" beritahu sang dokter jaga pada pasien nya itu yang hanya mengangguk, Rio dibuat semakin heran dan penasaran.