"Kalian berdua kembali ke Seoul ya, papa masih ada urusan disini" perintah Rio pada Yoshi dan Lia.
"Urusan apa? Bukan nya semua sudah selesai pa?" Heran Yoshi yang paham dengan maksud sang ayah.
"Banyak, papa masih harus bicara dengan mama mu, jangan membolos kuliah terlalu lama" Rio berusaha untuk mengusir anak-anak nya secara halus.
"Baiklah baiklah" pasrah Yoshi, ia akhir nya berkemas dengan Lia, untuk bersiap kembali ke Seoul menggunakan mobil milik Rio.
"Jangan jemput papa, jika papa belum mengabari" pesan Rio, Yoshi memutar malas kedua mata nya, sedangkan Lia hanya tertawa lucu.
"Dan ingat, yoshi juga tidak mau dongsaeng lagi pa" ancam nya, Rio langsung pucat dan Rose kini yang tersenyum malu.
"Hati-hati Yoshi, jaga dongsaeng mu" pesan Rio sebelum sang putra meninggalkan Busan.
"Bye ma, bye pa" pamit kedua nya
"Bye sayang, hati-hati" Rose melambaikan tangan nya, setelah mereka pergi, Rose dan Rio pun ke pasar, dan mulai membuka kios ikan nya, dan mulai bekerja berdua.
"Rosie, saat kita menikah nanti, kamu bersedia kembali ke Seoul kan?" Tanya Rio.
"Dengan alasan?"
"Di Seoul semua nya lebih mudah, sekolah anak-anak, pekerjaan ku, semua disana"
"Lalu bagaimana dengan pekerjaan ku?"
"Kamu tak perlu bekerja, biar aku saja, tugas mu cukup menyambut kami saat pulang dari kesibukan masing-masing"
"Jika aku bosan?"
"Aku akan memberi mu mainan"
"Mainan apa?"
"Nanti saja di rumah" Rio tersenyum menggoda.
"Lalu kios ini bagaimana?" Tanya Rose lagi.
"Kita sewakan saja"
Siang nya, Rose membeli makan siang di restauran pasar, nasi ikan kegemaran Rio.
"Memang nya kita akan menikah kapan?" Tanya Rose sambil makan.
"Minggu depan"
"Uhuk. . . Uhuk. . ." Rose langsung tersedak, Rio pun memberikan air minum nya.
"Secepat itu?" Tanya Rose tak percaya.
"Aku pernah kehilangan kamu selama delapan belas tahun Rosie, dan aku tak mau hal itu terulang lagi, jadi secepat nya aku harus mengikat mu" jelas Rio
"Aku ikut dengan semua rencana mu saja, dan berjanjilah untuk tak menyakiti ku dan Lia" pinta Rose.
"Apa delapan belas tahun masih tak cukup menjadi bukti bahwa aku benar-benar mencintai mu Rosie?"
"Ya, aku percaya pada mu"