Rupanya, Rio tak benar-benar tertidur selesai bercinta tadi, ia hanya memejamkan kedua matanya sambil tersenyum sendiri karena ia seolah masih tak percaya telah menyampaikan perasaan nya pada Rose, gadis yang telah berhasil mencuri hati nya.
Rose nampak bersila diatas kasur nya, tepat di samping Rio sambil menatap keluar dan merokok seperti biasa nya, Rio pun menggeser tubuh nya, membaringkan kepala nya dipaha kiri Rose
"Rosie" Rio menyelipkan rambut Rose yang tergerai ke belakang telinga gadis itu, yang dipanggil menunduk menatap Rio
"Lupakan dendam mu, ayo ikut aku, kita pergi dari Korea, dan memulai hidup bersama dari awal" ajak Rio tulus, Rose terkejut
"Tak semudah itu Rio, Kim Woo Bin bahkan bisa menemukan kita meski di dalam lubang semut sekalipun" tolak Rose.
"Kita pergi ke negara yang tidak terpikirkan oleh appa mu"
"Kamu tidak tahu sifat Kim Woo Bin"
"Justru itu, karena aku tidak tahu, jadi tidak bisa menebak, lebih baik menghindari nya bukan, biarkan polisi yang bekerja dan kita pergi dari sini" bujuk Rio.
"Kamu pikir polisi bisa dipercaya?" Tanya Rose, Rio terdiam
"Aku mencintai mu, dan tak ingin kamu mempertaruhkan nyawa mu demi dendam pada Kim Woo Bin" cemas Rio, kini Rose yang terdiam.
"Aku punya kenalan polisi perwira menengah, mungkin dia bisa membantu kita" bujuk Rio meyakinkan Rose agar mengurungkan niat nya dan membiarkan polisi saja yang menangani bandar narkoba Kim Woo Bin.
"Dia seorang jendral" lanjur Rio, Rose mengangguk ragu, Rio tentu lega dan senang dengan jawaban Rose, ia lalu meraih tengkuk Rose dengan tangan kanan nya, dan menarik nya pelan ke bawah.
Cup
Rio mengecup bibir Rose, dengan lembut ia memberikan lumatan dan hisapan, tapi kali ini Rose tak tinggal diam, ia membalas ciuman Rio.
Rose berbaring dilengan kanan Rio, malam itu sang wartawan menginap di cabin nya, Rose tak bisa terlelap, karena masih dilanda dilema, antara menuntaskan dendam nya, atau lari dengan Rio, tapi ia juga memikirkan Sohee, gadis yang sudah setia menemani nya selama tiga tahun terakhir, Rose belum pernah menjalin hubungan dengan namja mana pun, Sohee adalah wanita pertama nya, dan Rio adalah namja pertama yang mampu mencairkan nya, Rose hendak beranjak dari kasur nya, tapi Rio malah bergerak, hingga mengunci nya dalam dekapan kedua tangan dan kaki kiri nya, Rose tak sanggup untuk melawan, jadi ia memilih diam sampai tertidur sendiri.
Keesokan hari nya
Rose terbangun oleh aroma dan suara desisan sayur yang di tumis oleh Rio, namja itu sedang memasak sarapan untuk mereka berdua, lengkap dengan daging sapi dan telur gulung, sang pemilik cabin pun mendekat hanya dengan pakaian dalam nya, ia terpaku menatap Rio yang belum menyadari jika ia sudah terbangun.
"Morning Rosie" sapa Rio mengagetkan gadis itu karena ia malah melamun.
"Ayo sarapan, setelah itu, aku berangkat ke kantor ne" ujar Rio, Rose tak menyahut, ia masih terdiam, dan duduk dengan berlahan.
"Aku tidak punya bahan makanan ini di kulkas" heran Rose, karena kulkas di dapur nya lebih sering kosong.
"Aku membeli nya di kota tadi pagi" jawab Rio.
"Tapi aku tak mendengar suara mobil mu?"
"Aku jalan kaki, sambil jogging, karena jika membawa mobil, aku takut suara mesin nya akan membangunkan mu" jawab Rio tersenyum manis pada Rose, sambil meletakan sepiring nasi putih hangat di hadapan nya.
"Kamu pandai memasak?"
"Sedikit"
"Lalu kenapa selalu membeli sarapan di kedai kopi?"
"Aku malas jika memasak hanya untuk ku sendiri" jawab Rio, ia menaruh beberapa potong daging dipiring Rose.
"Ayo, makan lah, sebelum dingin" ujar nya lagi, Rose menatap Rio tanpa sepengetahuan pria itu.
"Jadi begini, rasa nya diperhatikan oleh lawan jenis?" Batin Rose masih sambil menatap Rio yang makan dengan lahap nya.
"Bagaimana?" Tanya Rio.
"Enak?" Rose mengangguk
"Kalau kamu menyukai nya, aku bisa memasak lagi untuk mu nanti malam" Rose tak menjawab.
Akhir nya, Rio pun ke kantor, dan Rose berdiam diri di cabin nya, tentu ia bosan karena tak ada kegiatan, bekas sarapan mereka tadi pagi pun Rio yang mencuci nya, Rose mengambil ransel kosong, lalu bersiap dengan motor nya untuk menyusul Rio ke kantor, kebetulan, lelaki itu baru saja keluar dari kantor nya, motor Rose berhenti tepat di depan Rio.
"Butuh tumpangan?" Tanya Rose dingin.
"Tidak, aku membawa mobil sendiri" tolak Rio membalas candaan Rose.
"Tapi aku memaksa mu"
"Jika aku menolak?"
"Kamu tidak diijinkan untuk menolak"
"Baiklah baiklah" Rio menyerah, ia pun naik ke boncengan Rose setelah memakai helm.
Set
Tangan Rio berpengangan pada kedua payudara Rose dari belakang, gadis itu tak langsung melajukan motor nya, ia menunduk menatap tangan Rio yang jahil.
"Apa ada masalah?" Tanya Rio pura-pura tak tahu.
"Kamu sendiri yang memindahkan tangan mu, atau aku yang akan memindahkan nya dengan cara ku?" Tanya Rose mengancam, Rio terjengkit takut, berlahan ia pun memindahkan kedua tangan nya ke perut Rose dan memeluk nya dari belakang.
"Aku kan hanya mencari pegangan yang nyaman, agar tidak terjatuh" gerutu Rio yang tentu saja di dengar oleh Rose, gadis itu menyembunyikan senyuman nya, dia kemudian melajukan motor nya, meninggalkan kantor tempat Rio bekerja.
"Jadi gadis itu yang membuat mu mencampakan ku?" Batin Krystal yang melihat Rio menaiki motor dengan seorang yeoja asing yang ia tak tahu siapa.
#TBC